Part 20 : Ciuman perpisahan

1.1K 143 29
                                    

Ketika Shinhye bangun pagi itu, ia merasakan sepasang lengan yang kuat memeluk pinggang mungilnya dan bahkan lebih terkejut melihat Yonghwa tidur nyenyak di belakangnya sambil memeluk tubuhnya dengan erat. Shinhye ingin berteriak pada Yonghwa tapi merasa kasihan saat melihat betapa lelahnya suaminya dan karena itu  Shinhye memutuskan untuk dengan hati-hati keluar dari tempat tidur. Bagaimana aku akhirnya tidur di tempat tidur padahal aku berada di sofa tadi malam? Shinhye bertanya pada dirinya sendiri dan mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka tadi malam. Shinhye senang karena pakaiannya masih utuh dan begitu juga dengan suaminya. Artinya mereka tidak pernah benar-benar melewati batas.

Shinhye pergi untuk mandi dan menyiapkan sarapan untuk ayahnya dan juga Yonghwa. Ia hampir selesai memasak saat tiba-tiba suaminya masuk ke dapur, masih mengenakan celana pendek bermuda dan kaos putihnya. Shinhye menelan ludah saat Yonghwa berdiri di sampingnya dan membuka pintu lemari es. Yonghwa menarik sebotol air putih dan meminumnya sebelum mengucapkan selamat pagi pada Shinhye.

"Sarapan sudah siap. Kau bisa memakannya sekarang. Aku akan pergi kerja dulu Yonghwa-ssi." Shinhye segera mencuci tangannya dan hendak keluar dari dapur saat tiba-tiba Yonghwa menarik tangannya dan membawanya kembali ke meja makan. Yonghwa meminta Shinhye untuk duduk dan sarapan bersamanya yang tentu saja Shinhye tolak karena ia sudah canggung berada di dekat Yonghwa setelah kejadian pagi ini.

"Duduk dan sarapanlah denganku jika kau ingin pergi ke Kamboja Shinhye."

Yonghwa membuat Shinhye menurutinya tanpa pilihan dan Shinhye benci melihat betapa lemahnya ia saat ini. Shinhye mendengus pada dirinya sendiri ketika ia berjalan menuju kursi dan duduk di atasnya.

"Bukankah seharusnya kita menunggu appa?"

"Masih terlalu pagi. Biarkan abeoji tidur lebih lama. Geogjeongmal, aku sudah memerintahkan perawat menyiapkan sarapan untuk abeoji, makan siang dan juga makan malam jika kita pulang terlambat dari kerja."

"Tapi, tidak bisakah kita hanya--"

"Bisakah kau berhenti mengeluh dan hanya sarapan bersamaku? Apakah itu sulit atau kau ingin melakukan sesuatu yang lain selain sarapan pagi?"

"Mwo?" Shinhye tersipu malu saat Yonghwa tersenyum polos padanya dan meraih sendok untuk dapat merasakan sup kacang kedelainya. Dengan enggan Shinhye menyesap air putihnya sebelum mereka berdua mulai melahap makanan mereka sendiri. Shinhye cukup puas dengan rasa rebusan kacang kedelainya dan ia tidak bisa menahan diri untuk melirik sekilas reaksi suaminya. Meski Yonghwa tidak pernah benar-benar mengeluh tentang masakannya, Shinhye cukup penasaran bagaimana makanannya di cicipi oleh Yonghwa. Tentu saja Yonghwa akan selalu memuji Shinhye di depan ayah Shinhye tapi sekarang mereka hanya berdua, Shinhye benar-benar ingin tahu ucapan Yonghwa yang tulus.

"Bagaimana rasa rabusan pasta kacang kedelai itu? Apa kau menyukainya?"

"Deh, rasanya enak, Shinhye."

Demi Tuhan, dia memanggilku Shinhye lagi. Shinhye terus memutar ulang suara Yonghwa dalam pikirannya. Shinhye tidak tahu kenapa tapi cara Yonghwa memanggilnya dengan namanya memiliki dampak besar pada diri Shinhye. Shinhye merasa sangat gugup setiap kali Yonghwa tersenyum kepadanya setelah memanggil namanya dan yang membuat Shinhye bertanya-tanya, bagaimana ia akhirnya berada di tempat tidur bersama Yonghwa tadi malam.

"Bi.. bisakah aku menanyakan sesuatu padamu?" Tanya Shinhye gugup.

"Deh, apa itu?"

"Bagaimana.. bagaimana aku akhirnya tidur denganmu di tempat tidur tadi malam? Apa kau--"

"Kau bilang kau akan tidur di tempat tidur bersamaku tadi malam saat aku memberitahumu bahwa aku akan berpikir untuk mengizinkanmu ke Kamboja."

Shinhye tidak mengerti apa yang Yonghwa katakan dan pipi Shinhye memerah. Shinhye tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri karena ia juga merasakannya.

Forever and Always (complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang