11. Confession

157 28 10
                                    

Terlalu banyak rahasia yang kamu sembunyikan dari dunia
 

---- Dream Catcher ----


( Kalau kalian lupa sama ceritanya, disarankan banget baca part sebelumnya yaa 😭😭 )



Yuna berdiri di depan rumah bernuansa peach, dengan desain dan tatanan yang terkesan estetik.  Tujuh bulan yang lalu terakhir kali Yuna menapakkan kaki ditempat ini, dan itu pula sebagai pertama kalinya ia datang.

Suasana rumah ini tidak berubah. Tetap tenang meskipun ia yakin, sang pemilik sedang berada di titik terendah. Jemari lentik Yuna menekan bel kediaman Ryu tersebut. Bunyi bel yang nyaring terdengar, namun tak ada tanda-tanda sang pemilik keluar.

Gadis Shin itu menghembuskan napasnya. Sudah percobaan kesepuluh dan hasilnya tetap nihil. Air muka Yuna menampakan kecemasan, takut kalau si tuan rumah melakukan hal aneh. Membayangkannya saja, sudah membuat Yuna menggeleng ngeri.

Ia mendongak memandang rumah tak begitu besar di depannya ini. Yuna menggigit jarinya berpikir keras. Ia mungkin tipikal manusia serba penasaran, tapi nyalinya hanya sebiji kuaci.

Membuat keputusan ini saja perlu berpikir setengah mati. Dengan pertimbangan yang panjang, akhirnya Yuna memutuskan untuk memasuki kediaman Ryu itu sendiri. Jalan satu-satunya yang sudah pasti dinilai lancang.

Pelan tapi pasti, Yuna membuka pintu kayu berwarna putih itu. Matanya mengintip sedikit keadaan di dalam yang sudah dapat dipastikan, terlihat seperti kapal pecah.  

Yuna melangkahkan tungkainya perlahan tak mengeluarkan suara. Rumah ini seperti tak ada tanda kehidupan. Jemari gadis itu menyalakan saklar lampu pelan. 

Berantakan. Semua buku berserakan di lantai, benda-benda juga berjatuhan. Bahkan sofa rumah itu terlihat seperti korban cakaran. 

Yuna menulusuri rumah yang terkesan agak menyeramkan tersebut, sebab hawa di sekitar betul-betul sunyi. Ia kemudian sampai pada salah satu pintu kamar berwarna putih, dengan stiker kupu-kupu menghiasi. Ia yakin seratus persen, itu adalah ruang tidur milik putri tunggal Tuan Ryu.

Sebelum Gadis Shin itu membuka pintunya, terdengar isakan tangis dari dalam ruangan itu. Tangis yang begitu menyakitkan, yang menular hingga Gadis Shin itu turut merasakannya.

Tanpa basa-basi lagi, ia segera membuka pintu itu lebar-lebar, "Kak Sujeong!" serunya seraya berlari pada perempuan yang kini tengah menangis tersedu, bersandar pada tempat tidur yang terlihat sangat kumuh. 

Keadaan kamar tersebut tidak bisa disebut sebagai tempat tinggal. Bukan karena rumahnya yang kecil dan kotor. Hanya saja, letak sprei yang tak karuan, barang-barang yang berhamburan dimana-mana, bahkan Yuna dapat melihat pecahan kosmetik di lantai, yang tak dibersihkan.

Atensinya tertuju pada situasi Gadis Ryu itu saat ini. Mantan pacar kakaknya itu benar-benar terlihat kacau. Rambut yang berantakan, tubuh yang semakin kurus, serta mata yang benar-benar bengkak dan sembab itu menandakan ia belum berhenti menangis. Sudah berapa lama ia seperti ini?

"Kak, tenang. Ini aku, Yuna. Aku disini." Gadis itu berusaha memeluk Sujeong yang tak henti-hentinya menangis. Tangisan si tuan rumah itu justru semakin kencang. Ia mencengkeram pakaian Yuna kuat, menggambarkan seberapa nahas nasibnya kini. 

 
Gadis Shin itu menahan air matanya. Ryu Sujeong adalah orang baik. Terlampau baik. Memang sedari awal, Yuna tak suka dengan hubungan Sujeong dan kakaknya. Begitu tumpang. Kakaknya terlalu iblis untuk malaikat seperti Sujeong.
 
 
Yuna masih ingat, bagaimana Sujeong dengan tulus hati mengatakan, ia akan menerima segala kekurangan kakaknya. Sebagai seorang wanita, Yuna paham dengan situasi Gadis dalam rengkuhannya ini. 

DREAM CATCHER [ JEONGIN - YUNA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang