Scene 🎬 16

1.9K 310 7
                                    




🎥









August Rush Summer Camp, selamat siang dengan Hani, ada yang bisa dibantu?”


Mata menyipit dengan bibir terkatup rapat menahan tawa yang ingin membuncah, Jeno melirik pada Nyonya Na dengan jahil lalu kembali menempelkan ponselnya ke telinga.


“Ya. Selamat siang. Saya ingin membuat reservasi untuk perkemahan umum, apa bisa?” tanya Jeno dengan cepat, berbalut semangat membara di setiap kata yang terucap.


Nyonya Na hanya bisa menggeleng heran pada calon menantunya yang sungguh kelewat cinta pada putranya itu.


Baik. Maaf, saya berbicara dengan Tuan?”


“Jeno. Lee Jeno.”


Baik Tuan Lee, kami ada paket untuk umum dan juga terdapat resevasi biasa tanpa paket. Dihitung permalam tanpa...”


Beberapa menit Jeno habiskan untuk mengadakan parade ekspresi di wajahnya. Setelah panggilan berakhir, ia menghela nafas panjang.


“Bagaimana? Apa sudah lega?” tanya Nyonya Na.


“Ehehe...”


“Jangan hanya tertawa. Kau ini.” Nyonya Na tak kuasa ikut tertawa bersama calon menantunya itu.


Jeno tersenyum dengan pipi yang merona, membayangkan akan bertemu dengan sang kekasih membuatnya seperti pujangga yang terlena oleh syair dan sajak cinta yang beresonansi bersama sang purnama. Sungguh arti sempurna dari budak cinta.


“Tapi aku masih harus menunggu empat hari lagi, Eomma,” lapornya dengan rengutan masam.


“Lho? Kenapa?”


“Mereka masih penuh untuk saat ini. Kata petugasnya tadi baru saja ada yang memesan pondok kosong yang terakhir.”


“Ah...”


“Orang Seoul katanya.”


“Ha? Kenapa kau bisa tahu?”


“Aku iseng saja bertanya, Ehehe... lagipula kenapa sih orang-orang di Seoul itu selalu bepergian ke luar kota? Bukannya di Seoul sudah banyak tempat yang lebih menarik untuk dilihat?” Jeno mengoceh tanpa henti dengan wajahnya yang semakin masam. Membuat Nyonya Na mencubit pipinya dengan gemas.


“Kau ini. Kau bisa menunggu selama empat tahun, kenapa tidak sabar hanya menunggu empat hari lagi? Lalu, ada apa dengan orang Seoul? Bunda juga dulu asli sana, lho.”


Jeno meringis canggung, lalu kembali menggelayut di lengan calon Ibu Menantunya dengan manja.


“Bunda...” panggilnya.


“Mn?”


“Ceritakan padaku tentang Jaemin saat masih di Seoul dulu.”


Kedua alis Nyonya Na mengernyit heran dengan pertanyaan yang terucap dari bibir Jeno, “Bukankah Jaemin sudah sering bercerita?” tanyanya penuh kebingungan.


Jeno menggeleng, “Tidak semuanya. Ia hanya bercerita ala kadarnya saja. Tidak seluruhnya. Seperti ada yang sedang dia sembunyikan, dan entah kenapa Jeno merasa hal itu—”


“Jen...” Nyonya Na menangkup wajah pemuda Lee itu di kedua telapak tangannya lalu tersenyum simpul. “Jaemin tidak menceritakannya padamu pasti ada alasannya. Mungkin seperti misalnya, itu adalah kenangan buruk atau sebuah ingatan yang ingin dia lupakan. Jaemin hanya ingin membuat ingatan dan kenangan baru bersamamu disini. Jangan terlalu dipikirkan, okay?”


Jeno mengangguk pelan. “Bunda.”


“Ya, Sayang?”


“Apa... Jaemin dulu punya kekasih di Seoul?”









🎥









🎥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Altering SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang