Epilog

758 70 6
                                    

Seokjin tengah menunggu kereta lewat di sebuah perlintasan kereta, lama, tapi ia terus menunggu ia juga tak tahu kenapa padahal dia bisa saja putar balik dan memilih jalan yang lain. Tapi dia selalu ingin menunggu hingga akhirnya gerbong terakhir telah lewat dan pandangannya digantikan oleh wajah seorang gadis dengan rambut coklat yang juga melihat ke arahnya.

Gadis itu bukanlah cinta pada pandangan pertama, tak ada bunyi-bunyi nada harpa Cupid hanya suara derap langkah gadis itu, tapi entah mengapa matanya seakan selalu tertuju pada gadis itu.

Gadis itu sendiri menunduk terlalu malu untuk memandang wajah tampan Seokjin yang terus melihatnya hingga ia tak sadar bahwa salah satu bukunya terjatuh. Sebuah buku yang selalu ia jadikan tempat mengadu.

Tiga tahun berlalu Seokjin sudah melupakan keberadaan gadis itu dan juga buku yang diam diam ia simpan di laci nakasnya.

Namun suatu hari saat ia ingin mengambil surat dari dalam nakas dia kembali melihat buku itu dan entah setan mana yang merasuki nya dia membukanya setelah 3 tahun hanya menyimpannya saja.

Dia mendengus melihat lembar pertama buku itu.

Buku ini bukan milikmu kembalikan ke tempatnya jika kau tak ingin di kutuk.

Seakan tak peduli dengan ancaman kutukan yang tertulis Seokjin masih saja membalik buku itu.

Ternyata kau benar benar keras kepala ya

"Apa dia cenayang?" pikir Seokjin, tapi dia kembali membuka lembar berikutnya buku itu karena dia adalah tipe semakin dilarang semakin dilakukan.

Aku sudah memperingatkanmu. Siap-siap kau akan terkena kutukan untuk menyukaiku sampai kau tak bisa hidup tanpaku. rasakan itu.

"Apa-apaan kutukan itu? Dasar aneh." Seokjin kembali membuka lembar berikutnya.

Aku akan mendatangimu.

Seokjin tak membuka lagi lembar berikutnya karena bunyi bel yang saling bersahutan dan dipastikan itu adalah teman sekantor nya yang memiliki tubuh dewasa, tapi kelakuan seperti anak kecil.

"Tunggu sebentar." Seokjin meninggalkan buku itu begitu saja hingga terjatuh ke lantai dan bergeser ke kolong tempat tidur karena Seokjin tanpa sengaja menendangnya.

Rumah Seokjin menjadi ramai dengan berkumpulnya 5 lelaki dewasa yang hobi bertingkah seperti anak anak bahkan mereka kini mem-bully maknae karena memilih membeli jjampong dibanding mi dingin hingga belum kembali berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Seokjin menjadi ramai dengan berkumpulnya 5 lelaki dewasa yang hobi bertingkah seperti anak anak bahkan mereka kini mem-bully maknae karena memilih membeli jjampong dibanding mi dingin hingga belum kembali berbunyi.

Sebuah kalimat di buku yang ia temukan tiba tiba teringat di kepalanya.

"Panggil Chaeyoung saja, Rosé hanya namaku di radio."

✅SmeraldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang