Scene 🎬 6

3K 418 15
                                    




🎥









Duduk termenung memandangi lukisan malam yang bergemelap di langit, ditemani dengan secangkir yuja cha dan setoples butter cookies serta alunan dentingan piano yang mengalun lirih dari earphones, inilah yang dilakukan Jaemin sekarang. Seorang diri menyepi di belakang pondoknya, sejak satu jam yang lalu.


Terlarut dengan semua hal yang menjadi surga dunianya, Jaemin tidak menyadari kalau Jia sudah duduk manis di sampingnya, bertopang dagu, bertumpu pada cushion biru gelap di pangkuan dengan sebuah senyuman penuh arti terpasang di belah bibirnya.


“Ah!” Ia tersentak kaget ketika menoleh dan mendapati sahabatnya sedang memperhatikan gerak-geriknya dengan serius.


“Sedang memikirkan tentang apa calon pengantin kita yang satu ini?” tanya Jia dengan kekehan di sela kalimatnya.


Pipi Jaemin bersemu merah jambu, sangat kontras dengan sweater putih yang dikenakannya sekarang.


“Apa sedang memikirkan Pangeran Lee?” tanya Jia lagi.


Jaemin menggeleng cepat. “Tidak. Aku hanya—”


“Rindu. Kau merindukan seseorang,” potong Jia cepat.


“Kau ini!” Jaemin mendecak kesal. “Memangnya kau cenayang?” Satu tawa kecil lepas dari bibir Jaemin setelah melihat Jia yang menekuk wajahnya masam.


“Hm, kalau kau di sini? Lalu siapa yang bertugas di pondok utama?” tanya Jaemin seraya menggigit sekeping butter cookies.


“Ada petugas baru yang ditempatkan khusus di sana. Kurasa perkemahan kita semakin terkenal. Buktinya? lihat saja, pegawainya yang semakin bertambah banyak dan fasilitas kita pun semakin keren.”


“Petugas baru?”


Mengangguk, Jia merebut potongan cookies dari tangan Jaemin dan melahapnya langsung. “Nhamanyha Hhanhi.”


“Jangan dengan mulut yang penuh.”


Jia mengangguk lalu menyesap teh hangat Jaemin yang kini sudah dingin. “Namanya Hani,” ulangnya cepat.


“Ahh... kalau begi—”


“Jaemin-ssi?”


Belum selesai Jaemin berbicara, seseorang memotong kalimatnya dengan cepat, itu Pak Yoon. Yang bertugas sebagai kepala keamanan di sini.


“Ada apa Pak Yoon?” tanya Jaemin sembari tersenyum.


“Ada telepon untuk Anda. Hani-ssi bilang begitu.”


Jaemin dan Jia saling melempar tatapan, lalu Jaemin berdiri dari kursinya dan berjalan mengikuti Pak Yoon dari belakang.


Sesampainya di pondok utama, Jaemin disambut oleh senyuman manis dari seorang gadis yang ternyata adalah orang yang disebut Jia tadi—Hani. “Apa ada telepon untukku?” tanya Jaemin pada gadis itu.


“Ah, Jaemin-ssi?” Satu anggukan diterimanya dari Jaemin. Namun Hani terdiam sejenak, seolah sedang berpikir sesuatu. “Uh... sepertinya di line satu.” Hani mengangkat gagang telepon dan memberikannya pada Jaemin.


“Terima kasih.” Jaemin menerima gagang telepon dengan cepat dan menempelkannya ke telinga.


Sementara itu,


Di belakang Jaemin, ada sesosok gadis kecil yang sedang berdiri bersisian dengan Pak Yoon, tersenyum cerah.


“Kata Pak Yoon, ada telepon untukku,” kata gadis itu sambil mengedip lucu pada Hani.


“Ah, kau Minjae?” tanyanya cepat.


“Ne, Eonnie.”


“Tunggu.” Jia mengambil gagang telepon lainnya dan menekan line dua yang masih berkedip. “Sepertinya ini Ayahmu. Dan dia terdengar sangat panik,” lanjut Hani sambil terkekeh riang.


“Terima kasih.” Ragu-ragu, Minjae menempelkan gagang telepon di telinganya, berharap kalau bukan pekikan lantang yang ia dengar dari ujung sana.


“Halo?” lirihnya, hampir tidak terdengar.


My Darling!


“Ne??”









🎥









🎥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Altering SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang