Part 15

1.9K 191 20
                                    

Jimin mengutuki dirinya sendiri yang merasa berdebar saat bersama Seulgi. Tapi jantung bodoh itu, Jimin sulit mengendalikannya. Ia merasa bersalah.

"Gomawo Jimin-ah" ucap Seulgi saat sampai dirumahnya.

Jimin hanya mengangguk, "bukan masalah" katanya.

Pemuda park melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh.

"Waktunya makan malam ya" ujar Seulgi

Jimin hanya mengangguk.

"Bagaimana kalau ku buatkan makan malam, sekaligus ucapan terimakasih" katanya lagi.

"Tidak perlu repot-repot" tolak Jimin halus.

"Tidak repot sama sekali, ayolah" Seulgi meraih tangan Jimin manja. Pemuda itu menatap tangannya yang ada di dalam genggaman tangan Seulgi sesaat lalu menatap gadis di depannya

"Chingu" ucap Seulgi menggemaskan.

Tingkah Seulgi membuat Jimin tersenyum, gadis itu terus memaksa, lama kelamaan membuat Jimin menyerah. Ia setuju untuk makan malam bersama.

"Kakimu bisa?" tanya Jimin saat melihat Seulgi berjalan pincang ke dapur.

Gadis itu mengangguk.

Jimin tidak yakin akan jawabannya, pasalnya ia lihat sendiri kalau Seulgi kerepotan berjalan. Kakinya pasti masih nyeri, mana mungkin sembuh secepat itu meski sudah dioles obat.

"Duduk lah biar aku yang masak" kata Jimin sambil menggulung bajunya.

"Tidak perlu Chim, aku bisa"

"Duduk, jangan keras kepala" Jimin merebut beras yang akan di cuci dari tangan Seulgi. Gadis itu tidak bisa berbuat banyak kecuali menurut, dalam hati sebenarnya ia merasa senang atas perhatian Jimin.

Dia masih Jimin yang ia kenal dulu, baik dan perhatian. Bedanya adalah Jimin bukan milik Seulgi lagi. Gadis itu membuang napas pelan, ia belum sepenuhnya rela dengan kenyataan itu.

Dengan sedikit pincang Seulgi berjalan menuju ruang tamunya. Ia dudukkan dirinya di sofa sementara Jimin sibuk memasak di dapur.

Seulgi memijat kakinya pelan karena rasanya sedikit nyeri.

Saat tengah asyik memijat ia dikejutkan dengan getar ponsel yang ternyata berada di bawah jaket Jimin yang diletakkan pemuda itu di sofa.

Seulgi yang penasaran dengan getar ponsel yang tak kunjung berhenti lalu mengambilnya. Ponsel Jimin berkedap-kedip, didalam layarnya terdapat panggilang masuk.

Chagiya

Mata Seulgi membulat saat melihat nama kontaknya, secara tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak. Beberapa saat ia pandangi panggilan itu, lalu tak lama terputus.

Seulgi menahan napas karena tak lama kemudian panggilang dari Chagiya kembali masuk. Jantung Seulgi berpacu, secara sadar ia merasakan sakit. Ia tidak suka melihat panggilan itu.

Seulgi melirik Jimin yang masih sibuk di dapur, entah setan mana yang memasukinya karena Seulgi justru menekan tombol reject. Kemudian dengan segera ia non-aktifkan ponsel Jimin.

Seulgi menarik napas dalam, ia ingin bersikap egois paling tidak malam ini. Ia ingin bersama Jimin tanpa gangguan orang lain, meski orang itu adalah kekasih Jimin sekalipun.

Ia merindukan Jimin sejak hari pertama menginjakkan kakinya di Korea. Jimin adalah satu-satunya orang yang paling ingin ia temui, bahkan melebihi ibunya sendiri.

Setelah 30 menit berlalu, Jimin pun selesai dengan masakannya, ia juga sudah menghidangkan makanan di meja.

Mata Seulgi berbinar saat menatap satu persatu hidangan yang dibuat Jimin. Hatinya merasa sangat berbunga, selama hampir 3 tahun ini adalah satu dari banyak hal yang ia rindukan.

A GOOD DAY [JIMIN x ROSE] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang