BERTIGA JADINYA

119 12 0
                                    

Happy Reading..

"Katanya mau datang pagi," kataku.

Tika hanya tertawa, mengenaki perasaanku.

"Maaf," ucap Tika kemudian.
"Yaudah, masuk!" suruhku.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, dan Tika baru saja datang.

Tika mengikuti langkahku dari belakang.

"Sarapan dulu," kataku.
"Eh, nggak usah," tolak Tika.
"Ayolah, Bibi sudah nunggu di meja makan, Budi juga," ujarku tetap ingin mengajak Tika.

Tika menuruti apa mauku, ia duduk bersebelahan dengan Budi. Sedangkan aku bersebelahan dengan Bibi.

"Ambil sendiri, jangan malu," nimbrung Bibi kemudian.

Tika tersenyum ramah.

"Biasanya juga malu-maluin," sambungku.
"Lo juga," seru Tika bercanda.

Aku, Tika, dan Bibi tertawa. Sedangkan Budi hanya menyimak percakapan kami.

"Gara-gara dia, nih, Bi, Ifah jadi diskors," kataku sambil tertawa.
"Siapa namanya, lupa Bibi, Non!" ujar Bibi.
"Tika, Bi!" Kataku langsung.
"O, Neng Tika diskors juga?" Tanya Bibi kepada Tika.
"Alhamdulillah, nggak, Bi," jawab Tika. "Ifah baik, Bi, dia yang bikin Tika nggak jadi diskors," papar Tika.
"Serius, Non?" tanya Bibi kepadaku dengan wajah penasarannya.

Aku hanya tertawa. Tika tersenyum, Bibi masih penasaran dengan jawaban dariku.

"Kak, Udi intak cepatu yang adi, ya?" Tanya Budi merusak suasana.
"Iya,  jaga baik-baik, ya!" kataku sudah muak dengan permintaan Budi.
"Sepatu apa, Fah?" tanya Bibi lagi.
"Sepatu Ifah yang udah lama, Bi. Budi yang makenya tadi," jelasku jujur.
"Besar, Budi!" kata Bibi kepada Budi. "Nanti Mamak belikan," tambah Bibi lagi.
"NGGAK AU," teriak Budi cepat.

Aku dan Tiak sontak langsung tertawa, sedangkan Bibi pasrah kepada maunya Budi.

---•---

Selesai sarapan bersama, aku dan Tika langsung  pergi dari rumah.Tidak tahu tujuannya kemana, aku diam saja di belakang.

"Fah, kita mau kemana?" Tanya Tika membuka suara. Pandangannya masih pokus ke depan.
"Mana aku tau, kau yang ngajak aku jalan," ujarku sekenanya.
"Ke Taman Wisata Pulau Kembang aja, Gimana?" Ajak Tika.
"Terserah kau aja, yang penting bisa nenangin fikiran," kataku menurut saja.

Tika melajukan kecepatan motor.

Tika sangat lihai mengendarai motornya, lubang demi lubang berhasil dielakkan dengan mudah.

"Hati-hati, Tika," nasehatku.
"Iya, tenang aja. Nggak bakal jatuh, kok. Gue udah mahir sama jalan ini," papar Tika.
"Berarti kau udah sering, dong, ke tempat ini!" sergahku.
"Iya," Jawab Tika. "Gue rindu Sama Kera gue di sana," tambah Tika.
"Kera? Aku takut sama kera. Jangan ke situ, ah," kataku penuh penolakan.
"Bentar lagi nyampe, lagipula keranya baik, kok. Nanti lo bakal ketagihan sama tempat ini," jelas Tika.
"Kera baik gimana? Itu Kera, lho, Tik, kalo dia ngamuk gimana?" ujarku masih takut dengan tempat yang akan kami tuju.
"Nggak bakal. Gue jamin!" Ucap Tika.

Aku tidak bercakap lagi, dan memilih diam di belakang.

---•---

Tempat yang kami kunjungi ini merupakan area konservasi kera ekor panjang dan bekantan.

Dugaanku tentang kera yang ada di Taman ini salah. Kera yang ada di sini sangat jinak dan tidak takut dengan manusia.

Calon Laki Anti Mainstream [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang