Pukul sebelas tepat Namjoon terbangun dari tidur nyamannya. Perasaannya sekarang tidak enak. Ia mematikan lampu tidurnya lalu mengusap usap dadanya perlahan. Tangan kirinya mengusap peluh yang mengalir dari pelipisnya, jantungnya kembali sakit tapi bukan dengan sakit seperti biasanya. Namun, ia merasakan ada yang beda dari biasanya.
Entah kenapa ia merindukan Taehyung dan saudara saudaranya di rumah. Ia merindukan Jackson. Terakhir kali ia mendengar kabar jika Jackson akan menggantikannya untuk ikut olimpiade sains saat ia belum masuk ke rumah sakit ini. Namjoon menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
Niat hati ingin memanggil Chanyeol tapi Chanyeol sudah pulang duluan. Ia ingin bermanja sekarang. Teringat sudah berapa lama ia tidak mengikuti pembelajaran. Ia yakin saat ini dirinya sedang di alpha, Namjoon tidak perduli akan hal itu. Toh, ia ber- IQ tinggi jadi mudah saja untuk mengejar ilmu yang ia tinggal.
Tiba tiba Namjoon merindukan Taehyung, baby lion nya. Entah kenapa ia merindukan omelan omelan Taehyung. Jujur, saat ini Namjoon memang merindukan saudara saudaranya. Tapi, ia lebih merindukan Taehyung sebagai penyemangat hidupnya.
"Taehyungie" Gumamnya. Ia benar benar merindukan sosok manusia bersenyum kotak itu.
Kakinya perlahan turun menginjak keramik indah itu. Infusnya ia paksa cabut hingga darah merembes keluar dari sana. Tidak ada rasa sakit yang ia rasakan sekarang, untuk mengobati rasa rindu akan sang adik ia tidak perduli jika dirinya yang akan mati secara perlahan.
Namjoon melepas semua alat bantu yang ada di tubuhnya. Setelah semua terlepas, Namjoon akhirnya mencoba berjalan walau kakinya mati rasa karena sudah terlalu lama terbaring di sana. Dalam hati ia meminta maaf sebesar besarnya pada Chanyeol atas kelancangan dirinya untuk pulang tanpa meminta izin.
Luka jahitannya mungkin saat ini terbuka saat dirinya tidak sengaja terjatuh menginjak sesuatu yang basah. Ia meringis sakit memegang pinggangnya. Kepalanya berdenyut dengan jantung yang berdetak lebih cepat. Namjoon menyangga tubuhnya pada ujung meja mengatur nafasnya dengan tenang.
"Taehyungie, hyung pulang" Gumamnya sambil tersenyum tulus.
"Bagaimana, dok?" Jungkook bertanya pada dokter dihadapannya ini. Jika kalian kira mereka di rumah sakit maka kalian salah besar. Mereka memanggil dokter ke manshion mereka untuk memeriksa Seokjin dan Taehyung. Semua alat yang ada di kamar mereka di sewa secara pribadi hingga keadaan keduanya memulih.
"Untuk keadaan Seokjin-ssi ia hanya mengalami cedera otak ringan. Sarafnya untung saja tidak terbentur terlalu kuat, hanya sedikit kencang dan akan kembali seperti semula. Namun, Seokjin-ssi setelah ini, ia tidak boleh sampai terbentur lagi. Karena, akan membuat pembuluh darah di otak kemungkinan pecah" Jelas Dokter Son. Jungkook dan yang lainnya mengangguk mengiyakan.
Mereka semua menatap Seokjin yang terbaring dengan perban melilit di kepalanya.
"Namun, bagaimana dengan keadaan Taehyung?" Tanya Jimin.
"Taehyung-Ssi mengalami benturan cukup parah di tulang belakangnya. Tapi tenang saja, Taehyung ssi masih muda dan kondisi ini akan terjadi sebentar saja, karena daya tahan tubuhnha yang kuat. Tapi, jika Taehyung ssi terkena barang berat di area tulang belakangnya maka akan memperparah keadaannya. Karena hal ini kemungkinan akan terus merambat pada tulang sumsum belakang nya" Jimin menutup mulutnya tidak percaya, sedangkan Jungkook sudah menangis sedari tadi di pelukan Hoseok.
"Bag-bagaimana caranya, dok? Lakukan yang terbaik untuk adikku" Pinta Hoseok lemas sambil menepuk pundak Jungkook lembut.
Dokter Son menghela nafas lalu menatap Taehyung dengan kondisi memprihatinkan, " Untuk sementara, tulang Taehyung-ssi bisa kita sambung dengan alat yang kami punya. Tapi, kemungkinan hal itu hanya akan bertahan untuk beberapa waktu saja. Alternatif terbaik adalah menjaga tulangnya dari benturan benturan keras. Ingat, jika hal ini terjadi lagi, maka akan memperparah keadaannya "
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight And Never Let Go
RandomCerita kedua di ff author . . . Maafkan aku jika aku mengambil jalan cerita hidup yang salah. Ini semua karena kalian yang mementingkan yang lainnya dibandingkan diriku. Aku merasa kalian menjauhi ku secara perlahan. Aku tak butuh harta untuk bahagi...