[7] Fall

2.2K 238 14
                                    

"Tuan Park menderita suatu penyakit yang akan timbul jika ia sedang stress, dan ketakutan. Untuk saat ini, kami belum bisa menamai penyakitnya," ujar sang dokter menatap mata Yoongi "dan kau harus menjaga nya, terkadang bipolar nya bisa kambuh"

"dia... Bipolar?" tanya Yoongi pelan

"iya, tapi tidak parah. Kau tidak menyadari nya?" tanya sang dokter

"aku tau, tapi aku tidak memikirkan kata bipolar itu," ujar Yoongi lalu menatap wajah Jimin yang sangat teduh dan polos "pantas saja, sehabis ketakutan, dia langsung melawan ku"

"ya hanya itu yang ingin ku sampaikan," ujar sang dokter lalu berdiri dari duduknya "aku permisi"

Yoongi tidak memedulikan dokter yang sedang berjalan keluar dari kamar Jimin. Pelayan nya akan mengantar dokter itu keluar, pikirnya.

"kenapa sakit? Apa aku menyesal?" batin Yoongi. Dia merasa sedikit bersalah pada Jimin. Namun masa lalu mereka membuat Yoongi kembali menatap Jimin dengan mata tajamnya "ck, apa yang perlu kusesalkan?"

Yoongi berdiri dari kasur Jimin lalu menuliskan sebuah surat dan meletakkannya di atas meja. Kakinya melangkah keluar dari kamar Jimin dan membanting pintunya.

Jimin yang mendengar bantingan pintu pun membuka matanya perlahan-lahan. Mata indahnya mematai seluruh ruangan, hingga akhirnya pening menyambar kepala nya.

"HYUNG! kau tak apa?" teriak Daehwi yang baru saja masuk kamar dan langsung berlari menuju Jimin yang masih menatap sekitar "hyung?"

"ah, t-tak apa... Aku baik, hanya sedikit pening, bukan masalah," ujar Jimin menenangkan Daehwi yang terlihat sangat panik "sebenarnya apa yang terjadi?"

"t-tadi aku melihat mu merintih di pelukan tuan Yoongi, kau memanggilnya dan kau terlihat kesakitan. Dengan panik aku berlari keluar dan memanggil dokter atas perintah tuan Yoongi" jelas Daehwi.

Pipi Jimin memerah mendengarnya, merasa malu. Dia bisa merasakan jantungnya berdetak kencang sekali "y-yoongi-ssi memelukku? Tidak mungkin! Kau salah liat!" kesal Jimin kemudian dengan wajah memerah kesal.

"m-mungkin aku memang salah liat," ujar Daehwi pelan, sedikit takut melihat Jimin yang tampak marah "e-eum, Hyung mau kubawa kan makanan? Mungkin hyung merasa lapar atau haus?"

Jimin yang tadinya kesal mendadak senang mendengar kata makanan "boleh! Aku ingin kue coklat, susu vanilla, eum apalagi ya, ah! Aku ingin kue coklat nya di berikan melted coklat! Apa bisa? Bisa kan?"

Daehwi kembali tersenyum mendengar Jimin yang terlihat senang "tentu saja hyung, semuanya tersedia disini. Aku permisi dulu hyung. Oh iya, kalau ada apa-apa, ambil saja lonceng yang disebelah situ dan bunyikan. Aku atau pelayan lain akan datang" jelasnya lalu keluar dari kamar Jimin.

Jimin menatap meja yang ditunjuk Daehwi lalu mengambil lonceng nya, sebelum akhirnya ia melihat selembar kertas yang terletak dibawah lonceng "apa ini? Surat? Untuk siapa?"

Jimin membuka lipatan suratnya,

Park Jimin,

Besok kau harus ikut aku ke pesta ulang tahun yang tadi ku katakan. Aku ingin melihat mu dengan pakaian mewah yang kusiapkan tepat pada pukul 7 malam besok. Kalau kau telat barang semenit saja, kau harus siap aku hukum!!!

Min Yoongi, si raja tampan

"APA-APAAN?! besok ending drama nya akan dimulai dan dia malah mengajakku pergi! Aku benar-benar membenci dia!" bentak Jimin lalu melempar kertas dan lonceng yang ia pegang ",dia menghancurkan semuanya! Dan aku akan menghancurkannya juga!"

je t'aime [ym]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang