Happy reading..
Aku masih penasaran. Tanpa pikir panjang, aku meneleponnya lagi.
"Angkat... Ah," ucapku dalam hati.
Tidak diangkatnya lagi telepon, aku membaringkan diri di atas kasur.
DRTTT DRRRTT DRTTT
Langsung kugapai HP yang ada di samping, dan mengecek langsung siapa yang menelepon.
"Iya," sahutku duluan.
"Fah, nanti pulang sekolah, gue sama Ryan mau ke rumah lo," papar Tika langsung.
"Mau ngapain?" selidikku.
"Bertamu," sembur Tika langsung, suaranya terdengar jelas di speaker HP-ku.
Aku tertawa, menggubris ucapan Tika barusan.
"Jangan ajak Ryan, aku nggak suka," pintaku kemudian.
"Dia yang ngajakin gue ke rumah lo, Fah," jelas Tika.
"Jangan ajak Ryan!" Ulangku penuh penekanan,"kau aja datang sendirian, biasannya juga gitu," sambungku.
Tidak langsung dibalasnya cakapku. Aku menebak, Tika keberatan dengan permintaanku ini.
"Fah, gue nggak berani bilang ke Ryan. Lo tau sendiri, 'kan, gue liat muka dia aja rasanya terbang ke langit tinggi di atas awan biru," beber Tika tidak jelas.
"Ngomong apa, sih!?" tanyaku terheran-heran.
"Nanti gue beliin lo es krim. Gimana?" tawar Tika.
Tidak kujawab, langsung saja kuakhiri percakapan via HP dengan Tika.
HP aku letakkan kembali di samping tempatku berbaring.
Selang beberapa menit setelah Tika menelepon, Bibi mengetuk pintu kamarku.
"Fah," panggil Bibi dari luar kamar disertai dengan ketukan pintu.
Aku menghela napas berat. Malas rasanya hendak bergerak dari kasur. Karena yang memanggil itu Bibi, mau tidak mau aku akhirnya bangkit juga dari tempat tidur.
"Iya, Bi. Bentar," responku.
Setelah menemui Bibi di depan pintu kamar, aku langsung menanyakan maksud dan tujuan Bibi memanggilku.
"Ada apa, Bi?"
"Non Ifah mau belajar masak, nggak?" tanya Bibi.
Aku tersenyum, kemudian cepat langsung kujawab, "iya, Bi."
"Sekalian bantu Bibi masak," ujar Bibi disertai senyum.
"Iya, Bi, iya," tuturku.
Detik selanjutnya, aku dan Bibi berjalan bersebelahan menuju ke dapur.
"Kita mau masak apa, Bi?"
"Kita masak... ," Bibi memberitahu dan menjelaskan cara memasak makanan yang akan kami buat. Dari cara mengiris, menggoreng, sampai cara menyajikannya di atas meja makan.
Semuanya diajarkan Bibi, aku tersenyum ramah mendengarkan uraian dari Bibi.
"Ini, Bi, bawangnya udah Ifah iris."
"Langsung masukin ke situ, minyaknya udah Bibi panasin tadi," perintah Bibi.
Aku dan Bibi bersebelahan, Bibi di sebelah kanan sedang aku di sebelah kiri.
"Bi, ini diaduk-aduk, 'kan?" tanyaku belum tahu.
"Iya, Fah. Nanti kalo sudah ada bau sedap, langsung masukin bayamnya," jelas Bibi.