17. My First Dream

3 2 0
                                    

Langit berwarna biru gelap, warna nya sangat pekat. Angin berhembus perlahan menerbangkan anak rambutku. Suasananya begitu sepi. Aku berdiri ditengah tengah sebuah taman, sendirian. Lihatlah! Rerumputan menari nari diiringi syahdunya keheningan. Mataku berkeliaran kesana kemari, mencari sesuatu. Ehh ralat! Mencari seseorang. Rembulan menertawakan ku, mungkin usahaku mencari seseorang itu sia sia. Aku berjalan gontai menghampiri sebuah pohon rindang. Mungkin aku bisa bercerita padanya. Aku duduk dibawah pohon itu, menyenderkan kepalaku yang terasa berat ini. Aku menghela nafas, pertanyaan itu terus saja berputar dikepala ku.

"Dimana aku?"

Aku menatap kearah samping, kulihat ada asap disana. Apakah terjadi kebakaran? Atau lebih buruk lagi? Langsung saja aku berlari kecil kearah sana. Semoga saja ada sesuatu yang bisa mengunguntungkan ku.

Aku berdiri mematung, jantungku berdegup kencang. Rumah berwarna putih yang berlantai dua dengan model American Classic itu terbakar, asap mengepul keatas membuat langit yang berwarna biru gelap itu semakin pekat. Hatiku terasa sesak, mataku panas, rasanya aku ingin berteriak namun sialnya tenggorokan ku malah tercekat.

Itu rumah ku! Rumah dimana aku menghabiskan waktuku bersama Mama dan Papa ku. Orang yang aku sangat sayangi. Tapi lihatlah!? Sang api telah melahapnya tanpa ampun seolah olah perlahan dia menjanjikan bahwa tak kan ada satu pun benda yang tersisa. Dengan ganasnya api itu terus saja membakar tempat bersejarah itu yang telah menyimpan banyak kenangan indahku. Aku tak tahan lagi. Air mataku mengalir begitu saja. Rasa cemas dan pikiran burukku mengenai Mama dan Papa mulai bermunculan.

"Mama! Papa! A-apa kalian ada dirumah?!" Teriak ku sekencang mungkin.

Aku menunggu jawaban. Tapi tak kunjung ku dengar suara Mama atau Papa ku. Tak ada jawaban.

"Mama, Papa! Kalian dimana?" Teriak ku lagi. Harap harap mereka akan mendengar dan menjawab pertanyaanku.

EdreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang