5. Terungkap

10 11 0
                                    

Bel apartemen ku terus berbunyi, suara ketukan pintu pun terus menggema terdengar di lorong apartemen ku yang terbilang masih sepi ini. Tentu saja. Ini pukul 05:48 WIB. Sial. Dia tidak berhenti memencet tombol bel itu dan mengetuk pintu nya juga. Aku pun terpaksa bangun menyingkap kan selimut ku.

Aku melangkah menuju pintu lalu membukanya lebar lebar agar dia puas. Aku mengucek kucek mata ku. Lalu mencoba menatap wajahnya.

"Dasar kebo! Masih tidur jam segini? Mandi sana." Titahnya. Aku mengangkat kedua alis ku. Lalu dia masuk begitu saja kedalam apartemen ku.

"Lo ngapain pagi pagi gini udah datang kesini?? Masih ngantuk gue, udah sana balik lagi aja." Usir ku.

"Lo mau sekolah gak? Cepet mandi kalo gak gue cium lo, mau??" Ancam nya.

Aku mendengus kesal lalu menoyor kepalanya keras. Dia melotot lucu.

"Iya iyaa, berisik banget sih lo."

Aku pun masuk kedalam kamar mandi dan membiarkan Kenan sendirian. Terdengar Kenan menyalakan televisi ku. Selang beberapa menit aku pun sudah selesai dan siap pergi ke sekolah.

"Gue udah siap. Ayo!" Ujar ku sambil tersenyum. Kenan menatapku.

"Ambilin dulu gue susu, baru kita berangkat." Suruh Kenan seenaknya.

"Lo nyuruh gue? Ekhhmm... Lo kan punya kaki, ngapain lo nyuruh gue??"

"Emang kenapa? Anggap aja sebagai balasan atas kebaikan gue yang mau jagain dan nganterin lo susah susah. Kalo gak mau ya..."

"Iya iya gue ambilin. Berisik lo anjirr! Gak usah pake ngancem segala."

Aku pun masuk kedalam dapur dan mengambil sekotak susu full cream.

"Huh. Pagi pagi udah bikin emosi, awas aja lo. Gue bales nanti!" Omel ku sendiri sambil menuangkan susu kedalam gelas.

Aku pun berjalan menuju ruang tamu dan memberikan susunya kepada Kenan. Dia tersenyum puas. Kenan pun meminum susunya habis dalam sekali tegukan. Lalu Kenan tersenyum lagi.

"Yaudah ayo kita berangkat." Ujarnya mendahului ku.

Aku mengikutinya. Tak lupa aku pun mengunci pintu apartemen ku. Aku berjalan bersama Kenan sampai keparkiran. Dia menyalakan mesin motornya dan memberikan helm nya padaku. Aku mengambil dan memakainya. Saat aku ingin naik keatas motornya, tiba tiba dia mencekal tanganku.

"Gue mau minta satu hal lagi sama lo."

Aku memutar bola mataku malas.

"Apalagi? Gak usah macem macem deh. Jangan bikin gue emosi, masih pagi ini." Sulut ku.

"Bisa gak lo panggil gue pake nama gak usah pake kata 'lo', kalo gak lo panggil gue kakak. Bisa gak?"

Aku tertegun. Tiba tiba nada bicaranya terdengar dingin.

"I-itu? Emangnya kenapa sih?" Tanyaku agak gugup.

"Baru kali ini gue punya adek kelas yang manggil gue pake sebutan 'lo'. Apalagi rese dan bawel gini."

"Ishh ngejek ya lo? Gak gue gak mau." Tolak mentah mentah.

"Gue aduin ke Exell gimana? Kan dia bilang lo harus sopan sama gue."

"Anjirr ngancem lagi. Dasar lo. Yaudahh deh iya iya gue sopan sama lo."

"Lo?"

"Iya Kenan gue sopan sama Kenan." Ujar ku jengah.

Dia tersenyum puas lagi. Ishh menyebalkan. Aku pun naik keatas motornya dan membanting keras pantatku.

                                   ~~~~~

EdreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang