Maaf untuk typo😊
Jangan lupa vomments dan share 🤩
Bagian ini tidak diperuntukkan bagi JOMBLO ABADI. JIKA ANDA TERMASUK DI DALAMNYA SEGERA MENCARI GULING ATAU BANTAL UNTUK BERJAGA-JAGA JIKA KALIAN AKAN BERTERIAK.Now playing : iKON - Love Scenario
"Baper sewajarnya. Karena sakit hati nggak ada batasannya."
It's (not) Over
"Dek, ada teman kamu di bawah."
Feby menatap sosok mamanya yang baru saja muncul di balik pintu kamarnya. Jarum pendek jam sudah menunjuk di angka tujuh. Sebelumnya tidak pernah ada teman yang datang ke rumahnya. Kecuali jika ada kerja kelompok, itupun dalam keadaan terdesak. Seingatnya, ia tidak memiliki tugas kelompok sama sekali. Lalu siapa yang dimaksud mamanya?
"Eh, kok malah bengong. Itu udah ditungguin. Buruan gih ke bawah, kasian nunggu lama."
"Iya ma."
Seusai Feby memberikan jawaban, ia menutup novel yang baru saja ia baca. Salah satu novel yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer yang filmnya akan segera tayang bulan Agustus nanti. Ia sangat menyukai novel-novel karangan Pramoedya Ananta Toer. Tidak ada kata bosan walaupun ia sudah membacanya berkali-kali. Meski butuh beberapa waktu untuk memahami makna sebenarnya, Feby merasa ada energi tersendiri yang dituangkan oleh sang penulis.
Pramoedya Ananta Toer juga mengingatkan Feby bahwa tidak ada batasan seseorang untuk berkarya. Bahkan di balik jeruji besi sekalipun.
Feby bisa melihat papa dan mamanya sedang berbincang dengan seorang cowok yang sedang duduk di sofa dan membelakanginya. Menyadari kehadiran anak bungsunya, sang papa memanggil Feby untuk mendekat.
Feby duduk di sebelah mamanya dan saat itu juga ia terkejut mendapati Rega duduk santai di depan mereka. Cowok itu selalu berhasil menggetarkan hatinya. Walaupun Rega malam ini hanya mengenakan jaket hoodie putih polos serta celana jeans abu-abu gelap, Rega sudah terlalu tampan dibandingkan dengannya yang sudah mengenakan baju piyama teddy bear, bersiap akan segera tidur.
"Kenapa kamu nggak bilang sama papa dan mama kalo kamu sudah punya pacar?"
Bisa dipastikan jika saat ini Feby sedang minum maka yang terjadi ia akan tersedak lalu terbatuk-batuk mendengar pertanyaan mamanya. Sekarang Feby sedang tidak minum, ia hanya bereaksi dengan membelalakkan matanya.
"Untung nak Rega udah bilang ke papa sama mama. Kalo enggak, kamu mau sembunyiin sampai kapan?" tanya mamanya, lagi.
"Udah ma, ini kasihan Rega-nya." Tuan Fery, papanya Feby beralih menatap Rega. "Kamu mau ngajak Feby jalan kan? Yaudah buruan jalan, keburu malam nanti. Jangan jauh-jauh ya di sekitar komplek aja. Soalnya Feby juga kayaknya masih bingung gitu. Jaga anak om baik-baik ya," pesannya.
Feby yang masih bingung dengan yang terjadi, hanya bisa menurut ketika mamanya menyuruh dirinya untuk mengambil sweater di kamar. Tak berselang lama, Feby sudah berjalan keluar rumah beserta Rega yang sebelumnya sudah berpamitan dengan kedua orang tuanya.
"Lo nggak ada pertanyaan gitu, Feb?" Rega bertanya setelah mereka berjalan beberapa meter dari gerbang rumah Feby.
"Dalam rangka apa kamu datang ke rumah?"
"Salah ya kalo gue dateng ke rumah pacar buat malam mingguan?" Sadar akan kesalahannya, Rega meralat, "Eh, calon pacar apa pacar ya. Entah apa statusnya anggep aja kita lagi PDKT lagi."
"Kamu tadi bilang apa sama papa mama?"
Aneh saja, orang tua Feby memang bukan tipikal orang tua yang posesif. Mereka sudah mengetahui pergaulan anak muda zaman sekarang lantaran sebelum Feby, mereka mempunyai anak laki-laki yang sekarang sudah beristri. Namun mengingat Feby tidak pernah keluar dengan teman laki-laki apalagi Rega tadi mengenalkannya sebagai pacar, aneh saja jika orang tuanya begitu mudahnya memberikan izin pada Rega.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's (not) Over [END]
Ficção AdolescenteSelamat datang di kisah kehidupan saya. Saya tidak bisa menjamin kalian akan menyukainya. Karena saya dengar dari orang-orang, saya itu membosankan. Namun, bukankah ucapan manusia bisa saja berdusta? Ya, kalian bisa membuktikannya dengan membaca kis...