Part 26

1.3K 133 15
                                    

Rose menarik napas dalam, matanya baru saja terbuka tapi hatinya sudah terasa sesak. Setelah semalam ia begadang dan baru jatuh tertidur pukul 4 pagi.

Pikirannya menerawang, tapi langsung terfokus pada Park Jimin. Semalam ia benar-benar mengabaikan pemuda itu.

Ketukan di pintu pun tak ia sahuti. Membiarkan pemuda itu menunggu di luar. Ada rasa bersalah menggelayuti hatinya. Ia merasa sangat buruk.

Tapi Rose tak bisa mengontrol, kemarin terlalu memuakkan baginya. Bukan kalimat-kalimat semacam itu yang ia dengar dari Jimin.

Setelah yang terlewati tentu Rose menginginkan sebuah kalimat manis atau rayuan dari sang kekasih. Bukan kalimat yang justru membuatnya down. Kalimat-kalimat yang seolah mengisyaratkan kalau hubungan antara mereka harus di pikirkan kembali.

Ia membuka selimut dengan tak bertenaga. Kemudian keluar kamar dengan langkah pelan. Gadis itu menghela napas dalam. Seperti dugaannya Jimin sudah tidak ada.

Kembali rasa kecewa menyergapnya, dia sudah menebak bahwa Jimin mungkin sudah pergi. Tapi hatinya mengharap bahwa Jimin tinggal, menunggu gadis itu membuka mata.

Mengucapkan selamat pagi dan meminta maaf atas kejadian semalam. Tapi itu tidak terjadi.

Rose melangkahkan kakinya dengan malas ke arah balkon. Membuka pintu dan mendudukkan dirinya dikursi yang memang ia sediakan disana. Gadis itu menaikkan lutut dan memeluknya dengan kedua tangan. Kepalanya yang terasa berat ia sandarkan atas lututnya. Matanya menerawang jauh diantara gedung-gedung apartemen bersama dengan hatinya yang gundah.







Jimin menyodorkan segelas air untuk membantu Seulgi menelan obatnya. Gadis itu tersenyum kemudian meghabiskan sepertiga air di gelasnya.

"terimakasih" katanya sembari menyodorkan sisa airnya pada Jimin.

Pemuda itu tersenyum tipis dan menaruh gelas di nakas sambil merapikan piring bekas sarapan Seulgi.

"setelah ini aku akan menemui dokter, menanyakan kapan kau bisa keluar"

Seulgi mengangguk tetapi raut mukanya tak tampak antusis. Jimin yang melihat reaksi Seulgi menjadi penasaran. Bukankah semestinya gadis itu merasa senang jika bisa segera pulang.

"Ada apa?"

Gadis itu menggeleng lemah, "tidak" katanya.

"Kau terlihat tidak bersemangat?"

Seulgi tersenyum tipis, "boleh aku jujur?" tanyanya yang langsung mendapat anggukan dari Jimin.

"Aku merasa nyaman tinggal disini" ucap Seulgi yang membuat dahi Jimin berkerut

Ia kembali tersenyum, "Aku merasa bahagia berada disini sekarang..."

"Di rumah sakit? dalam keadaan seperti ini?" heran Jimin.

Tanpa ragu gadis itu mengangguk, "Keadaan dimana disampingku selalu ada Park Jimin yang menjaga dan merawatku" tutupnya sembari menatap dalam pada Jimin.

Pemuda itu tersentak, tak menyangka akan jawaban Seulgi. Cukup menggejutkan hingga dia tak tahu harus merespon seperti apa. 

"Tapi di rumah pasti jauh lebih nyaman dibanding disini. Yang selalu bau obat dan karbol" kata Jimin sembari tersenyum lebar.

"Tsk, apa kau tak paham Park Jimin?" gadis Im itu memanyunkan bibirnya kesal.

Jimin terkekeh kecil kemudian mengusap rambut Seulgi, "aku temui dokter dulu" pamitnya yang mendapat anggukan Seulgi.



Lain halnya dengan Rose yang kini tengah berjalan di koridor agensinya. Dibanding pusing sendirian di rumah, gadis itu memilih mendatangi Yoongi di studionya. Meskipun tidak melakukan apapun setidaknya ia tak sendirian yang hanya akan menambah kegundahannya.

A GOOD DAY [JIMIN x ROSE] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang