Naruto © Masashi Kishimoto
Like An Illusion © RiuDarkBlue21
Warning: AU, OOC, typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!
🍋🍋🍋
Suara burung bersahutan di luar, juga sinar matahari yang menerobos melalui jendela kamar bernuansa abu-abu ini tidak mengusik penghuni kamar untuk bangun.
Mungkin karena terlalu lelah dengan kegiatan kemarin. Minggu, ya kemarin memang hari itu dan sangat melelahkan.
Kelopak mata putih si gadis berkedip. Matanya mengerjab sedang menyesuaikan diri dengan cahaya di sekitar.
Hinata mengangkat tangannya, ia berniat mengucek matanya—kebiasaannya sebelum bangun—kenapa susah? Pikirnya.
Tapi jujur saja, ini sangat nyaman dan hangat. Sejak kapan gulingnya menjadi wangi citrus? Bukankah selama ini parfum Hinata wangi soft lavender?
Kelopak mata Hinata terbuka. Dada seseoranglah yang pertama ia lihat. Pinggangnya juga seperti dililit sesuatu, Hinata juga seperti memeluk punggung bebas seseorang.
Tunggu!
Ada apa ini?!
"Siapa kau?!'
Brukh!
"Argh! Sial!"
Sungguh. Ini adalah pagi paling sial yang pernah Naruto alami, selama 18 tahun hidupnya ia baru saja mengalami hal yang namanya jatuh dari tempat tidur.
Dengan sedikit linu, Naruto bangkit dari acara jatuhnya. Sapphire birunya menajam.
Hinata dengan segera bangkit dari tidurnya, ia meraba-raba tubuhnya. Siapa tahu pemuda buaya ini mengapa-apakan dirinya. Satu helaan napas lega Hinata keluarkan, tidak ada yang salah pada dirinya. Pakaiannya pun masih lengkap.
Namun kelegaan itu tidak berlangsung lama, saat maniknya menangkap sebuah pemandangan menyeramkan.
"Ka-kau?" Telunjuk Hinata mengarah ke arah Naruto.
"O-oh! Sudah berani melotot dan menunjukku?!"
Hinata makin takut, ia berharap ini mimpi. Bangun di tempat tidur asing, dipeluk orang yang paling menakutkan, orang itu bertelanjang dada, dan yang paling penting sekarang dia telah resmi menjadi suaminya!
Tuhan. Tolong aku! Batinnya menjerit.
Ya. Hari Minggu kemarin Hinata dan Naruto resmi menikah. Ternyata waktu tiga hari itu tidaklah lama. Mereka menikah hanya dikunjungi oleh kerabat dekat kedua belah pihak, bahkan sahabat keduanya tidak diberi tahu. Oh, ya, dan satu lagi, Sara belum ditemukan.
"Ma-mau apa kau?!" Hinata mundur, saat Naruto naik ke atas ranjang.
"Apa? Terserahku, ini kamarku. Rumahku. Dan ruangan pribadiku."
Selimut yang dari tadi gadis indigo itu pegang, semakin dirapatkan pada tubuhnya. "Ja-jangan mendekat!"
"Oh, wow. Satu, dua, tiga, empat. Wow! Kau sudah buat empat kesalahan di pagi seperti ini. Tiga kali membentakku, dan satu kali menunjukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Like An Illusion ✔
FanfictionVOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA, TERIMA KASIH. Naruto Namikaze itu kejam, suka sekali membully Hinata yang polos. Menurut Naruto itu balas dendam. Everything that happens, is like an illusion. "Lagi pula sepertinya kau sangat ngebet sekali ya, ingin m...