15. Sebuah Pertanda??

6 5 0
                                    

Hari ini begitu panas, biasanya aku tak pernah merasa kegerahan. Aku mengipasi wajahku dengan kedua tanganku. Ahh entah kenapa hari ini cuacanya membuat mood ku turun, aku jadi malas untuk pergi kerumah Exell. Tapi apa yang bisa aku lakukan?? Aku terpaksa harus datang karena sudah berjanji pada Exell bahwa aku akan datang siang ini kerumahnya. Yaa ini bukan salah siapapun, hanya saja aku tak tahu kalau cuacanya akan sepanas ini, menyebalkan!

Tinn... Tinn....

Aku menengok kebelakang, siapa yang berani membunyikan klakson mobil sekencang itu padaku?? Beraninya dia! Aku pun menghampiri nya. Ku ketuk kaca pintu mobilnya agak kencang.

"Ngapain sih lo bunyiin klakson mobil sekenceng itu ke gue? Apa maksudnya?" Tanya ku emosi.

"Gue panggil lo gak nengok. Gue kira lo udah budek. Makanya gue klaksonin, salah?" Timpal pria bermasker itu.

"T-tunggu! Lo kenal sama gue?" Selidik ku agak takut.

"Lo kepanasan kan? Ayo gue anterin." Ujar nya agak pelan.

Aku mengernyitkan dahi ku bingung.

"Lo mau anterin gue?"

"Mau gak? Kulit lo nanti item. Kalo gak mau yaudah sih."

"Tunggu tunggu!" Aku menghentikan kaca mobil itu yang perlahan mulai tertutup.

Pria itu terlihat mengangkat alisnya sebelah.

"G-gue ikut!"

"Yaudah masuk!"

Aku pun masuk kedalam mobilnya. Pria itu tak lupa menutup kaca mobilnya.

"Anterin gue ke..."

"Jalan melati perumahan Garuda muda blok C nomor 18." Potong pria itu.

"HAH??" Teriak ku seketika.

"Apaan? Gak usah teriak teriak, gue gak budek!"

"KOK LO TAU ALAMAT RUMAH EXELL?? LO SIAPA ANJIRR?!" Teriak ku lagi.

Pria itu menyunggingkan senyum miringnya yang terkesan mengejek.

"Ya tau lah. Semua yang terjadi pun gue tau. Bahkan tentang lo juga gue tau."

"APAA?? ANJING KOK LO NYEREMIN SIH?? LO SIAPA BANGSAT? J-JANGAN JANGAN... L-LO TUKANG HIPNOTIS YAA? LO MAU CULIK GUE TERUS LO MAU JUAL GUE?? ANJIRR GUE TURUN AJAAA!!"

Pria itu membelalakkan matanya tak paham. Lalu mendengus kasar. Menatapku tak terbaca dengan aura gelap yang mulai aku rasakan. Dia menegakkan badannya, lalu mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Nafasnya perlahan namun kasar dapat ku dengar. Aku bungkam. Keadaan apa ini?

"Lo mau cium gue?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku. Mulut laknat!! Sial!!

"Gimana mau aku cium? Aku masih pake masker, tapi kalo kamu emang mau aku cium lagi, aku buka maskernya." Lirih pria itu terdengar begitu lembut.

Deg deg... Deg deg...

Mata pria itu menyipit, pertanda bahwa dia sedang tersenyum. Pria itu lalu mengusap lembut rambutku yang terurai ini, lalu menciumnya. Matanya kembali menyipit. Lalu dia menatapku. Terlihat meneduhkan.

Rea, ngomong sesuatu cepet! Lo kenapa diem aja coba? Lawan kek lawan jangan takut. Pengecut lo bego anjirr. Mati aja lo sono!!

Hati ku sudah tak karuan dari tadi. Keringat dingin jelas terasa mengalir di dahiku.

Tiba tiba sorot matanya mulai menyayu. Dia mengalihkan pandangan nya. Tangannya yang menggenggam rambutku perlahan terlepas, lalu dia meraih tanganku.

EdreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang