10. I Like You (A)

519 93 6
                                    

Aku telah lama menyukaimu seperti ini. Tapi, kalau kamu tidak menyukaiku, cukup katakan saja 'Maaf.'
Maka, aku akan baik-baik saja.

---- Day6 _ I Like You ----

---- Dream Catcher ----




(Kalau kalian lupa, bisa baca part" sebelumnya ya^^ Ah iya, sebelum itu, nanti akan saya beri aba-aba kapan harus memutar lagu yang ada di caption/media, selamat menikmati(?))

Dua netra rubah itu terbuka perlahan. Disambut sinar kuning sang surya, membuatnya mengedar pandangan. Ruangan bernuansa kuning keemasan, langit-langit yang tinggi, juga jendela besar hampir setinggi dinding.

Ia tertegun mencerna sesuatu. Sedetik kemudian, Jeongin bangkit dari baringannya panik. Tersadar entah sejak kapan dan bagaimana di berada di tempat ini.

Ia kembali melempar pandangannya, dan tepat sekali lukisan langit biru dengan bulan bersinar itu adalah ciri khas dari kamar tidur rumah lamanya, rumah masa kecilnya.

Kakinya menyentuh lantai berwarna putih tersebut. Berjalan cepat menuju luar kamar, mencoba mencari kebenaran akan sebuah fantasi yang terasa nyata.

Dilihatnya dari atas tangga, ruang keluarga beserta ruang tamu yang besar, juga dapur yang terhubung dekat ruang makan.

Atmosfir dingin yang dirasa benar-benar membawanya kembali pada masa itu. Jeongin menarik napasnya pelan, bahkan wangi khas lavender ruang keluarganya masih sangat asli.

Ini di rumah lamanya. Sebuah misteri sejak kapan dan bagaimana ia kembali lagi kesini. Seperti sesuatu memaksanya kembali pada kenangan yang ingin ia buang.

Rasa penasaran menguasai diri, membuat Jeongin melangkah lebih jauh, menuruni anak tangga sambil menghirup udara pahit dari kenyamanan sebuah rumah.

Ia sampai di sebuah ruangan yang sangat familiar dengannya. Ia tau betul ruangan ini. Ruang yang selalu menjadi saksi pertengkaran hebat orang tuanya. Matanya menatap kosong, terbayang jelas ketika teriakan, juga visualisasi Ayah dan Ibu yang bahkan hampir baku hantam.

Hal yang paling ia benci, dimana hari-hari masa kecilnya sudah dipenuhi dengan suara mengumpat.

Ia menghembuskan nafas berat, penuh luka. Satu hembusan menggambarkan semuanya. Rasa penyesalan dengan alasan yang tak pasti.

Ia tak tahu, ia merasa bersalah karena saat itu terlalu kecil, dan tak bisa berbuat apapun. Yang ia lakukan hanya bertindak acuh, seakan tak tahu apapun. Bahkan hari dimana ia dipisah dengan saudaranya, ia tak berdaya.

Seklibat bayangan mencuri perhatian. Bayangan itu nampak berjalan, menggoda Jeongin untuk mengikuti nya menuju lantai atas.

Jeongin kembali meniti anak tangga itu, memperkirakan tinggi pantulan hitam itu yang sama seperti dirinya.

Mimpi itu adalah tempat yang tak pasti, kamu bisa berpindah sesuka imajinasi, sekalipun kamu sebenarnya tak mau ada disana.

Dan Jeongin tiba dalam sebuah kamar bernuansa abu putih. Selimut hangat itu terlihat berantakan, beberapa obat berserakan dengan secarik kertas penuh tulisan dokter. Adapun pisau silet tergeletak diantaranya.

DREAM CATCHER [ JEONGIN - YUNA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang