Scene 🎬 29

1.6K 291 7
                                    




🎥











“Apa yang sudah ku kewatkan hari ini? Aku tidur seperti beruang yang sedang hibernasi dan kau tidak membangunkanku sama sekali.”


Jeno merengek seperti balita dengan lengan terkalung di pinggang Jaemin, bertingkah manja sejak ia membuka mata lima menit yang lalu.


“Mana tega aku membangunkanmu? Ini sudah sore. Apa kau ingin makan siang atau menunggu sekalian makan malam?” tanya Jaemin seraya melepaskan kaitan lengan Jeno.


“Aku ingin makan kau saja—aw!”


Jaemin mendaratkan sentilan di dahi Jeno, membuatnya meringis sembari mengelus dahinya.


“Aku harus ke kota bersama Jia. Tuan Jang ingin aku mengambil goodie bags tambahan untuk anak-anak bawa pulang. Jika kau ingin berjalan-jalan, jangan jauh-jauh dan lebih baik kau mandi dulu,” tutur Jaemin seraya memakai kembali jaket dan sepatunya.


Jeno terdiam dengan rengutan sebal tercetam di wajahnya. “Kenapa kau terus meninggalkanku? Aku ke sini untuk berduaan denganmu.”


Jaemin menghela nafas lelah. “Aku di sini untuk mengajar, Jeno-ya. Bukan untuk berbulan madu bersamamu.”


Dengan ini, Jaemin menghampiri Jeno dan duduk di hadapannya.


“Jangan seperti ini,” ucapnya pelan dengan jemari menari di sepanjang sisi wajah Jeno, membelainya lembut. “Nanti akan ada waktunya hanya ada kita berdua,” lanjutnya dengan senyuman simpul.


Jeno menggenggam tangan Jaemin yang menempel di wajahnya, lalu mengecup sisi telapak tangannya dengan penuh kelembutan. “Ya. Aku tahu.”


“Nah, aku harus segera ke pondok utama. Jia dan Pak Yoon mungkin sudah menungguku di sana. Mandi dan kalau lapar, tinggal telepon Hani atau kau bis—”


“Yes, Darling. Aku bukan anak kecil lagi,” potong Jeno cepat seraya mengecup bibir Jaemin singkat.


Pipi Jaemin bersemu merah muda, membuat Jeno gemas dan menambah kecupan-kecupan lainnya di seluruh wajah Jaemin.


“Okay, sudah! Sudah! Aku harus pergi Jeno-ya,” pinta Jaemin sambil menggeliat dalam pelukan Jeno.


Jeno menggumam lirih, lalu ia menarik nafas panjang. Seolah sedang meraup seluruh aroma lembut khas kekasihnya yang menguar dari balik jaket yang dikenakannya. “Aku mencintaimu. Kau tahu itu, 'kan?”


Seperti biasa, hanya gumaman dan anggukan cepat yang ia terima.


Lalu setelahnya, ia hanya bisa menatap punggung Jaemin yang perlahan menghilang dari balik pintu yang menutup lambat.

The Altering SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang