6 tahun kemudian
"Aku menang lagi!!!" Suara riang seorang gadis terdengar renyah
Didepannya Seorang gadis menatapnya dengan kesal
"Bin-gung-mama... anda pasti bermain curang," tuduhnya
"Yaa!!! Bagaimana kau berani menuduhku seperti itu, Hui... ambil taruhannya," ucapnya penuh percaya diri
Hui? Hah jika ada nama Hui kalian pasti sudah menebak suara cempreng siapakah itu? Yaapp benar itu suara cempreng si gadis gesreeekkk Yoo na, enam tahun berlalu dengan linangan airmatanya dan kini gadis itu kembali ceria? Sok tahu... dibalik tawanya yang renyah ternyata ia hidup dengan membawa banyak sekali penyesalan dan luka
Ayahnya bunuh diri karena malu akan perbuatannya, sang kakak memilih menjadi Gisaeng untuk melampiaskan kesedihannya sementara ibunya lebih memilih tinggal jauh dari ibu kota, keluarganya benar-benar berantakan
Dan Yoo na masih tersenyum? Yaa.. senyum... gadis itu tersenyum untuk menutup sedikit demi sedikit lubang dihatinya, 6 tahun baginya sudah cukup untuk meratap
Yoo na melangkah dengan riang, melambung-lambungkan kantong uangnya yang penuh dengan aksesoris yang ia menangkan dari Putri
"Mama.... suami Putri pasti akan mengomeli Putri lagi karena kalah berjudi dari anda," kata Hui
"Heemm? Aahh itu salahnya sendiri sudah tahu payah masih menantangku," jawabnya santai
Ratu melintas, Yoo na cepat-cepat mengubah sikapnya, ia menyembunyikan kantong uangnya dan bersikap hikmat
fYI setelah kekacauan Istana, Ratu memihak Yoo na, Ratu mendesak Yoo na untuk cepat mendapatkan keturan agar keturunan Yoo na kelaklah yang akan mewarisi takhta menyingkirkan Pangeran ketiga yang kini sudah menjadi Pangeran Mahkota
Tapi bagaimana mau mendapatkan keturunan, hubungan mereka berdua bagai karang dilautan dan es di kutub Utara, keras dan dingin, tidak ada candaan Hangat dan lembut lancaran sindiran dan tatapan tajam yang selalu diberikan oleh Putri Mahkota
"Putri mahkota, apa kau sedang senggang hari ini? Kita bisa——"
"Maaf Yang Mulia, tapi saya ada urusan, setelah pelajaran menyulam saya harus menemui ibu saya karena hari ini adalah peringatan kematian ayah saya,"
"Aaa.. begitu? Emm mungkin lain kali, aku juga mengundang nona Hyo Jin untuk mampir dan minum teh,"
Hyo jin? Si nenek sihir itu, haah Ratu menggunakan nama itu untuk membuat Yoo na terpengaruh tapi sumpah demi apapun Yoo na tidak peduli akan hal itu
"Sayang sekali, saya juga berhutang secangkir teh pada nona Hyo jin, mungkin lain kali, kalau begitu, permisi," Yoo na memberi hormat kemudian pergi
Ia tersenyum sinis setelah melewati Ratu, Yoo na bukan gadis bodoh yang bisa dipengaruhi, ia sudah menginjak usia 20-an pengalaman mengajarkannya untuk bisa membaca setiap gerakan "menjijikkan" orang-orang disekitarnya
"Aku bahkan tidak peduli jika harus melepaskan baju berat ini," omel Yoo na
******
Sementara itu di luar Istana, suara musik mengalun sangat keras didepan sebuah rumah pejabat Istana, itu adalah pertunjukan topeng
"Tuan berilah aku sekantong beras," kata si topeng lucu
"Bukankah aku sudah memberimu, biji yang besar untuk memuaskanmu,"
Semua penonton tertawa, kecuali pemuda dengan rambut panjang dan mata yang sebelah ditutup dan berpakaian serba hitam, pemuda itu menatap dingin kearah pertunjukan tersebut, didepan seorang lelaki paruh baya nampak menikmati pertunjukan sambil terus meneguk araknya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Husband [HIATUS]
Historical FictionYoo Na terkejut, Bagaimana tidak, dia yang notabene seorang Noble dan sosialita kelas atas harus menikah dengan seorang pemuda tamvan yang gagal dalam ujian negara berkali-kali, gengsi dong ya... Namun Yoo Na tak menyerah, protesnya di tolak oleh sa...