Maaf utk typo😊
Jngn lupa utk vomments dan bantu share🤩Now playing : D'Masiv - Pergilah Kasih
"Akhir cerita kita ini seperti senja. Walaupun membuat matahari berpisah dengan bumi, setidaknya perpisahan itu menyisahkan sesuatu yang indah untuk dikenang."
It's (not) Over
Kegiatan belajar mengajar di hari senin ini akan segera berakhir. Namun baik dari Rega maupun Feby tidak ada yang ingin membuka obrolan, dalam artian berdua. Mereka hanya sesekali menimpali obrolan kala Gita atau Satya melempar pertanyaan pada mereka. Gita sadar mengenai kecanggungan yang ada di antara dua makhluk Tuhan ini. Meski ia tidak tahu latar belakang dari kecanggungan yang tercipta, Gita rasa ia perlu bertindak. Oleh karenanya, begitu mendengar bel pulang sekolah berbunyi, ia menyusul Rega dan menahan cowok itu untuk mengobrol dengannya. Ia bahkan membuat alasan pada Feby jika ia harus menyelesaikan urusannya sebentar sebelum latihan rutin lomba teater dimulai.
"Lo mau ngomong apa? Gue nggak punya banyak waktu."
Belum sempat Gita mengoceh seperti biasa, Rega yang saat ini tengah menyandarkan punggungnya di tembok depan ruang gudang peralatan olahraga dengan kedua tangan yang ia tenggelamkan ke dalam saku celana abu-abunya lebih dulu bersuara.
"Jangan sok sibuk lo."
Mendengar perkataan Rega yang seperti enggan mengobrol dengannya membuat Gita jengah. Rega yang selama ini ia idam-idamkan ternyata mempunyai sifat yang super duper nyebelin dibalik kepribadiannya yang mendekati kata sempurna itu. Kalau saja ia tidak ingat Rega punya 'pasukan' yang luar biasa banyak di seluruh Indonesia, mungkin dengan senang hati Gita akan mengacak-acak wajah tampannya.
Gita mendelik kesal ketika Rega hendak meninggalkannya. Tentu saja ia tidak tinggal diam. Dengan dalih ia akan mengatakan sesuatu yang penting, Rega akhirnya mau untuk memberikan waktunya sebentar.
"Lo kenapa lagi sih sama si Feby?" Pertanyaan besar sudah berhasil Gita lontarkan.
Dengan santai, Rega menjawab, "Nggak ada. Lagipula nggak penting juga."
"Nggak penting menurut lo? Ga, gue tau ada yang nggak beres sama kalian sejak acara ultah lo itu. Lo kenapa sih sama dia? Berantem? Atau ngambek karena dia nggak datang?"
"Kenapa lo nggak nanya ke dia aja sendiri."
Gita mengusap wajahnya, gemas. "Kalo ada masalah tuh diselesaikan baik-baik. Kalian tuh udah sama-sama gede. Lo juga jadi cowok banyak ngalahnya dong, Ga. Feby itu kurang pengalaman dalam bergaul, lo harus ngertiin dia."
"Gue selalu ngertiin dia, Git. Sekarang gue tanya, dia pernah nggak ngertiin gue?"
"Ya itu, lo kurang komunikasi sama dia."
"Gue udah nggak butuh komunikasi sama dia."
Gita mengadu kedua alisnya. "Kenapa?"
"Karena gue milih mundur dari hidupnya."
"Maksudnya?"
"Gue bakalan pindah lagi ke Jakarta, Git. Mungkin besok hari terakhir gue di sekolah," akunya.
"Kenapa mendadak?"
"Memang kebetulan ada kesempatan besar yang sayang banget kalo gue lewatin. Seolah Tuhan setuju dengan keputusan gue."
"Sekolah lo gimana?"
"Gue bakalan homeschooling karena gue juga mau berkarier."
"Berkarier?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's (not) Over [END]
Ficção AdolescenteSelamat datang di kisah kehidupan saya. Saya tidak bisa menjamin kalian akan menyukainya. Karena saya dengar dari orang-orang, saya itu membosankan. Namun, bukankah ucapan manusia bisa saja berdusta? Ya, kalian bisa membuktikannya dengan membaca kis...