11. Berubah 2

8 6 0
                                    

Hari ini para siswa dipulangkan lebih awal karena para guru akan mengadakan rapat dadakan. Dan tentunya semua siswa sangat senang. Aku pun senang, tapi tak sepenuhnya. Sedari tadi aku terus saja mengikuti Kenan. Dia tidak bicara sedikit pun. Aku benci hal ini. Kenan terus saja bungkam.

"Hari ini kita ke cafe yah? Aku mau minum chocolate coffee. Ok?" Pinta ku.

"Iya!" Jawab Kenan seadanya.

Aku berlari kecil untuk menyamai langkah kaki Kenan. Aku mendongak menatap wajah Kenan.

"Kok kamu jadi lebih tinggi sih dari biasanya? Kamu itu kan gak terlalu tinggi. Kok ini tinggi banget sih?"

"Gak tau, bukan gue juga yang mau!"

"Yaa kirain aja Kenan tau kan? Btw Kenan tau gak guru mau ngadain rapat apaan?"

"Enggak, gue gak tau!"

"Kok gak tau sih? Kan Kenan itu ketua OSIS!"

"Lo banyak nanya yaa? Pusing gue dengernya! Bisa gak lo diem? Kalo lo gak bisa diem gue gak akan anterin lo pulang! Gue sumpel juga mulut lo mau? Berisik tau gak?!" Bentak Kenan dihadapan ku.

"Oh ok, sorry!" Ujarku agak jutek.

Kenan melanjutkan langkahnya. Aku memilih mengikutinya dari belakang. Ada apa sih dengan Kenan? Akhir akhir ini Kenan benar benar berbeda. Dari mulai sikapnya sampai gerak tubuhnya. Cara berpakaian nya pun berbeda. Terkesan bad boy. Kenan kan biasanya terlihat rapi sesuai dengan jabatannya, KETUA OSIS.

Akhirnya aku pun sampai diparkiran. Aku langsung naik ke atas motor Kenan. Tak lupa aku memakai helm yang Kenan berikan. Setelah itu Kenan pun langsung menancapkan gas. Selama diperjalanan menuju rumahku, aku hanya diam saja. Begitupun dengan Kenan. Tapi tanpa ku duga ternyata Kenan berhenti didepan sebuah cafe. Aku pun turun.

"Kok kesini sih? Bukannya kita mau pulang?" Tanyaku.

"Gak usah sok polos deh lo! Kan tadi lo yang minta pengen ke cafe. Udah cepet gak usah banyak bacot!" Ujar Kenan.

"Ishh kasar banget sih jadi cowok. Dasar cowok rese emang!" Umpat ku.

Kenan sempat mendelik ke arahku. Mungkin Kenan mendengar umpatan ku mengenai dirinya. Aku hanya memasang wajah tak bersalah dan menatap kearah lain.

"Mbak, gue pesen satu botol wine nya ya? Sama segelas chocolate coffee nya!" Pesan Kenan.

"Iya mas, mohon ditunggu sebentar ya?"

Pelayan itu pun segera berlalu. Aku duduk sambil menatap kearah luar. Suasana siang benar benar ramai. Aku pun beralih menatap kearah Kenan. Dia begitu sibuk dengan handphone nya itu. Sesekali Kenan menghembuskan nafasnya gusar. Aku terus saja menatap wajah nya.

"Gak usah liatin gue gitu bisa gak? Risih gue! Liatin cowok lain aja gak usah gue!" Ujar Kenan yang masih berkutat dengan handphone nya.

"Kenapa? Gak boleh?" Tantang ku.

Kenan mulai menatapku.

"GAK BOLEH!" Kenan menekan setiap ucapannya.

"Itu sih menurut Kenan. Tapi kan ini mata aku. Ya terserah aku dong mau liat kemana pun." Timpal ku.

"Ini muka juga muka gue. Cuma gue yang bisa nentuin siapa yang bisa liatin wajah gue ini. Dan lo? Lo gak berhak buat liatin wajah gue ini." Sungut Kenan.

"Ishh... Iya iya terserah Kenan deh mau bilang apa juga, serah!"

"Hah, bilang aja lo kalah ngomong kan? Dasar!"

EdreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang