Part 14

2.2K 210 3
                                    

"Jimin-ssi pasti tidak keberatan bukan kalau aku ingin membahagiakan Rose?"

Jimin melotot, ia penasaran apa yang ada di otak pemuda Jung itu. Apa tujuannya bicara seperti itu. Tulus meminta ijinnya, atau dia hanya ingin memancing Jimin.

Pemuda Park hanya tersenyum miring dibalik perasaan dongkolnya. Mungkin ia bisa bertindak lebih tegas jika saja ia bisa mengatakan yang sebenarnya.

Tapi untuk saat ini yang bisa dia lakukan hanya menahan diri, karena dimata semua orang status Jimin hanyalah manager.

Orang yang mengatur dan membantu Rose dalam bekerja, bukan mengatur Rose dalam berhubungan dengan seorang pria.

"Haha Jaehyun-ah, kau bisa saja" sela Rose yang menyadari atmosfer di ruangan ini mulai berubah.

Rose paham sekali kalau Jimin mungkin saja kesal dengan ucapan provokatif Jaehyun namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Dengan senyum manis Jaehyun menatap Rose, tampaknya ia ingin mengatakan sesuatu. Namun panggilan yang masuk di ponsel Rose lebih dulu menghentikannya.

"Yoboseyo" Rose mengangkat teleponnya

"Oh Jisoo-ya wae?" gadis itu tengah berbicara dengan sahabatnya di seberang telepon.

"Yaa?? Kau bicara apa tidak jelas,,tunggu sebentar" Rose keluar dari ruangan itu untuk mencari jaringan telepon yang lebih baik, meninggalkan Jaehyun dan Jimin berdua.

Jimin membuang napas kemudian dengan langkah pelan ia berjalan menuju pintu.

Saat melewati Jaehyun bahu Jimin ditahan.

"Aku serius dengan ucapanku tadi Jimin-ssi" kata Jaehyun dengan mata berbinar.

Park Jimin memutar tubuhnya kini menghadap pemuda di depannya.

"Aku menyukai Rose" Jaehyun mengusap belakang lehernya dengan wajah polos dan manis.

Sementara yang diajak bicara justru mendelik, wajahnya berubah muram. Ini terasa konyol dan menyebalkan saat ada seorang pemuda yang mengatakan pada Jimin bahwa ia menyukai kekasihnya.

Jimin mendengus, bukannya menjawab ia justru berbalik berniat meninggalkan Jaehyun. Tangan kanan Jimin sudah memutar handle pintu, namun ia justru membeku.

Beberapa saat kemudian ia memutuskan kembali, ia mendekat kan dirinya dengan Jaehyun. Dengan tatapan tajam pemuda Park itu mulai bicara.

"Kau tahu ada berapa banyak artis wanita yang depresi dan sulit beraktivitas karena mereka berkencan dengan artis pria?" katanya.

Jaehyun tidak menjawab, hanya menatap bingung pemuda yang lebih pendek di depannya.

"Aku hanya takut kalau hidup Rose jadi bermasalah" kilah Jimin, jelas itu hanya alasan lainnya. Alasan utama Jimin mengatakan itu semata-mata untuk mempertahankan teritorinya di hati Rose.

Jaehyun tersenyum, "Jangan khawatirkan masalah itu..kau sendiri juga lihat bukan, kalau sebagian besar orang justru mendukung ku berkencan dengan Rose." Jaehyun menepuk pundak Jimin dan pemuda Park itu melirik gusar.

Jimin serasa di bungkam, kali ini ia tidak bisa berpikir lagi karena otaknya mendadak buntu.

Ia memang membaca komentar-komentar dukungan yang Jaehyun bahas dengan mata kepala sendiri.

Dan kenyataan itu membuat Jimin frustasi sekaligus terpojok.

Ia merasa seperti pecundang karena tidak bisa berkata apa-apa kecuali menahan diri.

A GOOD DAY [JIMIN x ROSE] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang