27. Lost

3.8K 513 222
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC, typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋

"Hinata, jika boleh jujur, aku kecewa padamu."

Hati Hinata sakit, matanya memanas, jantungnya seperti jatuh ke rongga perut.

Gaara memandang Hinata yang terdiam, gadis itu hanya menatapnya dengan tatapan kaget.

"A-aku—"

"Aku benar?" Gaara tiba-tiba tertawa lirih, punggungnya ia sandarkan pada dinding, bukannya tegak, duduknya malah terlihat lemas. "Sejak kapan?"

"Gaara-kun, a-aku—" Lidah Hinata kelu, pikirannya penuh saat ini. Banyak pertanyaan dalam pikirannya. Seperti, tahu dari mana Gaara jika ia sudah menikah? Siapa yang membocorkan berita pernikahannya? Apa yang akan terjadi karena Gaara sudah tahu ia menikah?

'Ya Tuhan, malang sekali hidupku.'

"Hinata? Sejak kapan?"

Hinata menggigit bibirnya. Sepertinya, ia sudah tidak bisa berbohong. "Me-menginjak tiga bulan."

Gaara tertawa, ia memalingkan wajahnya dan meremas dadanya, setetes air mata jatuh dari matanya.

'Kaa-san, putramu patah hati.'

.

.

.

Hinata duduk di ruang tengah apartemen, ia kini sendirian. Naruto belum pulang sekolah, entah ke mana pemuda itu.

Hinata menaikkan kakinya ke atas sofa, ia memeluk lututnya, tangannya meremas-remas squishy berbentuk tomat sebagai pelampiasan resah di hatinya.

Ia masih mengingat ekspresi kecewa Gaara beberapa jam lalu. Saat pelajaran berlangsung Gaara memang tidak pindah tempat duduk. Namun, pemuda itu mendiamkannya hingga jam pulang.

Maklum, Hinata mengerti. Gaara marah dan kecewa. Mata Hinata memanas, ia makin meremas squishy di tangannya. Ia menggigit bibirnya, rasanya menyebalkan! Ia benci harus kehilangan Ino dan Hinata semakin membenci dirinya saat Gaara ikut menghilang.

"Ma-maaf. Ma-maaf, Gaara-kun."

Entah sudah berapa lama Hinata menangis dengan kepala tenggelam dilipatan tangan yang menekuk pada lutut. Hari ini sekolah memang pulang lebih awal, entah ada apa Hinata tidak tahu.

Jadi, Hinata segera pulang sesudah mengirim chat pada Naruto yang dibalas katanya pemuda itu akan menyusul. Namun, sudah pukul dua siang pemuda itu belum pulang.

Hinata makin menangis saat mengingat Gaara menatapnya datar ketika akan pulang, Gaara tidak pernah seperti itu.

Apa Gaara akan pergi? Apa Gaara tidak mau lagi berteman dengannya? Apa Gaara akan meninggalkannya?

Hinata semakin terisak. "Te-temanku hanya dua, tapi kenapa semuanya pergi?"

"Lho? Hinata?"

Hinata mengangkat kepalanya, ia melihat Naruto melotot menatapnya. Pemuda itu terlihat kaget dengan penampilan istrinya, wajah Hinata memerah, matanya, bahkan hidungnya juga, dan rambutnya terlihat berantakan.

Like An Illusion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang