"Taehyungie" Ucap Namjoon dengan tangan pucat terulur membuka pintu kamar milik Taehyung, adik tercintanya. Sorot mata lesu milik Namjoon mendapati adiknya itu tengah melamun menatap langit langit kamar, sepertinya dia tidak menyadari keberadaan Namjoon disana.
Dengan mengulas senyum manis ber dimple miliknya, ia mendekat ke ranjang Taehyung tidak lupa menutup pintu kamar milik Taehyung sebelumnya. Langkah kecilnya mendekat pada bingkai foto miliknya dan Taehyung.
"Hyung" Panggil Taehyung membuat Namjoon tersadar dari lamunannya. "Hyung, apa yang kau lakukan? Maaf hyung aku tidak bisa membelamu dan aku sering membentak dan melukai hatimu hiks a-aku hiks aku terlalu kekanakkan, mudah percaya pada omong kosong mereka" Tatap Taehyung penuh luka.
"Hey, Taehyung dengar hyung,-" ucap Namjoon dengan pantat yang hampir mendarat sempurna di pinggir kasur Taehyung. Setelah pantatnya mendarat sempurna di kasur empuk itu, ia sempat akan mengira bahwa Taehyung akan membencinya dan mengusirnya dari kamarnya. Ternyata tidak, ia salah besar. Namjoon kemudian menggenggam lembut tangan Taehyung dan menatapnya kembali dengan tatapan hangat penuh kasih sayang. ",-Hyung menyayangimu Tae, kau tidak perlu meminta maaf. Disini, hyung yang salah bukan Taetae, ok? Seharusnya hyung yang meminta maaf Tae hanya karena hyung punggungmu terluka apa tidak sakit? Itu pasti sangat sakit Tae. Tae tae tidak perlu memikirkan hyung, ok? Pikirkan dirimu sendiri untuk sembuh dan pulih seperti biasanya. Bagaimana?"
Air mata Taehyung tidak berhenti mengalir dari kedua mata tajamnya itu. Punggungnya sedikit bergetar menahan isakan di bibirnya. Ia adalah adik yang buruk tidak bisa melindungi hyung kesayangannya itu dan malah berakhir menjadi pecundang.
"Hey, kenapa menangis hm? Apa hyung menyakitimu?" Tanya Namjoon lembut. Taehyung merentangkan tangannya dengan sedikit lebar. Namjoon yang mengerti maksud lionnya itu langsung memeluknya pelan, Namjoon tidak mau menyakiti adiknya dengan terlalu erat memeluk punggung Taehyung.
Taehyung menangis di pundak Namjoon, pilu. Inilah yang dirasakan, Taehyung berpikir bahwa sakit yang dimilikinya ini tidak seberapa dengan luka batin yang dimiliki Namjoon. Taehyung heran kenapa hyungnya mempunyai mental yang sangat kuat. Mungkin, jika dirinya menjadi Namjoon ia akan menyerah dengan cara menyerahkan tubuhnya pada langit atau lebih jelasnya bunuh diri.
"Sstt tenanglah Tae, hyung disini. Kau mau makan bubur? Atau mau buah? Ah iya, atau kau mau hyung masakkan?" Namjoon melepas pelukan secara sepihak.
Taehyung menggeleng pelan. "Hyung, pergilah ke kamarmu, kau terlihat pucat aku takut kau kenapa kenapa hyung" Pinta Taehyung dengan lembut.
"Tidak, aku akan menjagamu. Kau tunggu di-"
Cklek
"Taehyungie, aku mem-" Pemuda bersurai coklat itu terdiam saat melihat saudaranya sedang bersama orang lain. Iya, orang lain. Bagi Jimin, Namjoon adalah orang yang menumpang hidup di rumah mereka.
Manik Namjoon bersitatap dengan manik milik Jimin. Dapat Namjoon lihat disana tersirat amarah yang memuncak. Namjoon selalu dapat mengerti keadaan dengan cepat. Namjoon langsung menatap Taehyung dan mengangguk pelan seraya berdiri. Tapi Taehyung dengan tiba tiba langsung menahan lengan Namjoon "Hyung, kumohon tetaplah disini" Namjoon hanya menjawabnya dengan senyum kecil dan anggukan mengatakan seolah olah semua akan baik baik saja.
Jimin yang masih berdiri di depan pintu hanya dapat melihat drama memilukan di depannya. Jimin terlalu jijik dengan drama milik Namjoon. Ia terlalu muak, semua kasih sayangnya hanya palsu dan semata mata hanya untuk mengambil perhatian mereka. Jimin sempat berpikir ia takkan pernah sekalipun ingin bersentuhan dengan pemuda yang ada dihadapan Taehyung itu. Biarpun kulitnya bersentuhan dengan pemuda itu, Jimin akan langsung menghajarnya.
Dengan sorot mata memanas, Namjoon berjalan melewati Jimin. Namjoon berhenti sebentar lalu memberikan senyum manisnya pada adiknya itu, lantas Jimin langsung membuang pandangannya.
