Yeaaa.....
Kembali lagi bersama saya di wattpad terkece, terhits, tergege, dan terterlah pokoknya.Oyaaa, sebelum geser ke bawah, jangan lupa vote. Terima kasih.
Happy Reading....
Zainuddien!
MADI! Gila!
Kasian, di tinggal pergi selagi sayang- sayangnya :v
Rasanya kea ditusuk-tusuk gitu! Sakit!
Awas aja kau yaaa!
Mati kau kubuat!Serah luu aja, gue udah senang disini!
AKU MINTA KITA PUTUS!
Putus? Ayokkkkk.
KITA PUTUS!
Chat dari Danang tidak kubalas lagi, handphone aku banting di atas kasur.Aku membaringkan badan di atas kasur, dengan mata melihat ke arah kipas angin yang berputar kencang di atas plafon kamar.
Terbayang kembali kejadian beberapa menit yang lalu, aku tertawa sendiri.
"Aneh!" gumamku dalam hati.
TAK TUM TUM TAK
Suara benturan sendok ke pintu kamar seketika membuyarkan lamunanku. Berkali-kali ia memanggil, entah apa yang di inginkannya dariku.
"Kak Fah, oooo kak Fah!" panggil Budi dari luar kamarku. "Uka intunya, oooo kak Fah!" panggilnya lagi.
Aku langsung bangkit dari atas kasur, dan membuka pintu perlahan.
"Siapa nama presiden kesepuluh Indonesia?" tanyaku bercanda.
Budi menganga lebar sebentar. Kemudian ia memukul panci yang ada di kepalanya dengan sendok pelan.
"Kak Bai," kata Budi tidak lancar.
"Yeee, hebat. Budi hebat" kataku memujinya.Budi termangu tidak paham dengan apa yang aku katakan.
Aku kembali masuk ke dalam kamar, sedangkat Budi masih berdiri di muka pintu.
Ketika aku hendak membaringkan diri lagi di atas kasur, Budi berteriak dan memukul-mukul pintu kamar dengan sendok yang ada di tangan kanannya lagi.
"KAK FAH, KAK BAI ADA," teriak Budi.
"Tolak aja pintunya," suruhku.Budi menolak pintu kamarku kuat, sehingga menimbulkan bunyi yang sangat besar.
"Laah bocah, jangan ngegas!" paparku.
Budi menarik-narik tanganku, membawaku ke arah luar rumah.
"Kemana?" tanyaku.
"ke lual, ada kak Bai" ujar Budi.Ia menguatkan tarikannya, membuatku hampir tertelungkup jatuh.