Pintu kamar Namjoon terbuka dengan kasar seiring dengan tubuhnya yang hampir seutuhnya menyentuh kasur empuk itu. Seorang namja menariknya dengan kasar hingga terjatuh tidak elitenya membentur lantai. Tirisan air dari tubuhnya ikut jatuh satu per satu memantul pada pantulan bayang keramik putih membuat keadaannya semakin buruk.
"Mau apa kau?" Dengan santai Namjoon mendorong namja dihadapannya yang sangat angkuh. Tangannya mengepal erat membuat rasa dingin ditubuhnya tidak lagi berpengaruh pada dirinya.
"KAU!,-"
"APA?! APA HYUNG?! KATAKAN PADAKU?! APALAGI KESALAHANKU?! TIDAK CUKUPKAH SEMUA INI KALIAN BERIKAN PADAKU?! AKU SELALU MENURUTI PERKATAAN KALIAN, PERILAKU KALIAN! AKU MENERIMANYA DENGAN SENANG HATI! LALU? APA LAGI YANG KURANG? APA HYUNG?!! KATAKAN PADAKU!"
Namjoon terdiam seribu bahasa setelah berani membentak kakaknya yang paling dingin. Kakaknya yang dulu menjadi penopangnya, kakaknya yang dulu menemaninya, dulu. Hanya dulu.
Yoongi melemaskan tangannya saat melihat Namjoon menangis hebat dihadapannya. Setetes liquid bening turun melalui pipi putihnya yang sedikit lebam. Hatinya teriris melihat keadaan adiknya yang begitu kacau. Dengan pakaian khas rumah sakit, jaket hitam tipis, tubuh yang basah dan wajah yang pucat membuatnya berpikir dua kali untuk memarahi Namjoon.
"Joon, aku minta maaf" Empat kata yang terlontar dari mulut seorang Jeon Yoongi. Melihat pundak namjoon yang naik dan turun secara teratur membuat dirinya sedikit tenang, setidaknya dia tidak perlu menunjukkan kepedulian lebih lagi.
"Hyung, kuharap kau pergi dari kamarku. Aku ingin sendiri, aku sudah tidak punya siapa siapa disini. Teman temanku pergi, bahkan kalian p-pergi. Tidak ada yang mau bersama pembunuh pengecut sepertiku" Namjoon mengulas senyum pahit dengan kepala tertunduk.
"Namjoon, dengarkan hy-"
"Untuk apa kau memanggil dirimu sendiri dengan sebutan hyung dihadapanku? Aku jijik mendengarnya, sama seperti kalian yang jijik saat melihatku"
Hati yoongi lagi lagi teriris dengan perkataan adiknya yang cukup membuat hatinya remuk seketika. Liquid bening itu semakin deras menuruni pipinya. Yoongi mengalah, ia pergi keluar dari kamar Namjoon dengan bekas jejak air mata yang tidak hilang dari pipinya.
Blam
"HIKS, SIALAN!"
Pagi pagi sekali yoongi berangkat ke rumah sakit saat suasana rumah masih sangat sepi seperti tidak berpenghuni. Ia berniat menemui Dokter son di rumah sakit Yungji. Ia ingin meminta dokter Son menjadi dokter pribadi Taehyung untuk beberapa hari kedepan.
Yoongi dengan setelan jaket bomber berwarna hitam pekat dengan bunny hat dan kacamata hitam menyambar kunci mobilnya lalu pergi dengan tergesa gesa. Kamarnya terletak di samping kamar Taehyung, yang otomatis akan melewati pintu kamar Namjoon yang berada agak jauh dari kamar saudara saudaranya yang lain.
Manik kucingnya memicing melihat pintu kamar Namjoon sedikit terbuka, membuat celah kehidupan di dalam terpampang dengan jelas. Dengan sedikit berani, Yoongi masuk mengintip ke celah kamar Namjoon yang gelap tanpa cahaya sedikitpun disana.
Yoongi merasakan tangan yang ada di balik pintu terulur ke depan. Yoongi menyalakan saklar lampu dengan sangat hati hati agar Namjoon tidak terbangun dari tempatnya.
"Namjoon?" Panggilnya secara halus.
"Eungh? Siapa?" Sahut Namjoon sangat pelan dengan suafa seraknya. Bukan, bukan serak karena baru terbangun daru tidurnya. Tapi, karena dirinya yang habis menangis semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight And Never Let Go
RandomCerita kedua di ff author . . . Maafkan aku jika aku mengambil jalan cerita hidup yang salah. Ini semua karena kalian yang mementingkan yang lainnya dibandingkan diriku. Aku merasa kalian menjauhi ku secara perlahan. Aku tak butuh harta untuk bahagi...