'Tukang drama' Batin Jimin
Setelah dirasa Namjoon benar benar keluar, Jimin langsung menutup pintunya sedikit kasar hingga dirinya sedikit tersentak lalu mengelus dadanya.
'Sabar'
.
.
."Ahhh betapa lembutnya dirimu kasur! Aku merindukanmu!" Bagai orang hilang akal, Namjoon menciumi kasurnya, selimut, bantal, guling, serta boneka boneka miliknya dengan sangat brutal. Seperti apa yang army pikirkan ketika bibir Namjoon bertubrukkan dengan bibir mhhh.. army? Atau? Couple?Shipper? Ah! Sudahlah, ini bukan masalah bayangan kalian tentang ciuman 'berbeda' itu tapi tentang rindunya Namjoon pada kasur tercintanya, tempat air matanya meneduh dan tempat sasaran untuk meluapkan emosinya.
Namjoon melepas seragamnya lalu memasuki kamar mandi untuk melaksanakan ritual hariannya itu dengan bersenandung ria tanpa wajah penuh rasa sakit.
.
.
.Cklek
"Dari mana saja kau, hyung?"
Chanyeol dengan keadaan berantakannya itu menatap seseorang yang duduk di sofa ruang tamu dengan ekspresi orang putus asa. Seseorang yang tengah duduk disana menatap jengah Chanyeol setelah pemuda itu tidak sengaja membanting pintu utama.
"Yak! Hyung! Kau merusaknya!" Teriak pemuda itu sambil berdiri dari duduknya. Namun, Chanyeol seolah tuli. Ia malah menubrukkan badannya pada sofa yang sama di tempat pemuda itu duduk.
"Aku gagal Woojin-ah"
"Gagal apa hyung?"
"Seperti biasa, tapi dia adalah pasien kesayanganku"
"Maksudmu? Siapa? Kau tidak pernah menceritakannya padaku"
"Maaf Woojin"
Pemuda yang bernama Woojin itu menatap sendu hyungnya kemudian memberikan pelukan hangatnya.
"Ceritakan padaku, siapa pasien yang kau maksud itu?" Tanya Woojin lembut.
"Jeon Namjoon, salah satu adik dari Jeon Seokjin"
Mata Woojin membulat kaget. Ia melepaskan pelukan dengan sepihak membuat Chanyeol menatapnya tajam.
"Yak! Kau inj kurang ajar sekali dengan hyung! Hyung ingin pelukan! Kau malah melepasnya secara sepihak!" Dengus Chanyeol dengan tangan bersidekap dada.
"Maafkan aku hyung a-aku hanya kaget dengan nama pasienmu" Woojin menunduk menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Chanyeol dengan lantas menangkup kedua pipi adiknya menatapnya intens.
"Kau kenal?"
"A-aku tidak mengenalnya" Ucap Woojin. Woojin berdiri meninggalkan Chanyeol dengan penuh tanda tanya. Ia menghiraukan beberapa panggilan Chanyeol. Ia tidak peduli dengan itu semua yang ia butuhkan adalah kamar dan balkon.
.
.
."Jeon Namjoon, salah satu adik dari Jeon Seokjin"
Ucapan itu selalu terngiang ngiang di kepala Woojin. Pemuda itu membakar ujung rokok lalu menghisapnya pada bagian ujung lainnya, menghisap lalu menghembuskannya ke udara.
"Ck... apa yang aku pikirkan!" Dengan segera Woojin mematikan rokok nya dengan kasar lalu memainkan ponsel canggih miliknya itu
Halo.. im back
Rindu tak? Hehe maaf pendek.
Mianhe aku sedang dalam masa istirhata karena kehidupanku tidak berjalan mulus seperti yang kalian kira. But im fine. Aku akan melampiaskan kesedihanku pada book ini dan book lainnya.
Aku berterima kasih pada kalian yang setia menunggu kelanjutan ff ku ini dan ff yang lainnya. Aku terkadang sedih melihat pc, papan pesan, bahkan spam kalian yang memintaku melanjutkannya.
Aku tidak bisa bersedih terus. Aku akan bangkit dan tersenyum walau seberat apapun masalah dan bebanku. Aku hampir mental breakdown gaes huft apalagi aku akan menjalankan tes UTBK ke perguruan tinggi tanggal 7 juli 2020 hikseu TT~TT. Doakan aku lulus ne dan doakan kebahagiaanku datang dan tidak pergi Thanks kalian. Purple dari aku untuk kalian.
Ok TBC..
Keep Vomennt ^^Ah iya maaf telat happy anniv bangtan uwuwww :3
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight And Never Let Go
RandomCerita kedua di ff author . . . Maafkan aku jika aku mengambil jalan cerita hidup yang salah. Ini semua karena kalian yang mementingkan yang lainnya dibandingkan diriku. Aku merasa kalian menjauhi ku secara perlahan. Aku tak butuh harta untuk bahagi...