XXII [LA;Gone]

1.7K 366 44
                                    

Gone [⚠️]

Sensitive content!
Psychological disorder

Api di tungku perapian mulai mengecil karena kayu bakar perlahan hangus tanpa diisi ulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Api di tungku perapian mulai mengecil karena kayu bakar perlahan hangus tanpa diisi ulang.

Changbin masih membeku disana dengan tangis yang belum reda. Menunduk sampai kening sentuh lantai.

Sang ayah hampiri anaknya, pegangi kedua pundak rapuh, "Nak, ayo beri salam. Nanti mamamu marah."

Si pemuda dipaksa bangun, melangkah dengan tertatih hampiri ruang kaca pribadi milik sang ibu. Rambut hitam terawat, wajah kecil, bibir kuncup sama seperti si bungsu.

Jemari kanan usap kaca karena tangan yang tidak diperbolehkan pegang si kesayangan dari dalam. Gemetar hebat pandangi wajah mulus si lilin cantik tanpa ekspresi.

"Ayo katakan. Mama."

Changbin menggeleng pelan, tatapan gak mau lepas pandangi mayat ibunya yang sudah diawetkan belasan tahun lamanya.

"Ayo, nak. Mama."

"Ma-"

Changbin begitu kacau, gigit ujung bibir sampai luka pun tak apa. Luka dihatinya lebih sakit terasa.

"Changbin, ayo. Ma ma."

Papanya begitu lihai peragakan mimik bibir ucapkan kata 'mama'. Seperti mengajarkan anak balita yang belum bisa bicara.

"Mama..."

"Mama..."

Si pemuda ucapkan berapa kali akhirnya, dengan tungkai kembali melemas peluki etalase kaca.

"Mama..."

Tangisnya mengeras lagi. Teriaki mamanya berharap bangun dari etalase dan memeluknya erat. Berharap boneka lilin bicara padanya jangan menangis seperti ini.

Berharap semua hanyalah mimpi buruk untuk hukuman dari semua prilaku Changbin beberapa waktu lalu.

Jika benar hukuman, apa ini pantas untuknya?

Seberapa banyak lagi tangis dan kegelapan hantui dirinya? Seberapa banyak lagi tali abu-abu cekik lehernya kuat? Seberapa banyak lagi bisikan-bisikan iblis setiap ia tertidur?

Tungku api padam. Sebagai tanda juga bahwa kunjungan kali ini telah selesai.

Kain merah kembali menutup etalase bening itu. Tak ada yang boleh melihatnya lagi setelah ini.

"Ayo, sekarang kita keluar."

Changbin bisu. Kerongkongan kering terasa perih menusuk, mata yang membengkak, begitu lemah dan kacau keluar dari pavilion itu.

22 Days - Changbin x ChaewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang