Aku dan Chaeyoung sedang makan malam saat bel terus berbunyi dan itu sangat menggangguku. Siapa yang malam-malam bertamu dan membunyikan bel terus-menerus tanpa henti? Sangat tak sopan.
"Apa kau ada janji Oppa?" Aku menggelengkan kepalaku. Seingatku, aku tak ada janji malam ini ataupun malam-malam berikutnya.
"Ani, kau teruskan makan biar aku yang mengeceknya." Chaeyoung mengangguk dan aku langsung menuju depan untuk membuka pintu dan ternyata manusia tak punya sopan santun itu adalah Im Nayeon.
"Ada apa kau kemari?" bisikku agar Chaeyoung tak mendengar, aku takut ia salah sangka dengan wanita tak tahu malu yang baru saja bertamu tanpa diundang ini.
"Apalagi? Tentu saja mengunjungimu Oppa," godanya tanpa malu. Kadang aku berpikir apa dia tak punya harga diri hingga malam-malam ke rumah lelaki. Benar-benar menyebalkan.
"Pergilah, aku sedang makan malam dengan temanku jangan menggangguku," bisikku kali ini penuh dengan penekanan.
"Siapa?" tanya Nayeon sambil berusaha melihat ke dalam apartemen, tapi tubuh kecilnya bisa apa dibandingkan tubuhku yang tinggi ini. Tak akan kubiarkan wanita ini melihat malaikat yang sedang makan di dalam.
"Chaeyoung. Kau tak mengenalnya. Sekarang pergi dari sini!" Aku mendorongnya untuk pergi, tapi—
"Siapa Oppa?" Tiba-tiba suara Chaeyoung terdengar dan saat aku menoleh dia sudah di sana melihatku dengan tatapan penasaran benar-benar lucu, seperti anak kecil.
"Aku kekasih Seokjin Oppa." Mataku rasanya hampir copot dari tempatnya karena ucapan tak masuk akal dari Nayeon. Sejak kapan dia menjadi kekasihku? Bahkan dalam mimpiku pun tak pernah membayangkan itu.
"Ah benarkah?" Aku seperti melihat wajah Chaeyoung yang sedikit kikuk apa dia cemburu atau merasa tak enak. Tapi, kuharap itu wajah cemburunya.
"Dia bu—" Nayeon memelukku, ya Tuhan ternyata tenaga anak ini lumayan bahkan aku harus berusaha keras melepaskan pelukannya ditambah dia tiba-tiba lalu memotong ucapanku.
"Tak perlu menutupinya Oppa, di sini bukan kantor tak perlu canggung."
Dia langsung memandang Chaeyoung dengan tatapan yang jika kujabarkan seperti meremehkan dan aku tak suka. Ingin rasanya kucongkel matanya, berani sekali melihat Chaeyoung dengan tatapan itu.
"Ah kau pasti Chaeyoung kan? Kekasihku sudah menceritakan banyak tentangmu. Aku Im Nayeon." Aku melotot pada wanita sialan ini, berani-beraninya dia mengatakan hal itu pada Chaeyoung.
"Ah begitu rupanya. Semoga Seokjin Oppa menceritakan hal yang baik. Apa kau sudah makan malam Nayeon-sii?" tanya Chaeyoung dengan senyum yang entah mengapa aku melihatnya bukan seperti senyum yang biasa ia berikan, bagaimana aku mengatakannya ehm mungkin seperti senyum terpaksa.
"Aku sedang diet Chaeyoung-sii." Chaeyoung mengangguk.
"Kau ingin teh? Biar aku buatkan." Aku sudah ingin mencegah, tapi Nayeon lagi-lagi menghalangiku.
"Ani, kau tak perlu melakukannya, lagi pula ini bukan rumahmu." Aku merasa bahwa ucapan Nayeon sedikit keterlaluan aku tak mengerti dengan semua kepura-puraannya ini.
"Ne?"
"Ya! Im Nayeon!"
"Aku berkata sebenarnya Oppa. Ini bukan rumahnya dan dia bertingkah seperti ini rumahnya." Chaeyoung masih tersenyum, tapi aku bisa aku melihat ia meremas tangannya tanda bahwa ia sedang menahan emosinya.
"Chaeyoung bukan orang asing dan kau bukan kekasihku tak bisakah kau mengerti ucapanku?" Aku merasa aku harus memberikan garis untuk Nayeon agar dia tak keluar batas. Kami hanya rekan kerja tak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Smeraldo
FanfictionKim Seokjin menyukai bunga smeraldo terlepas dari makna dibalik bunga itu menurutnya terlalu disayangkan bila harus membenci bunga itu hanya karena pesan dari sang bunga. Hingga ia bertemu dengan seorang gadis yang juga menyukai bunga smeraldo karen...