Jeno melepaskan genggamannya.
Ia menatapku dengan tatapan tidak percaya, aku hanya merunduk membuang nafas kasar, enggan sekali bicara jika dia akan mengajakku bertengkar saat ini."Kamu bisa terlukaa.." lirihnya. Aku tatap kedua manik hitam itu, dia khawatir itu yang bisa ku baca dari tatapannya.
"Gak masalah buat guee.." balasku cuek.
Dia mengalihkan tatapannya, aku tau dia sedikit marah mungkin karena aku orang baru di panti ini. sebagai pengurus panti seperti Jeno dia pasti tidak akan membiarkan seorang petugas relawan sepertiku terluka di hari pertama aku bertugas.
"Heyy, you guys look so serriious? What happend??" aku dan Jeno menoleh kearah sumber suara. Suara ini tidak asing bagiku, tapi mungkin asing bagi Jeno.
"Apaan sih Mark, kita bukan lagi ada di daerah asal lo ya, ngomong jangan sok english napaa." sahut Kun, mereka memang sahabat dekat.
Mereka adalah teman sejurusanku. Mark yang selalu menggunakan bahasa campuran dan Kun, cowok bawel yang sayangnya banyak di kagumi seisi kampus karena keahlian magicnya, ya dia bisa melakukan beberapa trik sulap.
Ah, baiklah kembali ke semula.
"Kenapaa nyariin gue??" tanyaku hampir bernada teriak, menatap kedua pria yang menganggu pembicaraanku dengan Jeno.
"PMS mbakknya??? Slowww doownn guurrll.." Mark lagi. Kapan dia bisa berhenti bicara 2 bahasa seperti itu. Ah.. Entahlah..
"Dicariin Renjun, kangenn katanya." balas Kun tertawa.
Bbuugghkkk
"Akkkhh,,, cewe feminim dikit napa sih Jee" Kun memikik, ia mengangkat kakinya yang baru saja aku injak.
"Aawww, Kun... Are you okay..hahaha, girl power never lie man."
"Bacott lo semuaa. Ganggu orang ngomong tau gak lo." sungguh gak ada satupun teman-temanku yang seriuuss disini.
"Euhh, tapi beneran di cariin Renjun." cibir Kun masih memegangi jari-jari kakinya.
"Napa dah???, bilang aja masih ada urusan." kesalku.
"Baru juga lo disini, jangan asal main embat yang caakkep donnkk..." aku menoleh ke arah Jeno yang juga melihatku, dia membelalakan matanya dengan membuka sedikit mulutnya.
"Bacot banget sih lo punya mulut. Gue gak kayak lo yaa.. Pergii gakk loo... anjiirr." bentakku pada Mark juga Kun. Aku yakin setelah ini Jeno berfikir yang macam-macam tentangku.
Keduanya memang tidak bisa di satukan seperti ini, atau tidak hal yang lebih dari ini akan terjadi. Rasanya tidak peduli aku menjadi wanita kasar di depan Jeno.
Berhadapan dengan kedua makhluk itu memang benar-benar membuatku lupa diri dan extraa sabarr.Jeno masih menatapku dengan memicingkan sebelah matanya. Hey ayolah, dia tidak percaya bukan dengan apa yang baru saja Mark katakan atau malah sebaliknya.
"Apaa?? gue gak seperti yang mereka bilang yaa." balasku jutek dan menatap Jeno kesal. sedetik kemudian, dia malah tertawa membuat matanya pun seolah ikut tertawa.
"Aneh bangett dahh,, ketawa gak jelass.." beberapa menit yang lalu aku melihat sisi keseriusan Jeno, kini ia seperti pria yang penuh kasih sayang.
"Kamu marah seremnya ngelebihin Jaemin." balasnya membuatku reflek memukul lengannya dan dia hanya memegangi lengannya masih dengan tawa kecilnya.
"Besok gue mau ketemu sama Jaemin."
"Jangannnn.." tawanya seketika hilang, wajahnya kembali berubah menjadi pria tegas dan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLIES - [END]
Teen Fiction"Dari banyaknya kekuranganku maka, memilikimu dalam hidupku adalah kelebihanku" "Maka kamu adalah sebuah keajaiban, Yang mampu merangkum semua makna hidupku dengan sesuatu yang kau sebut itu Cinta" Start 19 juli 2019. End 12 juli 2020 💚