Bab 9

34 6 2
                                    

Ralf tengah menikmati tehnya bersama dengan Alfred, Albert Aslyne dan Iel di ruang tamu. Menikmati ketenangan yang jarang mereka dapatkan. "Semuanya aku baru saja membuat kue, apa kalian mau?" tawar Elin yang datang dengan membawa nampan. "Oh, terima kasih Elin," ucap Ralf senang. Elin tersenyum lembut lalu meletakkan kue itu di meja. Setelah itu ia berjalan meninggalkan ruang tamu. "Oh, Ralf. Setelah ini apa yang akan kau lakukan? Kau tahukan kalau vampire knight sudah ada di sini. Jadi, pastinya rencanamu dalam melindungi Elin berubah, benarkan?" tanya Albert.

"Tidak, rencanaku tetap sama. Albert, Aslyen, dan Iel. Aku minta bantuan kalian untuk melindungi Elin," jelas Ralf santai. "Hei, kenapa kau tidak menyerahkan masalah perlindungan kepada Vampire knight saja? Jika kau membutuhkan bantuan untuk melawan para penghianat vampire itu. Kami pasti membantu!" benak Albert kesal. "Benar Ralf. Apa kau takut jika vampire penghianat itu menyerang kerajaan werewolf? Tenang saja, mereka tidak akan bisa menyerang dengan mudah, apa lagi brainwashing milik vampire tifak akan berpengaruh kepada bangsa werewolf," jelas Aslyen yang setuju dengan pendapat Ralf. "Bukan karena masalah itu," ucap Ralf tenang sambil menikmati teh dan kue buatan Elin. "Jadi, kenapa?" tanya Albert kesal dengan sikap temannya yang terlalu tenang ini.

"Karena aku tidak percaya dengan mereka untuk menjaga Elin," jelas Ralf tajam setelah meletakkan cangkir tehnya dan menatap Albert tajam. "Kenapa? Bukankah vampire knight pasti mengikuti perintah tuannya?" tanya Aslyen bingung. "Benar, jadi apa masalahmu?!" tanya Alber bingung. "Bukan itu yang tidak bisa aku percaya," jelas Ralf. "Jadi apa? Sialan kau membuatku kesal saja," tanya Albert kesal. "Karena mereka terlalu kaku," jelas Ralf datar. "Hah?" Albert dan yang lainnya langsung terdiam dengan terkejut menatap Ralf. Bahkan Alfred yang sedari tadi terdiam dan menikmati tehnya. Menatap kakak kesayangannya terkejut. "Apa kau serius?" tanya Albert bingung.

"Tentu saja. Mereka terlalu kaku sehingga membuat Elin pasti tidak nyaman. Terutama Alex. Sifatnya yang kurang ajar itu membuatku ingin membunuhnya saat menggoda Elin di depan," jelas Ralf dengan tajam dan mata yang merah menyala dan aura membunuh yang kuat sehingga membuat seluruh mansion bergetar. "Tuan ada apa?!" tanya George terkejut yang datang bersama penghuni lainnya termasuk Elin. "Aku tahu kau kesal. Tapi, tidak perlu menunjukkan niat membunuhmu seperti itu juga!" teriak Albert kesal. "Ah, benar. Maaf," ucap Ralf yang kembali tenang. "Sebenarnya ada apa?" tanya Elin bingung. "Ahaha ... Bukan masalah apa-apa, hanya masalah cemburunya saja," jelas Aslyen sambil tertawa kaku.

"Masalah cemburu?" tanya Jaden bingung. "Ah!" Alex menyadari sesuatu. Membuatnya langsung berkeringat dingin. "Kak, apa kau baik-baik saja?" tanya Logan bingung. "Ti,tidak ada," jawab Alex mengalihkan pandangannya. Logan hanya melirik kakaknya dalan diam. Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang kuat dari arah depan mansion. Membuat semua orang di ruang tamu terkejut. Kecuali Ralf. "Ternyata mereka sudah mulai bergerak," ucap Ralf sambil menikmati tehnya dengan tenang. "Lebih cepat dari yang kita perkirakan," jelas Albert tajam. Elin yang tidak mengerti maksud mereka menjadi sangat bingung.

"George, Patricia, Val dan Robert pergilah," perintah Ralf. "Yes, My Lord," ucap George dan ketiga Vlad itu lalu melesat meninggalkan ruang tamu. "Apa mereka akan baik-baik saja? Saya percaya dengan George, tapi bagaimana dengan para Vlad?" tanya Alex tidak percaya kepada Robert dan saudaranya. "Tenang dan tunggu saja," jelas Ralf santai. Selama beberapa menit mereka menunggu. Suara ledakan tidak ada hentinya. Membuat Elin merasa ketakutan meskipun sudah duduk di sebelah Ralf dan mendapatkan pelukan hangat darinya. George, bagaimana? Tanya Ralf melalui telepati. Mereka masih berusaha melewati penghalang, tuan. Tapi, jumlah mereka ada ratusan jelas George. Baiklah, kami akan segera kesana ucap Ralf. Baik, tuan balas George sebelum telepati terputus.

