Sungguh, senyuman pelangi selalu di rindu di penghujung hujan. Hal indah yang datang hanya sementara namun memberi kesan bahagia itu selamanya di kenang sebagai fenomena kisah cinta sederhana tentang bagaimana kesediaannya hadir sebagai pereda ribuan tangisan air hujan.
Namun hujan tetaplah hujan, ia tetap memilih jatuh pada sang bumi dan pergi saat pelangi tiba...
.
.
.
Happy Reading. . .
.
.Aku memperhatikan bunga pemberian Jaemin tanpa rasa bosan dan sesekali tersenyum sembari menghirup aroma khas yang mencuak dari sana. Bunga pertama sebagai simbol cintanya padaku. Aku yakin sekali, dia mempelajari semua cerita cinta dari banyaknya buku yang telah dia baca.
Beruntunglah Jisung bisa memahami kondisi hatiku yang sedang berbunga-bunga. Dia tidak protes seperti biasanya, hanya diam sembari membolak-balikkan halaman pada novel pemberian Jaemin beberapa hari lalu. Ya, 10 menit yang lalu Jisung memergokiku yang bicara sendiri pada bunga mawar pink di hadapanku sebelum akhirnya dia bilang akan meminjam buku Jaemin. Aku yakin sekarang anak itu mencoba mengerti semua tulisan dalam buku itu,
"Seruan hujan memanggilku dengan keras, gemuruh dan petir pun turut serta, kini malam menyeruakkan amarahnya,- maksud ini apa kak??" Tanya Jisung tiba-tiba,
"Sakit hati yang mendalam. Kemarahan pada takdir yang tidak berpihak pada cinta mereka. Dia mengibaratkan kemarahannya pada badai hujan sebagai air matanya, gemuruh dan petir sebagai ungkapan isi hatinya yang tidak seorangpun mengerti.."
"Lalu??? Ini bukan akhir kan.."
"Benar, harapan seseorang memanggilnya tanpa sengaja. Dalam harapan ia meyakini semua badai pasti berlalu dengan akhir yang bahagia.."
"Dan kak Jee adalah harapan itu, yang datang meyakini sang badai bahwa semua akan berlalu seiring rasa penyesalan yang ada."
"Aahhh,, Jisuungg... jangan tumbuh dewasa begitu cepatt... aku merindukan baby Jisungku ..."
Jisung berlari menjauhiku, dia sadar aku ingin memeluknya. Jisung bukan tidak ingin di peluk hanya saja dia selalu berkata bahwa dia harus tumbuh menjadi pria dewasa, dia juga berkata dengan tulus bahwa dia akan melindungiku dari hal buruk apapun meski dia tetaplah si bungsu.
Aku tidak tau, kenapa anak itu berlari dengan cepat, saat membuka pintu aku malah mendapati Ayah di hadapanku. Ayah berdiri dengan tatapan yang tidak bisa ku mengerti, "Ayah,, makan malam udah siap yaa??" Aku mencoba merubah raut wajah Ayah, bahkan dia tidak mengindahkan perkataanku bersikap biasa di saat raut tegang Ayah sungguhlah susah.
Aku menutup pintu kamar perlahan, dan mengajak Ayah turun untuk makan malam. Namun Ayah meraih tanganku membuat langkahku terhenti dan menatap Ayah penuh tanya.
"Renjun,.."
"Kenapa Renjun Ayah???" Perasaanku mulai tidak enak, suara Ayah bahkan bergetar dan terbata-bata."Renjun di rumah sakit sekarang, dia sedang di operasi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLIES - [END]
Teen Fiction"Dari banyaknya kekuranganku maka, memilikimu dalam hidupku adalah kelebihanku" "Maka kamu adalah sebuah keajaiban, Yang mampu merangkum semua makna hidupku dengan sesuatu yang kau sebut itu Cinta" Start 19 juli 2019. End 12 juli 2020 💚