Aku tak mengenal banyak wanita, maksudku dalam konteks dekat seperti aku dengan Chaeyoung ataupun aku dengan Jisoo, selain itu aku cenderung menjaga jarak dengan wanita. Hingga aku sedikit merasa heran saat Park Sooyoung, bagian resepsionis menghubungi departemenku dan mengatakan bahwa aku memiliki tamu wanita. Tadinya aku tak ingin menemuinya karena pengalaman mengajarkanku untuk tidak berhubungan dengan wanita asing seperti yang pernah terjadi pada Jimin yang hampir bertengkar dengan Seulgi hanya karena wanita yang tak ada hubungannya dengan Jimin dan aku tak ingin Chaeyoung cemburu.
Namun, setelah Soyoung mengatakan bahwa wanita itu adalah Jennie, teman Chaeyoung aku bergegas menemuinya walaupun seingatku aku tak punya masalah dengannya, jadi kupikir ini berhubungan dengan Chaeyoung dan itu cukup membuatku penasaran. Jadi, aku memutuskan untuk menemuinya karena kata pepatah penasaran bisa membunuh kucing apalagi manusia bukankah nyawa kucing ada sembilan sedangkan manusia hanya ada satu, jadi jelas itu sangat berbahaya.
"Jennie-sii." Aku menyapanya terlebih dahulu, saat dia berbalik aku melihat penampilannya sedikit berbeda dari biasanya kali ini dia memakai kacamata hitam menutupi mata kucingnya yang tajam.
"Maaf memanggilmu di saat jam kerja." Dia tampak begitu serius dan canggung berbeda dari biasanya yang terlihat galak.
"Gwencana¹, silahkan duduk." Aku menyuruhnya duduk dan dia melakukannya.
"Ada apa?" tanyaku langsung ke inti karena aku memang tak begitu bagus dalam basa-basi. Bukankah lebih baik langsung ke intinya apalagi aku cukup sibuk dengan pekerjaanku.
"Tolong bantu aku membujuk Chaeyoung." Membujuk Chaeyoung? Membujuk apa? Seingatku membujuk Chaeyoung hanya butuh mengajaknya pergi makan-makanan enak atau mengajaknya ke aquarium.
"Bujuk apa?" tanyaku akhirnya setelah Jennie tampak tak langsung mengatakan maksudnya.
"Chaeyoung sakit Seokjin-sii." Sakit? Chaeyoung memang tampak lebih kurus, tapi aku tak pernah tahu bahwa ia sedang sakit.
"Sakit?" tanyaku memastikan.
"Kanker otak. Dokter memvonis umurnya tak akan lebih dari 3 bulan."
Rasanya dan seperti terkena kejutan listrik beribu volt. Ini begitu tiba-tiba. Bagaimana itu bisa terjadi? Dia baik-baik saja selama ini, dia tak pernah mengeluh sakit.
"Buat dia menjalani pengobatan, hanya kau yang bisa membujuknya."
Aku masih diam mencoba mencerna ini semua sambil menunggu ada yang keluar dan mengatakan bahwa ini adalah hidden camera.
"Bukankah ini keterlaluan untuk sebuah hidden camera?" tanyaku dengan wajah yang tak bisa dikatakan main-main, tapi Jennie juga tak mengubah ekspresinya dia terlihat sangat serius sekarang.
"Aku akan menangis senang jika ini semua adalah hidden camera, tapi sayangnya ini kenyataannya Seokjin-sii."
"Tapi, kau tahu dari mana?"
"Lihat ini!" Jennie mengeluarkan sebuah kertas dan memberikannya padaku.
"Itu bucket list Chaeyoung sebelum dia meninggal, aku menemukannya setelah Miran bermain-main dengan itu." Miran, maksudnya hantu yang berada di apartemen mereka?
"Aku tahu ada yang tak beres, jadi aku mengeledah kamar Chaeyoung dan aku mendapatkan ini." Dia memberikan sebuah amplop coklat dengan logo rumah sakit di ujungnya. Ini lebih menegangkan dibanding mengetahui tentang seleksi karyawan. Aku membuka amplop itu dan rasanya saat itu ada yang meledak di dadaku.
"Sekarang kau percaya?"
Nama Chaeyoung tertulis di sana dengan diagnosa kanker otak stadium 4.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Smeraldo
FanfictionKim Seokjin menyukai bunga smeraldo terlepas dari makna dibalik bunga itu menurutnya terlalu disayangkan bila harus membenci bunga itu hanya karena pesan dari sang bunga. Hingga ia bertemu dengan seorang gadis yang juga menyukai bunga smeraldo karen...