Bagian :: 23

63 7 6
                                    

Maaf utk typo😊
Jngn lupa vomments dan bantu share🤩

Now playing : Aldy Maldini - Biar Aku yang Pergi

"Suatu hubungan yang tidak dilandasi dengan kepercayaan akan menghasilkan kehancuran."

It's (not) Over

"Ga, nih diminum dulu."

Merasa namanya dipanggil, Rega sontak membuka matanya yang terasa sangat berat. Hari ini ia merasa lelah. Lelah fisik juga lelah batin. Olahraga fisik yang tadi pagi ia lakukan tidak sebanding dengan lelah batin yang terus saja mencemooh kebodohannya yang selalu mentoleransi sikap Feby. Kali ini ia tidak akan mengulangi kebodohan lagi. Ya, tidak akan.

Rega sedikit terkejut ketika ia merasakan sesuatu menempel di dahinya. Tangan Vinny diletakkan disana.

"Enggak panas kok. Lo kenapa?" tanyanya.

Rega memijit pelipisnya. "Pusing aja, Vin. Entar juga sembuh."

"Gue beliin obat dulu ya."

Belum sempat Vinny beranjak, Rega lebih dulu menahan lengannya. Membuat Vinny yang tak siap jatuh terduduk kembali di sofa samping Rega. Vinny hendak melayangkan protes, tapi lagi-lagi Rega mengurungkan niatnya dengan menjadikan paha Vinny sebagai bantalan kepalanya. Perlahan, kelopak mata Rega menutup.

Vinny tahu apa yang membuat Rega bersikap seperti ini. Selama ia mengenal Rega, membuatnya paham dengan jelas kebiasaan cowok itu. Termasuk mencoba menghibur diri daripada melarutkan diri dari masalah yang dihadapi.

"Kalo lo ada masalah cerita, Ga. Gue siap jadi tong sampah lo."

Masih dengan mata yang tertutup, Rega menjawab, "Gue bego banget ya Vin nyakitin lo?"

Dahi Vinny mengkerut, tak paham dengan ucapan Rega. "Maksud lo, Ga?"

Mata Rega terbuka. Menatap Vinny yang menatap kebawah-menatapnya. "Semalam di acara ultah gue, gue itu sebenarnya mau mutusin untuk milih di antara lo atau Feby. Gue minta dia hadir untuk dengar keputusan gue. Tapi dia nggak datang, seolah-olah itu nggak penting buat dia."

"Dan keputusan lo semalam itu memilih Feby kan, Ga?" tebaknya.

Rega tertegun. "Kok lo bisa tahu?"

"Kalo lo mau milih gue, lo nggak bakalan marah-marah nggak jelas semalam karena Feby nggak datang. Apalagi lo nuduh gue sembarangan. Gue jujur kecewa sama lo, Ga. Kecewa sama sikap lo yang menurut gue childish banget. Mungkin aja Feby lagi ada acara yang emang urgent sehingga dia nggak bisa datang ke ultah lo."

"Tapi dia bisa kan bilang ke gue dulu. Masa chat aja nggak bisa."

Vinny terkekeh. "Ini nih kebiasaan lo, nyimpulin sesuatu tanpa berpikir secara luas. Kalo yang namanya urgent tuh nggak bakal ingat apa-apa. Panik. Wajar dong kalo Feby bisa lupa. Emangnya tadi di sekolah lo nggak ketemu sama dia?"

"Ketemu."

"Terus dia nggak mau ngejelasin apa-apa gitu ke elo?"

Rega berpikir sejenak. "Dia tadi sebenarnya mau nanyain sesuatu. Tapi karena gue kesel, gue pergi gitu aja."

Cubitan keras di lengannya didapati Rega dari Vinny. Membuatnya mengaduh kesakitan.

"Ga, please deh jadi orang jangan ngeselin. Kali aja tadi Feby mau ngejelasin sesuatu sama lo. Mulai detik ini jangan jadi orang yang nyimpulin apapun sendiri. Kasih waktu buat mendengar penjelasan, setelah itu lo boleh memutuskan," omel Vinny.

"Gue jahat banget sama lo ya Vin semalam?"

"Nggak hanya semalam dan nggak hanya sama gue. Lo jahat banget sama gue, sama Feby, bahkan sama Gita. Lo sadar nggak sih Ga kalo sifat labil dan childish lo ini ngebuat hubungan gue, Feby, dan Gita yang awalnya baik-baik aja jadi enggak baik-baik aja."

It's (not) Over [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang