Scene 🎬 19

1.9K 299 1
                                    




🎥









“Kenapa kau berkata seperti itu, Jaemin-ah? Kita tidak pernah tahu kapan datangnya cinta dalam hidup kita. Aku tahu kau pernah terluka, tapi jangan membuat luka itu terus menganga lebar, menjadi sebuah lubang hitam yang menghisap tuntas semua cinta yang datang dan berusaha mengobatimu.”


Jia menghela nafas panjang, kalimatnya terhenti kala melihat ekspresi di wajah sang sahabat yang berubah setelah mendengar tuturannya.


“Dengar, aku bukannya ingin mengguruimu tentang cinta. Memangnya aku siapa? Pujangga? Ahli percintaan? Bukan, 'kan? Aku hanya ingin kau melangkah maju menyambut cinta baru. Berhenti membuat dirimu terjebak dalam masa lalu dan menyiksa pikiranmu setiap harinya dengan kenangan itu.”


“Kau percaya dengan adanya cinta, Jia?” tanya Jaemin lirih.


Jia mengangguk sekali dengan cepat. “Ya. Aku percaya. Katakanlah aku tidak, tapi aku yakin suatu hari nanti, kau akan tersenyum menyambut musim panas dengan seseorang yang menghujanimu dengan limpahan cintanya, tunggu saja.”


“Tapi...”


“Lupakan tentang pria yang menorehkan luka di hati mu itu, Jaemin-ah.”


Jaemin tersenyum getir lalu mengulurkan tangannya keatas, menggapai-gapai di udara, seolah sedang menggapai bintang yang mulai berkelip riang di angkasa. “Pria itu...” ucapnya lirih.


“Dari semua pria di dunia ini yang bisa membuat ku jatuh ke dalam hatinya... kenapa harus dia? Yang sama sekali tidak punya ruang di hatinya untuk seseorang sepertiku?” lanjut Jaemin dengan suara parau.


Jia terdiam, merenungi sejenak tuturan Jaemin sambil menutup matanya. Jelas tersirat betapa menyakitkan dan perih hari-hari yang sudah dilalui oleh sang sahabat.


“Mungkin saat itu, Sang Dewa Asmara sedang kehabisan anak panahnya, dan memutuskan hanya memanah satu orang saja, bukan dua. Dan orang ‘beruntung’ yang dipanah itu adalah aku.” Jaemin tersenyum sendu.


Jia mengulum senyumnya. “Oleh karena itu, sang Dewa Asmara menyesalinya dan mengirimkanmu seorang pangeran tampan bernama Lee Jeno,” ucap Jia seraya menggenggam tangan Jaemin.


Jaemin melebarkan senyumannya lalu menggangguk pelan. “Ya, benar.”


“Ayo kita sudahi obrolan berat ini. Aku seperti keluar dari karakterku saja, mengobrol tentang cinta dan sebagainya.” Jia mengayunkan kedua tangan Jaemin yang masih digenggamnya erat sambil terkekeh.


“Hehehe... lagipula sudah hampir pukul tujuh. Aku akan ke pondok utama. Siapa tahu Pak Yoon sudah bersiap di sana.”


“Okay!”


“Bisa minta tolong untuk mengecek anak-anak di pondoknya? Mereka biasanya menyelinap keluar dan bermain di dapur atau ke danau. Kau tahu itu berbahaya, 'kan?” pinta Jaemin sembari memakai jaketnya.


Jia mengangguk tetapi dengan wajah yang tertekuk masam.


“Atau kau saja yang pergi ke kota?” tawar Jaemin.


Secepat kilat Jia menyilangkan kedua tangannya. “No, thank you,” tolaknya cepat.


Jaemin tertawa kecil lalu berpamitan seraya bergegas menuju pondok utama.


Langkah ringan Jaemin berhenti saat lagi-lagi manik gelapnya menangkap sesosok gadis kecil di tepi danau. Sendirian.


Dalam pikirannya hanya satu nama yang muncul dan benar adanya.


“Lee Minjae? Sedang apa?” tanya Jaemin seraya berjalan cepat mendekat.


Minjae menoleh, tersenyum saat mendapati sosok Jaemin sudah berjongkok di sebelahnya.


“Aku bosan di dalam. Teman-teman sedang mengobrol tentang anak laki-laki dan aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, Ssaem,” keluh Minjae dengan bibir yang mengerucut lucu.


Jaemin mengulurkan tangannya lalu membelai surai Minjae dengan lembut. “Kalau bosan, kenapa ke sini? Kau bisa ke pondok utama. Menonton televisi atau—”


“Tidak. Di sini lebih menyenangkan.”


“Dan banyak nyamuk.”


“Ssaem sendiri sedang apa? Mau ke mana?”


“Uh...”


“Aku boleh ikut?”


“Ukh...”


“Yay!”









🎥









🎥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Altering SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang