Bagi Airysh, kini adalah saatnya dirinya untuk berjuang. Berjuang mendapatkan Dean. Airysh tidak ingin lebih jauh, yang ia butuhkan hanya sekedar Dean mau menatapnya, berbicara padanya, seperti yang Dean lakukan pada Sonya, intinya yang Airysh perlu perjuangkan adalah mendapatkan perhatian dari seorang lelaki bernama Dean Rauf Araffi. Lelaki yang tidak pernah bisa ia sentuh sedikitpun dunianya.
Bila perlu, ia meminta bantuan Sonya atau Galang, ah, tapi kalau Galang tidak memungkinkan lelaki itu akan membantunya, yang ada lelaki itu akan menjatuhkan rasa percaya dirinya. Menyebalkan.
Untuk hari ini, sekolah sedikit tidak beraktifitas jarang sekali guru yang akan masuk ke kelas, hari ini kebanyakan guru sibuk mengurus penyambutan HUT RI yang sebentar lagi akan datang. Palingan hanya guru mata pelajaran pertama yang akan mengisinya dan sisanya hanya memberi tugas dan pergi untuk mengikuti acara rapat, begitu pula anak-anak yang bergabung dalam OSIS akan ikut rapat bersama guru, yaa, walau tidak semuanya pasti yang akan ikut, palingan yang di perlukan hanya ketua OSIS, dan sekretaris OSIS dan sisanya akan berkumpul di ruang OSIS untuk berleha-leha atau mengerjakan yang memang harus di kerjakan.
Begitu pula dengan Sonya yang menjadi sekretaris OSIS perempuan itu harus ikut dalam rapat yang di adakan untuk membicarakan susunan acara dan lomba yang sudah mereka buat, atau meminta ide tambahan dari para guru yang mengikuti rapat. Walau mereka yang nantinya akan menyusun semua program perlombaan dan acara nanti, tapi mereka juga memerlukan persetujuan dari pimpinan mereka dan para guru.
Sekarang Airysh bingung harus kemana, teman yang dekat dengan lagi sibuk, Galung? Lelaki itu sudah pergi sejak tadi ke perpustakaan sekolah. Galang? Dia lagi ditanya, lelaki itu sudah lari ke ruang kesehatan untuk tidur. Siapa lagi yang harus Airysh ajak? Airysh bukanlah perempuan yang memiliki banyak teman, yaa ... Jika ia mengajak teman sekelasnya untuk pergi dari kelas pasti setuju, tapi yang Airysh cari ketentraman dan kenyamanan untuk bisa mengobrol tentang oppa oppa korea kesayangan nya, dengan tawa lepas, senyuman yang tak akan pernah lepas dengan bayangan wajah tampan para oppa oppa korea.
Tujuan Airysh hanya dua, ruang musik atau atap sekolah. Ruang musik bagi Airysh tempat yang paling tepat untuk bisa membuat dirinya tenang, tapi sepertinya atap sekolah yang menjadi pilihannya, dengan angin yang sepoi-sepoi akan membuat pikirannya jauh lebih terbang bebas.
"Hahh..." hela napas nya saat ia sudah berada di atap sekolah, dengan pemandangan lapangan futsal yang luas untuk mereka berolahraga.
Saat ia membalikkan badannya, matanya terkejut saat melihat seseorang dengan seragam sekolah yang tidak lagi terlihat rapi dengan wajah yang terlihat sama terkejut dengannya dengan sedikit guratan kelelahan.
Airysh tidak berkutik. Tubuhnya menegang, ia hanya bisa berdiri tegap dengan mata yang tidak berkedip, dengan jantung yang berdetak tidak normal. Saat langkah seseorang itu semakin mendekat ke arahnya, Airysh tersadar dan mengerjakan matanya.
Ia langsung melangkah untuk meninggalkan tempat ini, walau hatinya berat.
"Lo gak perlu harus pergi dari sini," suara itu membuat Airysh terhenti dan langsung memutar tubuhnya untuk melihat seseorang yang kini membelakanginya.
Tangannya ia taruh di penjaga tembok dengan satu kaki ia tekuk, "kalau memang lo membutuhkan udara segar, lo datang pada tempat yang tepat," sekali lagi ucapannya membuat Airysh mematung.
Lelaki itu menolehkan kepalanya ke arah Airysh yang masih berdiam di tempat, "sini! Kenapa lo diam aja disitu? Lo harus nikmati pemandangan di bawah sana!" serunya membuat Airysh mengeluarkan suara yang aneh.
Ia tertawa melihat respon Airysh yang terlihat kikuk itu, "lo bukan patung kan? Apa perlu gue samperin lo, buat ngajak lo kesini?"
Airysh langsung menggeleng mendengarnya, "i-iya," jawabnya yang terdengar seperti orang bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Am I? ( On Going )
Teen FictionDon't leave me alone. Itu yang aku inginkan, tapi kenyataan nya adalah .... you leave me alone. Ah, tidak, tidak! Kamu tidak tinggalkan aku, tapi kamu hanya melepaskan aku dan membiarkan aku bertanya-tanya sendiri. What am I? Who am I? For you...