Happy reading
Di hari yang cerah ini jisoo mengawali paginya dengan menyantap sepiring pancake buatan eommanya. Sudah seminggu ini eommanya datang ke seoul, katanya ia bosan melihat kebun dan ingin berjalan jalan di kota bersama jisoo. Tapi sayanganya keinginan eommanya belum bisa ia penuhi karena kesibukan dirinya sebagai dokter. Sejujurnya ia amat merasa bersalah, eommanya sudah datang jauh jauh tapi dirinya malah tak bisa meluangkan waktu sedikitpun. Tiap kali ia meminta maaf eommanya selalu berkata bahwa menyelamatkan nyawa orang lain lebih penting dari pada sekedar jalan jalan bersamanya . Memang benar apa yang dikatakan ibunya, tapi tetap saja sebagai seorang anak dia merasa bersalah.
Ding dong
"Biar aku saja" jisoo mengelap mulutnya sebelum pergi membuka pintu. Sebelum membuka pintu jisoo melihat dari intercom siapa gerangan yang bertamu sepagi ini, ternyata itu adalah seulgi dan irene. "Nuguseyo?" Ucap jisoo sengapa menjahili mereka berdua
"Cepat buka pintunya bodoh" jawab seulgi tak sabaran
"Pagi pagi sudah marah marah" jisoo membuka pintu setelahnya ia langsung mendapat tatapan tajam dari mata sipit seulgi. "Hyung matamu akan hilang jika terus seperti itu"
"Sudah tau dia sedang sensitif malah kau ganggu terus" omel irene. Sejujurnya ia juga tak paham dengan seulgi yang akhir akhir ini jadi makin sensitif. "Anyeonghaseyo imo" sapa irene ramah pada eomma jisoo
"Anyeong joohyun-a" seperti yang dilakukan kebanyakan wanita saat bertemu, irene dan eomma jisoo berpelukan untuk beberapa saat. "Bagaimana kabar ibumu nak?"
"Baik tapi beberapa hari yang lalu sakit punggunya kambuh setelah berkebun"
"Ah begitu nanti aku akan mengunjunginya"
Tak banyak orang tahu kalau irene merupakan saudara jisoo. Itulah mengapa irene terlihat begitu akrab dengan eomma jisoo. Bahkan jennie baru mengetahui kalau mereka bersaudara setelah 1 tahun berpacaran. Hidup Kim Jisoo memang penuh dengan misteri setidaknya seperti itulah yang dikatakan jennie setelah mengetahuinya.
"Anyeonghaseyo" sapa seulgi disela pembicaraan eomma jisoo dan irene.
"Anyeong ah kau seulgi kan"
"Nde ternyata anda masih mengingatku"
"Sudah kubilang berapa kali untuk memanggil ku eomma saja"
"Ah nde eomma"
"Kenapa aku jadi merasa terabaikan seperti ini?" Ucap jisoo bermonolog "ah masa bodo lebih baik aku makan" jisoo membiarkan ketiga orang itu sibuk berbincang sementara dirinya menghabiskan sarapannya yang sempat tertunda.
Drrt drrt
Tanpa melihat si penelepon jisoo langsung mengangkat panggilan. Menaruh ponselnya diantara bahu dan telinganya.
"Aissh pagi pagi sudah mengganggu saja,ada apa?" Omel jisoo pada si penelepon
"Kau dimana?" Jisoo langsung membeku ditempat ketika mendengar suara dingin jennie bahkan ia sampai tersedak oleh jus jeruk yang barusan diteguknya
"Uhukk uhuk.....hey honey a-aku masih dirumah baru saja selesai sarapan"
"Jemput aku di bandara sekarang"
Tut
Jisoo menepuk dahinya, habis sudah riwayatnya jennie berada di korea sekarang dan dia malah menyambutnya dengan makian. Sepertinya dia harus memutar otak untuk membujuk kekasihnya nanti.
"Eomma aku pergi dulu" jisoo terburu buru memakai mantelnya lalu mencium kedua pipi eommanya
"Kenapa buru buru? Biasanya kau berangkat 30 menit lagi" kata eommanya
"Aku harus menjemput menantu kesayangan eomma dulu sebelum ke rumah sakit,semuanya aku pergi dulu" jisoo memakai sepatunya secepat mungkin, ia tak mau mendapati muka jealous jennie karena menunggunya terlalu lama.
"Hati hati jangan sampai menantu kesayanganku lecet" kata eomma jisoo sebelum putranya menghilang dibalik pintu.
*****
Bersyukurlah jisoo karena jalanan pagi ini cukup lenggang sehingga ia bisa sampai di bandara dengan waktu yang terbilang cepat. Jisoo mengedarkan pandangannya mencari gadisnya, tak lama kemudian ia menemukan jennie sedang duduk di sebuah cafe.
"Hey honey"
Mendengar suara husky yang amat familiar jennie langsung menoleh dan memberikan kopernya pada jisoo. Tak ada peluk atau cium rindu darinya. Jennie berjalan begitu saja setelah memberikan kopernya ke tangan jisoo.
"Siap yang mulia" ucap jisoo jenaka tapi tak disambut tawa sedikitpun oleh jennie.
Sepanjang perjalan ke area parkir mereka hanya diam tak berbicara apapun. Jisoo tak ingin membuat mood kekasihnya makin buruk. Apalagi jennie baru saja sampai dan masih lelah ini bukan waktu yang tepat. Sedari tadi berjalan di belakang jennie membuat jisoo menyadari kalau pakaian yang dikenakan gadisnya terlalu tipis.
"Sayang"
Panggil jisoo husky nan lembut itu seakan menghipnotis jennie untuk menghentikan langkahnya. Jisoo melepaskan mantelnya dengan perhatian memakainya pada tubuh mungil jennie. Tak lupa ia lingkarkan scraf yang tadi dipakainya pada jennie.
"Aku tidak mau kau terkena flu,ayo"
Jisoo menggenggam tangan jennie dan sepertinya gadis itu tak menolak sama sekali. Hangat. Itulah yang jennie rasakan ketika tangannya di genggam jisoo. Mau sedingin apapun cuaca di korea entah mengapa jennie selalu merasa suhu tubuh jisoo selalu hangat. Hal ini membuatnya amat nyaman.
"Omong omong kenapa tidak mengabari ku dulu?" Tanya jisoo setelah mereka berada didalam mobil
"Aku sudah mengirim pesan tapi tak kau baca" ah benar sedari kemarin jisoo belum membuka aplikasi chattingnya. Ia hanya menggunakan ponselnya sesekali hanya untuk menelpon saja.
"Mian aku tidak tahu"
"Antar aku ke hotel saja"
Muncul kerutan di dahi jisoo. Kenapa pula kekasihnya tiba tiba minta di antar ke hotel?
"Kalau ke rumahku nanti kau bisa telat kerja"
Seakan akan bisa membaca pikiran jennie langsung menjawab kebingungan jisoo.
"Laksanakan gongjunim" ucap jisoo disertai senyum manisnya membuat jennie ikut tersenyum samar
Begitu sampai di hotel jisoo memaksa jennie agar bisa mengantarnya hingga di kamarnya. Tak ingin berdebar jennie hanya membiarkan.
"Sudah sana pergi nanti kau telat" bukannya pergi jisoo malah menatap jennie dengan tatapan yang sulit di artikan "kenapa menatapku seperti itu?" Tanya jennie
"Apa kau tidak merindukanku?" Tanga jisoo dengan wajah lucu. Tanpa menjawab pertanyaan itu jennie merentangkan kedua tangannya jisoo langsung memeluknya.
"I miss you"
"I miss you to"
Jisoo menghirup dalam aroma strawberry yang berasal dari rambut jennie. Manis. Tapi gadisnya jauh lebih manis.
"Rasanya aku mau membolos saja kalau seperti ini" Bug satu pukulan mendarat mulus di punggung jisoo
"Sudah sana" jennie melepaskan pelukaannya mendapati wajah cemberut jisoo "Nanti sepulang kerja kalau sempat kau kemari ya?"
"Aku tidak janji tapi akan ku usahakan"
Jennie mengangguk paham. Jisoo menangkup kedua pipi jennie. Mengelus bibir bawah jennie lalu menatap mata sang kekasih seakan meminta ijin. Jennie mengelus tangan jisoo yang berada di pipinya seolah memberi lampu hijau. Jisoo mendekatkan wajahnya membiarkan bibir keduanya bertemu. Tak ada nafsu sama sekali. Mereka hanya sedang mecurahkan rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Feel My Face
Fanfiction"Aku mencintaimu" - Kim Jisoo "Aku tidak yakin bisa mempertahankan hubungan kita" - Kim Jennie Jensoo