Pusing mau nge-quote apa
---- Dream Catcher ----
Sepasang kaki jenjang melangkah sepanjang koridor sekolah. Pagi yang cerah rupanya tidak seragam dengan pikirannya yang muram. Masih terbayang kejadian tempo hari lalu, di kediaman Jeongin.
Kala itu, Yuna menitikkan air mata. Fakta bahwa Injeong sebenarnya sudah tiada, membuat dirinya benar-benar terpukul. Bahkan mereka belum sempat bertemu, untuk yang terakhir kalinya.
Memorinya mengingat kala Jeongin merubah penampilan di rumah sakit sang ibu. Ia kini menyadari, saat itu Jeongin merubah diri menjadi Injeong. Namun, justru hal itu membuat seluruhnya janggal baginya.Untuk apa? Mengapa? Ada apa? Sejak kapan? Bagaimana bisa? Semuanya mulai berputar di otak Yuna.
Baik Yuna maupun Jeongin, saat ini mereka tidak saling menghindar. Hanya saja setiap bertemu, suasana menjadi canggung dan kaku. Pun Injeong tidak kunjung datang ke mimpinya. Ia tidak menemukan jawaban apapun.
"Shin Yuna?" Si pemilik nama mengangkat kepalanya, tanda ia sudah kembali pada kesadarannya.
"Ya?" Obsidian legam itu menatap bingung adam di depannya ini.
"Lagi ada masalah?" Choi Beomgyu bertanya, sesuai apa yang ada di kepalanya. Sedari tadi, Yuna terlihat sedang banyak pikiran. Langkahnya lunglai, seakan jiwanya sedang di tempat lain.
Gadis itu menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja."
Beomgyu mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Ia berniat menjalankan tungkainya lagi, sebelum sebuah suara perempuan menghentikannya.
"Choi Beomgyu." Si pemilik nama hanya menaikkan satu alisnya. "Saudara kembar Jeongin..." Yuna menggantungkan kalimatnya. "Sebetulnya kau sudah tahu, kan?"
Pemuda bermarga Choi itu terdiam. Ia tidak mengira gadis di depannya itu akan membicarakan topik ini. "Kau sudah tahu?"
Yuna mengangguk. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan pertanyaan, yang selama ini butuh jawaban. "Bagaimana bisa?" cicitnya.Beomgyu menghela napas berat, ia kemudian membenarkan posisinya, persis menghadap gadis itu. "Aku tidak tahu pasti. Ada banyak rumor dari sekolahnya, di Gyeonggi. Ada yang bilang dia sakit, ada yang mengatakan dia overdosis obat-obatan, ada juga yang mengatakan ia bunuh diri. Tapi tidak ada satu pun yang tahu kebenarannya, kecuali keluarga mereka sendiri."
Jawaban-jawaban itu membuat Yuna berpikir keras lagi. Seingatnya, Injeong terlihat sangat-sangat sehat. Injeong juga anak yang baik-baik. Tidak mungkin ia menggunakan obat-obatan.Ia juga ingat, kalau Injeong tipikal yang ceria, ceplas-ceplos, dan banyak bercerita. Tidak ada alasan baginya untuk mengakhiri hidup.
"Kenapa mereka gak tinggal bersama-sama?"
"Orang tua bercerai? Masing-masing mengambil satu anak. Kemudian, ayahnya menikah lagi, dan ibunya...." Beomgyu tidak menyelesaikan jawabannya, sebab ia yakin, gadis itu telah mengetahuinya. Yuna kembali menjerit dalam hati. Fakta lain yang baru saja terungkap, bahwa sebetulnya keluarga Jeongin benar-benar retak.
"Bagaimana kamu bisa tahu itu semua?"
"Aku mencari tahu." Pemuda itu kemudian menelengkan kepalanya, mencoba menghindari manik kembar milik si gadis. "Kupikir, dalam pertemanan harus saling membantu. Jadi aku mencari tau tentang si kunyuk yang pendiam itu. Tapi, ternyata aku salah. Dia tidak suka privasinya diganggu."
Sang adam terlihat mengulum senyum yang sulit diartikan, terlihat manis, naun terkesan hambar. Ia lalu kembali menatap sang puan. "Jadi, akan lebih baik kalau kamu menanyakannya sendiri pada Yang Jeongin."
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER [ JEONGIN - YUNA ]
FanfictionMimpi itu Bunga Tidur. Hanya sebuah imajinasi otak yang sedang beristirahat guna menghibur diri dikala tidur. Aku bukan ingin menceritakan tentang mimpi indah ku disetiap malam yang membuat ku tesenyum, atau mimpi buruk yang membuat ku mengigau. Dik...