"Ternyata ada ratusan vampir penghianat yang ingin menghancurkan penghalang. Kita akan keluar. Kecuali Aslyne, Iel dan Albert. Kalian tetap di sini melindungi Elin," jelas Ralf. "Baiklah," jawab Albert dan mendapatkan anggukan dari Aslyne dan Iel sebagai jawaban. "Elin, kau akan baik-baik saja," ucap Ralf sambil memeluk Elin yang tubuhnya bergetar karena ketakutan hingga ia bisa tenang. "Baiklah, kita pergi," ucap Ralf tegas "Yes, My Lord," jawab para vampire knight dan anggukan kepala dari Alfred. "Semua akan segera berakhir," ucapnya lalu mengecup kepala Elin lembut. Membuat semua orang di sana terkejut.

Elin hanya menganggukkan kepala dan tersenyum lembut menatap Ralf. "Kalian hati-hatilah," ucap Elin lembut kepada kedelapan vampire knight. "Kakak ipar, aku juga akan berangkat," ucap Alfred. "Hati-hati," ucap Elin. Setelah itu, mereka semua pergi meninggalkan

***

Alfred dan yang lainnya langsung terkejut saat melihat jumlah pasukan vampire para penghianat yang sangat banyak. Benar yang di katakan oleh George, jumlah vampire penghianat yang berusaha untuk menghancurkan penghalang ada sekitar ratusan. Tentu saja penghalang itu tidak akan di patahkan dengan mudah. Karena penghalang yang di ciptakan oleh George dan Robert adalah penghalang tingkat tinggi yang di ajarkan oleh Ralf sendiri. "Kenapa mereka tidak menyerah saja? Penghalang itukan tidak mungkin bisa di hancurkan," tanya Alfred bingung. "Sepertinya mereka yakin jika penghalang itu bisa mereka hancurkan," jelas Ralf datar.

"Bagaimana mungkin kak?" tanya Alfred bingung. "Menurutmu bagaimana mereka bisa menemukan mansion ini dengan mudah? Bukankah para Vampire knight yang baru datang itu terus memutari mansion sebanyak tiga kali?" jelas Ralf santai. "Hah? Tiga kali? Serius?" tanya Alfred tidak percaya. "Benar, Pangeran. Karena kuatnya penghalang. Kami tidak bisa mendeteksi penghalang itu. Membuat kami hanya berkeliling mansion sebanyak tiga kali. Kami berhasil masuk itu semua berkat tuan Federick," jelas Nicole. "Sekarang kau tahu serumit apa penghalang mansion ini. Tapi, mereka bisa mengetahuinya dengan cepat. Sepertinya mereka sudah mempersiapkan segalanya dari lama," jelas Ralf tajam.

"Jadi, apa yang perlu kita lakukan tuan?" tanya George sopan. "Kalau begitu tidak ada cara lain. Robert, George, kalian hilangkan penghalangnya dan buat penghalang di sekitar mansion. Cukup sampai belakang kita saja ukurannya. Kita akan membunuh mereka semua," perintah Ralf tajam. "Baik," jawab Alfred dan yang lainnya. George dan Robert segera melaksanakan tugas mereka sesuia yang di perintahkan. Robert dan George berada di dalam penghalang bersama dengan mansion tempat Elin dan yang lainnya berada. Sedangkan Ralf, Alfred dan para Vampire Knight bersiap menghancurkan para vampire penghianat yang melesat kearah mereka dengan cepat.

Namun, bagi Ralf dan yang lainnya. Kecepatan mereka termasuk lambat. Dengan hanya terlihat kilatan cahaya. Ralf dan yang lainnya berhasil membunuh setengah pasukan vampire penghianat dengan sangat cepat. Membuat setengah vampire lainnya terdiam terkejut. "Kenapa kalian diam saja? Apa kalian menjadi takut setelah jumlah kalian berkurang setengah?" tanya Ralf dengan mata merah menyalah, aura hitam yang keluar sangat besar dan seringaian kejam yang sudah lama tidak terlihat. "Ada apa dengan kakak?" tanya Alfred yang ketakutan. Membuatnya teringat akan kejadian saat upacara pernikahan Ralf dan Victoria dulu. Saat Victoria mati di hadapannya.

Ralf menunjukkan hal yang sama dengan yang dulu. Tapi, ia tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Karena, setiap kali ia bertanya kepada kedua orang tuanya. Mereka tidak pernah menjelaskannya. "Gawat, Yang Mulia Ralf kehilangan kendali," ucap Nicole. Mendengar itu membuat Alfred menatap Nicole bingung. "Sebenarnya ada apa dengan kakak? Dulu kakak juga pernah seperti ini saat kejadian upacara pernikahan itu," tanya Alfred bingung. "Itu karena..."

Tiba-tiba terdengar suara ledakan dan teriakan dari para vampire penghianat saat Ralf dengan cepat menyerang mereka dan menunjukkan seringaian yang sangat kejam. Membuat Alfred sendiri yang melihatnya menjadi sangat terkejut dan gemetar ketakutan. "Yang Mulia Ralf menjadi seperti itu karena insting vampirenya muncul setiap kali dia merasa marah," jelas Nicole. Membuat Alfred menatapnya dengan ekspresi terkejut yang tidak hilang. "Bagaimana bisa sekuat ini? Kakak lebih menakutkan di bandingkan dengan ibu," tanya Alfred bingung sekaligus terkejut. "Karena Yang Mulia Ralf memiliki kekuatan dari ketujuh leluhur Raja vampire."

Bersambung...

Haihai

Maaf ya karena via udah lama banget gak update

Ini karena via lagi kehilangan ide dan keasikan main game nihh hehehe

Tenang aja, akan via usahakan cepat update yaa

See you again

[HIATUS] The Vampire CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang