Happy reading
Sekembalinya mereka ke seoul jisoo menepati janji nya dengan mendatangi rumah jennie malam ini,kebetulan keluarga besar jennie sedang menginap di rumah nya tentu jennie senang karena ia jadi bisa mengenal kan jisoo pada keluarganya. Sedari tadi jennie terus mondar mandir sambil sesekali mengecek layar ponselnya
"Jen bisakah kau duduk kepala ku pusing melihatmu mondar mandir" seru bobby agar saudarinya bisa diam
"Kenapa jisoo belum datang juga? Ponsel nya juga tidak aktif" wajah jennie berubah muram karena tidak mendapat satu kabar pun dari kekasihnya
"Jisoo mau kemari?" Tanya bobby tidak sengaja mendengar keluhan jennie
"Iya tapi dari tadi dia tidak memberi ku kabar"
"Tumben dia kemari apa dia mau melamarmu" ucap bobby disertai tawanya.bobby adalah satu satunya saudara jennie yang tahu tentang hubungannya dan jisoo karena bobby berteman baik dengan jisoo
"Dia memang mau melamarku wleee" setelah mengatakannya jennie berlari membuka pintu ketika mendengar bel ia yakin itu pasti jisoo
"WHAT? Aku yakin sebentar lagi akan terjadi perang" bobby paham betul seberapa tidak setujunya ayah jennie dengan hubungan mereka
Tidak lama kemudian jennie kembali dengan menggandeng lengan jisoo
"Semuanya kenalkan ini kekasihku" jennie tersenyum bangga
"Anyyeong haseyo kim jisoo imnida" jisoo membungkuk 90° derajat pada semua saudara jennie
"Kemari nak" nenek jennie memberi isyarat agar jisoo duduk di sampingnya
"Ayo" jennie sedikit menarik lengan jisoo
"Anyyeong haseyo halmeoni" jisoo awalnya hendak membungkuk namun nenek jennie menahannya dan malah memeluknya
"Jadi ini laki laki yang sudah membuat cucu ku tergila gila" jisoo tersenyum malu "pantas saja jennie jatuh cinta padamu kau sangat sopan dan tampan" nenek jennie memegang pipi jisoo
"Terimakasih halmeoni juga sangat cantik" nenek jennie mencubit hidung jisoo
"Kau ini bisa saja dulu kakek jennie juga sering merayuku seperti ini"
Jennie tersenyum melihat interaksi nenek nya dan jisoo tapi di seberangnya bisa di lihat appa nya sedikit menatap tak suka pada jisoo. Jennie menepuk pundak jisoo berbisik padanya untuk bertindak tempat duduk di dekat ayah nya namun nenek nya menahannya
"Sebenarnya maksud kedatangan ku kemari untuk meminta izin kepada paman dan bibi" jennie memperhatikan wajah jisoo ia tahu laki laki itu sedikit tegang menghadapi ayah nya "Aku ingin meminta izin menjadikan jennie sebagai calon istri ku,dengan melamar jennie aku ingin menunjukkan kalau aku serius dengan hubungan kami" jennie mengusap lembut punggung tangan jisoo
"Sebelumnya aku ingin bertanya kau mengambil jurusan apa?" Tanya appa jennie membuat semuanya bingung
"Kedokteran" appa jennie hanya mengangguk jennie tahu ayah nya masih meragukan jisoo
"Apa keluargamu mampu membiayai kuliahmu? Maaf jangan tersinggung tapi setahu ku jurusan kedokteran membutuhkan biaya yang sangat banyak jadi-" jennie mulai geram dengan appanya meskipun jisoo terlihat santai santai saja
"Appa-"
"Memang benar biaya nya sangat besar tapi beruntung aku mendapatkan beasiswa penuh hingga lulus bahkan universitas bersedia untuk membiayai biaya praktek ku dan kebetulan aku merupakan asisten dari prof.choi beliau sudah menawarkan ku posisi di rumah sakit seoul setelah aku lulus" semua yang ada disana tercengang mendengar penjelasan jisoo,mereka semua jelas tahu seberapa hebat prof choi jadi jisoo pasti sangatlah pandai hingga dk tawari posisi di rumah sakit seoul
Jennie tersenyum bangga,sedari dulu banyak yang mengejek jisoo tentang keadaan ekonomi keluarganya namun jisoo memilih mengabaikannya seperti angin lalu tentu jennie sebal harga diri kekasihnya di injak injak hanya karena keluarganya kurang mampu tapi jisoo selalu mengatakan tidak perlu di balas aku baik baik saja Jisoo nya yang biasa membiarkan harga dirinya di injak kini berani mempertahankan harga dirinya. Mungkin terdengar seperti sombong tapi percayalah jisoo sama sekali tidak ingin sombong ia hanya sudah gerah pada appa jennie yang selalu meremehkannya.
"Aku merestui hubungan kalian" tiba tiba nenek jennie bersuara "seperti yang cucu ku katakan kau memang benar benar laki laki baik,nak restui mereka jennie pernah bercerita padaku kalau jisoo tidak pernah membuatnya sedih dan selalu menjaganya,seberapa sibuk jisoo ia pasti menyisihkan waktunya untuk jennie" jisoo tertegun tidak menyangka jennie menceritakan semuanya pada nenek nya "kalau kau masih menentang hubungan mereka kau akan melawan ku,aku tidak mau ada yang menghalangi kebahagiaan cucuku"
"Aku merestui hubungan kalian" ucap appa jennie dengan wajah datar
"Terimakasih paman aku janji akan menjaga putri kesayangan kalian" jisoo berulang kali menunduk ke arah appa jennie
"Sudah nak lebih baik kita makan malam ayo" eomma jennie memeluk jisoo hangat
"Nde bibi" eomma jennie memetiknya tajam
"Panggil eomma kau kan calon menantuku"
"Nde eomma!" Ucap jisoo dengan wajah polosnya
"Ayo semuanya kita makan"
Jennie akan menjadikan malam ini sebagai malam terindah di dalam hidupnya,setelah beberapa kali mendapatkan tentangan dari appanya akhirnya hari ini mereka mendapat restu.
"Jen" bobby menyenggol lengan jennie
"Apa?"
"Kau tidak hamil kan?" Jennie memutar matanya malas
"Bagaimana mungkin aku hamil kalau teman mu itu hanya berani mencium ku" bobby nampak terkejut jennie dan jisoo sudah berpacaran lama tapi mereka belum pernah melakukan lebih dari sekedar ciuman
"Really? Dia itu memang baik atau polos" bobby menatap heran pada jisoo
"Jisoo ku memang baik tidak seperti kau"
"Memangnya aku kenapa?"
"Pikiran mu hanya tentang clubbing,alcohol,sex lebih baik kau selesaikan skripsimu itu dari pada melakukan hal tidak penting"
"Aku sudah tidak pernah melakukannya lagi jen"
"Jangan bohong"
"Sumpah jen,sejak jisoo sering bercerita tentang keluarganya tiba tiba aku seperti mendapatkan pencerahan untuk hidup ku.jisoo seperti malaikatku" jennie memperhatikan wajah bobby aneh
"Jisoo itu malaikat ku titik" jennie melewati bobby sambil mengibaskan rambutnya
"Cih dasar posesif"
Segini dulu y bebs
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Feel My Face
Fanfiction"Aku mencintaimu" - Kim Jisoo "Aku tidak yakin bisa mempertahankan hubungan kita" - Kim Jennie Jensoo