14. Confused

4.3K 553 239
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC (cool Naruto), typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋

"Jangan membuatku khawatir, Sayang ...."

Lagi, Naruto mengatakan itu sambil mengelus punggung Hinata. Ia tidak berani melihat wajah menangis gadis itu.

Pemuda itu sekarang menenggelamkan wajahnya di leher Hinata, menghirup aroma tubuh Hinata yang sangat lembut. Ia merindukan Hinata hari ini. Ya, hari ini memang mereka agak renggang. Naruto berharap, meskipun renggang mereka tidak akan seperti ini.

Berbeda dengan Naruto yang menikmati pelukkan, Hinata-orang yang dipeluk-lebih memilih diam. Ia ingat, tubuh Naruto. Pernah dipeluk Sakura. Rasanya ... Aneh.

Hinata mengangkat tangannya yang tertindih lengan Naruto. Tepatnya pemuda itu melingkari tubuh Hinata dari samping , sedangkan ia sendiri duduk menghadap ke depan, jika saja Naruto tidak melepaskan pelukannya terlebih dahulu, Hinata akan melepaskannya.

Naruto mengangkat kepala dengan sapphire biru menatap lurus lavender Hinata. Gadis itu menangis namun tidak bersuara.

Tangan Naruto terangkat, ibu jarinya menyapu pipi Hinata yang terlihat memerah namun pucat. "Jangan menangis." Ini terhitung dua kali ia melihat istrinya menangis.

Hinata menggeleng, ia mundurkan kepalanya supaya Naruto tidak bisa menggapai pipinya.

"Pulang sekarang?"

Hinata mengangguk. Ia ... Tidak mau bicara pada Naruto. Padahal nada suara lembutnya jarang didengar.

Naruto berdiri. Ia menggenggam tangan Hinata erat dengan senyum tipis. Pemuda itu senang Hinata tidak apa-apa. "Bisa jalan?"

"Bi-bisa." Hinata mencoba menarik tangannya, namun Naruto menggenggamnya begitu erat. Memang hangat, namun menyakitkan bagi Hinata.

Ia merasa aneh pada Naruto. Tadi pagi dan siang memperlakukannya seperti itu, sedangkan sekarang memperlakukannya seperti ini. Apa karena tidak ada Sakura?

Jadi ... Hinata hanya pelampiasannya?

Satu kata yang terlintas di kepala Hinata.

Menyedihkan.

Jika begini Hinata menyesal tidak menelepon Ino. Entah kenapa yang terlintas di pikirannya hanya Naruto. Pemuda menyebalkan yang selalu membullynya.

"Kenapa?" Alis Naruto terangkat merasakan Hinata yang akan menarik tangannya.

"Aku bisa sendiri."

Naruto tertawa. "Yakin?"

Hinata mengangguk.

"Baiklah."

Tidak. Naruto tidak melepaskanya, ia malah membuat Hinata berteriak dengan mata melotot. Pemuda pirang itu menggendong Hinata dan mendudukkannya di atas jok motor sportnya.

Like An Illusion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang