Sakit hati memang terlalu sering terjadi antara interaksi manusia satu dengan manusia lainnya. Sakit hati tidak selalu terpancarkan langsung dengan kata kata frontal. Tapi, dengan perasaan dan mimik wajah bahkan dengan gelagat yang aneh dari pancaran manik indah seseorang.
Mungkin kalian akan berpikir yang tidak tidak pada bagian ini. Sebenarnya bukan bagian paling menyedihkan, tapi bagian yang paling menyakitkan. Entah itu membuang buang isi waktu untuk memikirkan orang lain yang tak peduli pada kita. Sebenarnya, orang itu tidak memikirkannya. Tapi, memori akan pemikiran yang lewat lewat beberapa hari, detik, menit ataupun beberapa tahun yang lalu akan terulang dengan sendirinya tanpa kita berusaha mengingatnya.
Seperti Namjoon saat ini. Ia tidak pergi ke sekolah, ia berusaha menghindari woojin dan saudara saudara nya di sekolah bahkan di rumah.
Menatap lurus pada aliran sungai dibawahnya dengan kaki yang dijulurkan mengayun indah di langit langit. Rambut nya yang halus dan berwarna lucu itu melayang ke segala arah mengikuti arus angin yang meniup dirinya dengan tidak sopan.
Lagi lagi pemikiran akan kebiasaannya di rumah, sekolah dan dimanapun kembali terputar tanpa ia inginkan. Ia berharap dirinya cepat cepat meninggalkan dunia fana ini berharap jika memori itu akan terhenti tepat saat kematiannya. Jadi, ia tak perlu mengusirnya dengan susah payah.
Namun, kehendak berkata lain. Setiap manusia memiliki titik terendah nya. Dimana manusia itu sendiri akan berhenti dan menyerah pada keadaan di sekitarnya. Mungkin.
Namjoon kini duduk di jembatan dengan air deras mengalir dibawahnya. Dia tidak tahu dia berada dimana saat ini. Tiba tiba keinginan hatinya berubah untuk berbelok menjauhi area sekolah. Untuk menyegarkan bahkan mengistirahatkan dirinya saja sudah menjadi definisi bahagia untuknya.
Tangan itu terkepal kuat dengan kaki yang semakin mengayun dengan cepat mengakibatkan angin di bawah mendinginkan betisnya. Tanpa sadar, air mata nya ikut menjadi bagian air sungai yang mengalir dibawahnya.
Air matanya mentes tepat pada aliran sunga dibawah. Kepalanya menunduk dengan lipatan tangan menumpu kepalanya yang lelah. Entah sudah berapa lama ia berada disini sebelum hujan mulai membasahi jalan raya.
Mungkin kalian bertanya 'apa namjoon duduk disana dengan hujan yang mengguyur badannya dengan bebas dan tanpa permisi?' Ya, itu memang benar. Sejak hujan turun dari awal tadi, Namjoon tidak beranjak sama sekali dari tempatnya. Hingga, hujan saat ini sudah mulai reda ia masih tetap setia pada tempatnya.
Bibir pucat, wajah dan tubuh yang dingin, jantung yang berdenyut tidak beraturan, ginjal yang mulai berdenyut dan kepala yang mulai memberat ia biarkan saja. Toh, jika ia limbunh saat ini juga. Maka, dirinya akan terjun bebas pada pembatas jembatan itu tanpa perlu merasakan sakit.
"Ige mollayo, can i say goodbye now?"
Woojin menunggu Namjoon sejak lama di atap sekolah. Kepalanya menengok kebelakang saat bunyi decit pintu bergerak terbuka. Namun, hembusan nafas kasar dan terdengar lelah yang ia keluarkan. Ternyata itu adalah ulah angin yang membuat pintu itu terbuka dan tertutup sendiri. Awalnya ia kira itu Namjoon.
"Kemana anak itu?!" Ia mengusak wajahnya kasar lalu membuang puntung rokoknya asal. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Menandakan sebentar lagi bel akan berbunyi menandakan pembelajaran akan benar benar berakhir.
Woojin sudah biasa membolos setiap hari dari kelas. Namun, dengan otaknya yang pintar tanpa belajar ia sudah bisa menjawab pertanyaan dengan mudah. Itulan yang menjadikan ia spesial di sekolah ini jadi pihak sekolah tidak perlu repot repot membuat surat pernyataan keluar dengan tidak hormat dari sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight And Never Let Go
RandomCerita kedua di ff author . . . Maafkan aku jika aku mengambil jalan cerita hidup yang salah. Ini semua karena kalian yang mementingkan yang lainnya dibandingkan diriku. Aku merasa kalian menjauhi ku secara perlahan. Aku tak butuh harta untuk bahagi...