Naruto © Masashi Kishimoto
Like An Illusion © RiuDarkBlue21
Warning: AU, OOC, typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!
🍋🍋🍋
Seumur hidupnya, Gaara Sabaku tidak pernah sayang kepada wanita lain selain Ibunya. Gaara Sabaku orang yang cuek dan tidak peduli terhadap sekitar. Gaara hanya hidup dengan caranya, hidup secara cuek menerima kritikan apa pun.
Rei Sabaku—Ayah Gaara—tidak pernah melarangnya untuk fotografi meskipun banyak para investor yang mengkritik hobbynya itu, katanya anak pejabat harus punya hobby membaca buku ekonomi.
Gaara tidak peduli, ia nyaman.
Gaara juga tidak peduli saat ia hanya memiliki dua sahabat, Hinata dan Ino. Oke, haruskah Ino, Gaara anggap? Ck, baiklah, Ino sahabatnya.
Banyak orang yang mencibirnya karena berbarengan dengan dua orang gadis, Gaara tidak peduli karena di sana ada seseorang yang ia suka selama lebih dari dua tahun, Hinata Hyuuga orangnya.
Gadis yang selalu Gaara usili, berusaha Gaara lindungi. Namun, kini gadis itu menikah dengan orang yang selalu membully.
Dugh!
Gaara mengerjap, ia melemparkan kembali bola basket pada ring. Namun, gagal, karena pikirannya melayang.
"Sial," bisiknya. Gaara merebahkan dirinya di tengah lapangan basket. Peluh mengucur dari dahinya tidak pemuda itu pedulikan, seragam putihnya yang kotor ia abaikan. Gaara hanya fokus menatap langit-langit lapangan basket indoor.
"Ah, kenapa aku harus memendam perasaan terlalu lama?"
"Jika aku mengatakannya, apa dia tidak akan menikah?"
"Tuhan, jika bisa, aku hanya minta pundurkan waktu ke tiga bulan yang lalu." Lengan kanan Gaara menutup matanya, napas Gaara juga tampak sedikit tidak beraturan, terbukti dari dada pemuda itu yang naik turun.
Selama 18 tahun hidup, Gaara tidak pernah patah hati. Gaara tidak pernah menyukai seorang gadis. Baru kali ini dia suka pada Hinata Hyuuga.
"Gaara-kun!"
Gaara menurunkan lengannya, kepalanya menoleh ke arah kiri. Di sana, gadis yang berada dalam pikiran Gaara menghampirinya dengan tergesa-gesa. Terlihat sekali bahwa Hinata mencarinya dari tadi.
Senyum Hinata mengembang, gadis itu tidak peduli dengan dirinya yang lelah akibat mencari Gaara sehabis bel berbunyi, poni yang menempel pada keningnya—akibat keringat— gadis itu hiraukan.
Senyum lebarnya pudar, kala Gaara bangkit dengan tergesa, pemuda itu mengambil jaketnya dan tasnya yang dibiarkan tergeletak begitu saja di sisi lapangan.
'Sial,' umpat Gaara pada batinnya, ia harus melewati Hinata jika ingin menuju pintu keluar.
Gaara berbalik dan Hinata mendekatinya.
"Jangan mendekat!"
Hinata diam. Mata gadis itu membulat saat mendengar Gaara pertama kali membentaknya.
"Gaa—"
"Jangan. Mendekat."
Air matanya menggenang. Apa Gaara sangat marah padanya? Hingga tidak sudi melihatnya?
"A-aku ingin—"
"Tidak!" Gaara mundur, padahal posisi mereka cukup jauh. Sekitar satu meter. "Jangan, jangan—" Napas Gaara tidak beraturan, masih memegang tas di tangan kanannya dan jaket yang tersampir di tangan yang sama, Gaara berbalik. Ia lebih memilih berjalan mengitari Hinata dengan cukup jauh, ia harus pergi, agar hatinya terselamatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like An Illusion ✔
FanfictionVOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA, TERIMA KASIH. Naruto Namikaze itu kejam, suka sekali membully Hinata yang polos. Menurut Naruto itu balas dendam. Everything that happens, is like an illusion. "Lagi pula sepertinya kau sangat ngebet sekali ya, ingin m...