PENASARAN AKU

92 12 2
                                    

Happy reading..



Pagi. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, aku masih saja belum beranjak dari tempat tidur.

Bibi yang sedari tadi berdiri di depan kasur, terus saja memaksaku bangkit dari tempat tidur dan menyuruhku untuk menemui Ryan di luar.

"Bi, Ifah masih ngantuk, Bi," ucapku dengan mata yang masih terpejam.

"Kasian Ryan di luar, sudah lama dia nungguin," ucap Bibi masih dengan menggoyang-goyangkan badanku.

"Mau apa, sih, dia, Bi?" tanyaku ketika sudah duduk di atas kasur.

"Bibi nggak tau, Fah."

"Ganggu orang lagi tidur aja," gumamku.

Aku keluar, meninggalkan Bibi yang masih berdiri di dalam kamarku.

Masih sama dengan yang semalam, Ryan berdiri berlawanan hadap denganku.

"Mau ngapain?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Eh, Ifah," sapa Ryan ketika memalingkan pandangan ke arahku.

"Mau ngapain?" tanyaku lagi.

"Gue mau berangkat sekolah bareng lo," ucapnya datar.

"Ya, Allah, Yan. Aku diskors! Kau paham, nggak?" ucapku emosi.

"Oo... Masih lama, ya?" tanyanya seperti orang ingin tahu.

"Empat hari lagi," jawabku datar.

"Oo... Yaudah, gue berangkat dulu, ya," ucap Ryan.

Aku menggubrisnya, kemudian berlalu pergi masuk ke dalam rumah lagi.

"PULANG SEKOLAH GUE MAIN KE RUMAH LO!" Teriak Ryan dari luar rumah.

Aku kembali ke luar rumah, menemui Ryan.

"AKU NGGAK NERIMA TAMU HARI INI!" Balasku juga berteriak.

"GUE NGGAK PEDULI, GUE BAKALAN DATANG," balas teriak Ryan yang sudah berada di dalam mobilnya.

"Ih, sok kenal nian!" gumamku.

---•---

Bibi terus saja tertawa setelah mendengar cerita dariku, sedang Budi tidak banyak bunyi, ia terus saja menyuap sepiring nasi goreng yang ada di hadapannya.

"Bagus itu, Non!"

"Bagus dari mana, Bi?" tanyaku belum paham.

"Biar setiap hari ada yang nganterin non Ifah ke sekolah," ucap Bibi seraya tertawa. "Cie-cie!" tambah Bibi.

"om Joko, 'kan, ada, Bi," ucapku.

"Om Joko jarang ada di rumah, Fah. Ifah mau telat ke sekolah lagi cuma gara-gara nungguin om Joko?" panjang lebar Bibi.

"Ya, enggaklah!" jawabku cepat.

Bibi tertawa, aku menggubrisnya.

"Bi, besok Ayah pulang. Bibi masih ingat, 'kan, sama janji!" ucapku mengingatkan Bibi.

"Janji apa, Fah?"

"Ih, Bibi. Janji jangan bilang sama Ayah kalo Ifah diskors, Bi!" terangku mengingatkan Bibi.

"Ooo.... Iya-iya. Jadi Bibi harus bilang apa sama Ayahnya Ifah?" tanya Bibi layaknya orang yang masih polos.

"Gini, Bi... ." aku menjelaskan semua yang harus Bibi ucap dan lakukan ketika Ayah pulang besok.

Calon Laki Anti Mainstream [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang