Racun didalam gula

1.1K 114 11
                                    

Ding dong deng~

Suara bel sekolah berbunyi, membuat sekolah yang tenang menjadi riuh dengan teriakan anak-anak yang berebut untuk pulang. Tak lupa beberapa dari mereka melempari Jimin kertas untuk hanya untuk bersenang-senang. Mereka selalu membully Jimin dan itu membuatnya tak nyaman. Dia harus selalu menunduk setiap pulang karena ia takut sesuatu mengenai matanya. Tetapi, sesampainya di depan gerbang, Jimin tersenyum melihat pak satpam dan langsung lari mendekatinya.

"Pamaaannn!!!! "

"Oh?  Jimin. Kau mau pulang? "

Jimin mengangguk "Iya tapi nanti."

"Nanti?  Apa kau menunggu yang menjemputmu? "

"Tidak. " Jimin menggeleng lucu membuat sang satpam gemas dengan bibir kerucutnya itu.

"Apa mereka berbuat jahat padamu diluar sekolah? "

"Neee~ Aku menunggu beberapa jam supaya mereka bosan menungguku. Mereka selalu disana dan melakukan hal jahat padaku."

"Aigoo kasihan sekali. Kalau begitu tunggu disini. Paman akan mengantarmu pulang. "

"neee." Jimin teriak antusias.  Ia senang karena jika diantar pulang oleh satpam, anak anak tukang bully itu pasti akan takut. Well, sekarang Jimin bisa santai pulang ke rumah setiap hari tanpa diganggu mereka.

Benar saja, ketika Jimin pulang tak ada yang mengganggunya. Mereka takut pada satpam bahkan para pembuli wanita itu langsung lari melihat wajah satpam. Memang wajah paman satpam itu menakutkan tapi dimata Jimin dia sangat baik. Bagaikan hero untuknya. Hampir setiap pulang Jimin dan ia selalu melihat sosok yang Jimin kenal. Dia, si anak pucat yang kasar itu. Jimin melihat dia selalu berjalan menunduk, sendirian, dan terlihat murung seperti dirinya. Membuat Jimin merasa simpatik. Ia merasa kasihan karena Jimin menduga pasti anak itu pasti dibully teman temannya juga.

...

Jimin turun dari sepeda paman itu lalu memberi hormat sambil mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih paman. "

Satpam itu hanya pergi begitu saja. Jimin lalu berlari masuk ke rumah dengan senyumnya.

"Eomma. aku pulaanggg. "

"Iya cepat ganti pakaianmu dan makan ya."

"Ne Eomma, terimakasih. " tak perlu lama, Jimin langsung duduk di meja makan dengan rapi. "Uwaaahhh~ dagingggg. "

"Bibikmu memberikannya pada kita beberapa kilo. Kau makan yang banyak ya anak eomma yang lucu."

"Neee..  Selamat makan." tanpa pikir panjang Jimin langsung melahap suapan besar hingga pipinya menggembung. Ibunya yang melihat itu tentu takut tenggorokan anaknya akan tersumbat gumpalan nasi dan daging.

"Pelan pelan Jimin. Kau bisa tersedak jika makan seperti itu. Dagingnya masih banyak jadi makan pelan pelan. Kau makan seperti tidak akan makan daging lagi." sang ibu terus tersenyum menatap anaknya makan dengan begitu lahap. Lalu ia tiba-tiba teringat seseorang yang selalu mengantar Jimin pulang "mm... Jimin."

"Ne eomma? "

"Seprtinya belakangan ini kau sering diantar seseorang. "

"Oh?  Dia paman Park yang menjaga sekolahku."

"Kenapa dia mengantarmu pulang setiap hari? "

"Emm itu.... Karena...  Ada orang jahat mankannya aku diantar paman setiap pulang sekolah."

"Apa?  Apa mereka jahat padamu? "

"Tidak apa-apa eomma. Ada paman Park yang akan mengantarkan aku pulang. "

"Harusnya eomma yang menjemputmu."

"Tidak. tidak. Kalau eomma menjemputku bagaimana dengan pekerjaan eomma. Aku bisa pulang sendirian. Lagipula paman Park tidak jauh dari sini."

"Benarkah?  Dia baik sekali. Eomma akan membuatkan makanan untuk dia besok. "

"Ne. Terimakasih eomma."

...

Jam makan siang_

" Tadaaaa~ Dagiiinggg~ " Jimin teriak riang.

"Waahh apa keluargamu merayakan sesuatu? "

"Eomma bilang bibik yang memberikannya pada kami. Eomma juga bilang ini untuk paman karena selalu baik mengantarkan aku pulang."

"Eommamu? "

"Ne. Gwenchana aku punya sendiri di kotak nasiku. Paman habiskan ini. Oke? "

"Ne...  Tapi apa eommamu pernah melihat wajah paman? "

"Tidak tau."

Satpam itupun makan daging itu "mmmm enak sekali! "

"Benarkannn?  Masakan Eommaku itu yang paling enak. "

Seperti biasa, satpam mengantarnya lagi dan kali ini Jimin diajak makan udon lebih dulu sebagai balasan terimakasih pada Jimin sudah memberi daging padanya. Setelah itu,
Jimin diajak ke taman yang Indah.

"Wuaaahhh cantikkk.  Aku belum pernah kesini. "

"Disebelah sana ada taman yang lebih Indah dan kau bisa melihat sungai."

"Benarkah?  Ayo kita kesana. " teriak Jimin antusias.

Jimin terus mengikuti paman itu hingga ditepi sungai yang sepi namun Jimin tak melihat apa apa. "Dimana tamannya? "

"Duduk dulu disini. Kita istirahat. "

"Baiklah." Jimin lalu duduk agak jauh.

"Kemarilah. Duduk disini." pinta sang satpam menepuk tanah disampingnya. Tanpa fikir panjang Jimin menuruti apa kata satpam berharap dari sana ia bisa melihat taman itu. Namun, di sanalah sang satpam tiba-tiba membuka bajunya. Jimin tak tau apa yang akan terjadi, semuanya sangat cepat. Sampai satpam itu membuka celana dalam Jimin. Jimin barulah takut. "Paman apa yang kau lakukan? "

"Diam dan jangan berteriak. " melihat sorot mata sang satpam Jimin tiba-tiba merasa sangat takut. "Tolong kembalikan celana dalamku! "

Satpam itu tidak mendengar dan malah membuka kaki Jimin, iapun berontak. "Paman jangaannn! Aaaaa!!!!"

Plakkk satu tamparan keras melukai pipi Jimin. Satpam itu memasuka celana dalam Jimin pada saku celananya dan membekap Jimin dengan saputangannya. Jimin terus berontak ketakutan sambil menangis. Lalu ketika sesuatu yang keras menempel pada kemaluannya, sebuah bola basket melayang pada kepala satpam itu.

Dugh!

Jimin menoleh dan melihat anak pucat itu. Jimin berontak dan langsung berlari ke arah anak pucat itu. Namun satpam itu mencengkeram dan membawa Jimin. Lelaki pucat itu mengejar dan menendang sampai ditepi tebing sang satpam mendorong anak pucat itu sampai jatuh. Jimin juga tak tinggal diam. Mereka bersama menyerang satpam hingga satpam itu jatuh ke tebing. Sialnya, badan mereka ditarik sang satpam hingga mereka semua jatuh ke jurang.

...

Tangan dan punggung anak pucat itu terasa sangat sakit tapi mengingat penjahat itu ia mengabaikannya dan langsung menarik Jimin lari dengan karena takut.

"Awwhh!  Hueeee! " tangisan Jimin pecah.

"Yach ayo lariii! " Anak pucat itu menarik tangan Jimin tanpa peduli kaki Jimin yang sakit. Tapi karena takut, Jimin ikut berlari.

Mereka terus berlari hingga akhirnya melihat jalan Raya yang ramai.

"Ada jalan. Ayo kita meminta bantuan. "

Anak pucat itu tersenyum melihat mobil dari jauh dan menoleh melihat Jimin yang menangis kesakitan.

"Sakit! "

Detik berikutnya ia melihat Jimin jatuh tergeletak ke tanah dan ia semakin panik ketika mendengar teriakan dari dalam hutan. Anak pucat itu panik dan langsung lari ke jalan untuk mengentikan satu mobil. 

"Tolong kami. "

Cahaya mobil yang sangat teriak terus bergerak ke arahnya tanpa berhenti.












😉 Sampai sini dulu ya!

Frozen Heart [ WARNING NC 21+ YOONMIN GS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang