Bagian 1

28 2 0
                                    

Airysh sudah dateng ke sekolah lebih awal dari biasanya biar ia bisa memilih tempat duduk yang strategi. Tempat duduk baris ke empat dan duduk di meja ke tiga. Posisi yang menurutnya paling nyaman, sebenarnya paling nyaman itu posisi meja paling belakang, tempat paling strategi dari segalanya. Airysh tidak ingin duduk di belakang karna mata guru yang akan mengajar akan lebih fokus ke barisan belakang daripada barisan depan, dan itu titik bahaya baginya.

Airysh yang masih mengantuk akibat terlalu sering streaming MV kpop dan nonton variety show Korea serta tidak tertinggal kan menonton drama Korea. Karna mereka terkadang Airysh lupa waktu kalau tidak di ingatkan oleh pengurus rumah atau di ganggu oleh dua makhluk absurd yang akan datang ke rumahnya secara tiba-tiba dan mengganggu semua kebiasaan hariannya.

Bangku di sebelahnya berderit, menandakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya dengan bunyi tas yang di taruh di atas meja dengan sedikit kasar, membuat Airysh terusik tapi masih tidak peduli dengan kehadiran seseorang yang di sampingnya karna dia sudah tau dari bau parfum yg di gunakan seseorang tersebut.

"Masih pagi!" cetusnya membuat Airysh semakin mendalamkan kepalanya dalam lipatan tangannya.

"Tidur di rumah eyang sana lo!" lagi-lagi membuat Airysh merasa terganggu.

Tanpa mengangkat kepalanya Airysh menyahuti orang itu, "berisik lo! Masih pagi, jangan kaya burung beo!"

Orang di samping nya tidak peduli ia justru semakin ingin mengganggu Airysh.

"Makanya malam tuh tidur, bukannya ngebucin!"

"Emang lo kira, lo koala!"

Airysh benar-benar malas mendengar ocehannya yang semakin lama semakin buat emosi.

"Emang lo kira, lo burung beo apa?!" balas Airysh yang kini menjadi sahut-sahutan antara mereka berdua.

"Emang lo kira sekolah milik oppa oppa lo apa?!" tidak biasanya ia seperti ini, menyahuti Airysh terus menerus, seperti ini.

Airysh mengangkat kepalanya dan menatap tajam lelaki yang duduk di sebelahnya.

"Lo kira ini tempat penangkaran burung beo apa!"

"Apaan sih, Ris? Gak nyambung amat lo," sahutnya dengan datar, kembali lagi seperti biasa.

Airysh memutar bola matanya, merasa aneh dengan kelakuan Galung, "ngapa sih, Lung? Ngapa lo harus duduk di meja gue? Sana pergi!" perkataan Airysh tidak di gubris olehnya, ia justru memilih mengeluarkan ponselnya dan sibuk dengan dunianya sendiri.

"Ilah, gue nanya juga ama lo, ngapain lo duduk di meja gue? Gue gak mau duduk sama lo ah, lagian meja masih banyak yang kosong ngapain juga lo duduk disini!"

Galung hanya menoleh sekilas ke arah Airysh dan kembali sibuk ke ponselnya.

"Si bambwank yang nyuruh gue duduk sama lo, katanya biar lo gak genit-genit,"

Airysh berdecak mendengarnya, "siapa suruh lo nurut ama dia! Udah sana pindah jangan ganggu gue, gue mau duduk sama yang lain dan gak mau duduk sama lo, bilangin juga Galang kalau gue gak mau duduk sama lo!"

"Dan gue nyatakan sama lo, lo gue usir!" ketus Airysh yang langsung mengambil tas Galung dan melemparnya ke meja paling belakang, ia tidak peduli ada apa di dalam tas tersebut.

Kelakuan Airysh membuat Galung menatapnya dengan tidak bersahabat, membuat Airysh tidak takut dengan tatapannya.

Galung akhirnya berdiri dari mejanya dengan mendumel, "dasar bucin!"

Airysh yang masih bisa mendengar membelalakkan matanya, "apa lo bilang?!" Galung hanya menatap sekilas Airysh dan menjawab pertanyaan Airysh.

"Bucin, kenapa gak suka lo?!" balasan Galung membuat Airysh ingin menjambak rambutnya.

"Awas aja lo yaa! Ntar gue jambak tuh, bibir lo!" ancaman Airysh malah di cibir Galung membuat Airysh langsung menimpuknya dengan botol plastik miliknya yang ia beli tadi.

"Aww!"

Galung menatap Airysh dengan mata menyipit yang akhirnya membuat lelaki itu membuang napas dengan kasar dan pergi meninggalkan Airysh.

Airysh masih menatapnya dengan permusuhan sampai lelaki itu duduk di meja paling belakang yang di pilihkan olehnya.

Galung mengerti maksud tatapan Aisyah dan ia tidak peduli dengan tatapan yang mengisyaratkan, "hidup lo gak bakal aman nanti,"

"Dasar manusia datar," dumel Airysh yang langsung kembalikan badannya dan melanjutkan tidurnya yang di ganggu tadi.
Pulk!

Tiba-tiba ia di lempar dengan botol minuman plastik kosong oleh seseorang dari belakang.
Saat ia menatap ke belakang seseorang itu tidak merasa bersalah justru malah menantang Airysh kembali.

"Nih sekolah, bukan rumah eyang buyut lo!"

Airysh hanya bisa mengepalkan tangannya dengan emosi yang sudah sampai ubun-ubun.

🍀🍀🍀

Airysh mendatangi kelas Sonya, ia lebih memilih untuk menghampiri Sonya terlebih dahulu daripada harus menunggu perempuan itu di kelasnya, apalagi ia harus berlama-lama duduk bersama Galung yang akhirnya menjadi teman sebangkunya.

Airysh memasuki kelas Sonya dan langsung menghampiri Sonya, tetapi matanya tetap tertuju pada Dean yang sibuk merapikan mejanya.

"So, ayo cepetan!" oceh Airysh yang kini sudah duduk di bangku meja depan Sonya.

Sonya hanya mengangguk, "iya sebentar, gue cari sesuatu dulu,"

Airysh hanya bisa mengangguk dan ia lebih memilih memainkan ponselnya sambil menunggu Sonya selesai mencari sesuatu.

Diam-diam ia memfoto seseorang secara diam, jiwa paparazinya mulai mendominansi dirinya saat ia bertemu seseorang yang selalu mengganggu pikirannya.

"Ris, yok! Udah ketemu nih," ajak Sonya yang masih di abaikan Airysh yang masih sibuk memfoto Dean diam-diam.

Sonya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya, "kayanya lo cocok deh, kerja di dispatch, Ris," usulan dari Sonya membuat Airysh menatap dan langsung tersenyum senang.

"Oke sipp! Besok gue langsung naro cv ke dispacth, thankyu untuk masukannya," Sonya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Ayoo ke kantin, keburu bel nanti," Sonya hanya bisa mengangguk.
Disaat mereka ingin meninggalkan kelas, Dean datang menghampiri mereka terutama Sonya.

"Nya?" Sonya berhenti membuat Airysh yang masih di belakangnya ikut berhenti dan memperhatikan Dean yang kini berdiri di dekat Sonya, dirinya benar-benar ingin berteriak saat melihat Dean dari dekat seperti ini, jantungnya selalu berdetak lebih cepat dari biasanya, rasanya Airysh ingin bersembunyi dari bumi untuk menyembunyikan wajahnya yang mulai memanas.

"Kenapa, Yan?"

"Besok jangan lupa lo bawa apa yang gue suruh tadi, ya," Sonya mengangguk sebagai jawabannya.

"Oke,"

"Ntar gue ingetin lagi, takutnya lo lupa," lanjutnya.

"Sipp,"

"Yaudah ya, gue duluan kalau gitu," Sonya hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya.

Saat Dean sudah keluar dari kelas, Airysh bisa bernapas dengan lega, seriusan sedari tadi Airysh harus mengendalikan napasnya agar tetap teratur seperti biasanya.

"Aaaa, Sonya! Gue mau pingsan, gue nau pingsan rasanya!" ucapan lebay Airysh langsung membuat Sonya menoyor keningnya.

"Pingsan aja sana, palingan gue tinggal," balasan Sonya membuat Airysh memajukan bibirnya.

"Jahat lo ama gue, sumpah yaa, demi apa pun, gue lemes, kaki gue langsung lemah gitu," curhatan seorang Airysh membuat Sonya harus meninggalkan perempuan itu yang alay nya sedang kumat.

"Sonyaaaa! Jahat lo ama gue! Masa gue di tinggal sih?!" teriak Airysh yang langsung menghampiri Sonya.
Sambil mengejar Sonya, Airysh merasa bingung dengan tatapan Dean tadi, tatapan yang lelaki itu berikan kepada Sonya dan tatapan lelaki itu saat menatapnya pertama kali saat ia ingin berbicara pada Sonya.

Terlihat berbeda.

What Am I? ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang