Bagian :: 7

79 13 12
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak🤩
Maaf untuk typo😊

Now playing : D'Masiv - Cinta ini membunuhku

"Jika kamu memang tidak menginginkan. Lalu untuk apa dipertahankan?"

It's (not) Over

Rega

Rega, ini saya Feby.
Nanti kamu ada waktu?
05.30 AM Read

Saya mau bicara sama kamu
05.30 AM Read

Setelah pulang sekolah di gazebo koridor gedung utama
05. 31 AM Read

Feby mengecek ponselnya sekali lagi saat ia baru saja meletakkan tas ranselnya di atas meja. Kelasnya kosong, hanya ada dirinya sendiri. Ia pun memutuskan untuk duduk di bangku koridor depan kelas. Meski di koridor ia hanya duduk sambil menatap sepatu, Feby merasa lebih baik. Ia selalu merasa begini. Sendiri dan sepi adalah makanannya sehari-hari. Feby ingin punya sahabat yang selalu ada untuknya, yang bisa Feby ajak curhat, yang selalu mendukungnya. Namun, Feby sadar itu hanyalah harapan semu baginya yang membosankan.

Feby bukan cewek nerd yang masih punya kelebihan berupa kecerdasan. Ia juga bukan cewek nerd yang dipoles sedikit wajahnya, akan membuat banyak kaum adam terkagum melihatnya. Terkadang Feby ingin merasakan apa yang cewek seumurannya rasakan. Curhat, belanja, hang out bersama teman-teman, Feby ingin merasakannya. Feby sadar, ini bukan salah orang-orang di sekelilingnya yang menyerah saat mencoba untuk mendekatinya.

Feby pernah mendengar pepatah 'kamu akan merasakan betapa berharganya seseorang setelah kamu kehilangannya.' Dan karena peristiwa kemarin, membuat Feby dihantui oleh pepatah itu. Ia tidak mau merasakannya pada Rega. Setidaknya, ia bisa membuktikan betapa berartinya Rega baginya sebelum Rega benar-benar pergi.

"Ngapain di depan?"

Suara itu milik Gita, Feby tahu itu. Menyadari tidak akan mendapatkan jawaban, Gita memutuskan untuk duduk di sebelahnya.

"Gue tahu Feb gimana rasanya punya masalah. Dan gue juga tahu gimana rasanya lo akan kehilangan beban saat lo mau untuk berbagi masalah itu. Menurut gue, lo itu ibarat sebuah rumah yang pintunya terkunci rapat. Gue berusaha buat masuk kesana, tapi gue nggak pernah bisa masuk tanpa punya kuncinya. Namun gue sadar, lo punya jendela dan gue manfaatin itu untuk nunjukin ke elo kalo lo nggak pernah sendiri, Feb. Gue selalu nunggu lo di depan pintu."

Feby menatap Gita dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Di dalam hatinya, ia merasakan terdapat pergulatan yang luar biasa. Ia ingin bahagia mendengar ucapan Gita padanya, karena baru pertama kali ini ia diperlakukan layaknya seorang teman. Namun di dalam hati kecilnya juga berpendapat, apakah Gita akan mengerti bagaimana perasaannya? Apakah Gita tidak akan menghakiminya?

Gita membawa Feby ke dalam pelukannya, memberi keyakinan pada temannya itu. Dengan ragu, Feby membalas pelukan Gita yang membuatnya merasakan bahwa ia memang tidak sendiri. Untuk sekarang, Feby yakin Gita akan selalu ada bersamanya.

"Lo nggak pernah sendiri, Feb," bisik Gita tepat di telinganya.

It's (not) Over

"Lo yakin gue tinggal?"

Feby menganggukkan kepala. Gita yang tidak tahu apa yang dimaksud 'urusan' oleh Feby hanya bisa menghela nafas berat. Meyakinkan Feby tidak semudah yang ia kira. Wajar saja, menurutnya, Feby terlalu awam tentang menjalin sebuah hubungan.

Gita memang tidak akan merasa direpotkan oleh Feby. Justru ia akan senang membuatnya menjadi salah seorang yang Feby percaya.

"Kalau ada apa-apa, lo bisa kabarin gue," ingat Gita.

It's (not) Over [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang