Jaemin, pria itu menemui kakaknya, Na Yuta. Kali ini dia tidak meminta Jeno mendampinginya, pria itu hanya ingin berdua dengan Yuta setelah lamanya mereka tidak pernah bertemu.
Kedatangan Yuta beberapa hari lalu tidak seperti yang di harapkan, dia ingin lebih lama namun kejadian Renjun membuat mereka harus saling mengerti situasi.
Ah, yaa. Renjun. Pria itu sudah boleh pulang beberapa hari lalu, hanya saja gips di tangannya masih setia menempel untuk pemulihannya. Dia juga masih di bebaskan dari pekerjaan relawannya yang tinggal beberapa hari lagi. Meski begitu, Renjun tetap hadir walau tidak melakukan hal apapun di panti. Minimal yang di lakukannya hanya,
melihat Jee Ya dan Jaemin dari jauh.Rupanya pria yang lebih tua itu sudah menunggu Jaemin lebih dulu. Ia melambaikan tangannya pada sang adik, yang lalu berlari kecil untuk segera menemui sang kakak.
"Maaf, aku tersesat.." ujarnya dengan nafas yang sedikit tersenggal.
"Ehmm.. tersesat???" Tanya sang kakak, lalu memperhatikan tangan Jaemin "ituu? Untukku?" Tanyanya lagi. Jaemin menggeleng cepat dan tertawa, membuat sang kakak menautkan kedua alisnya. "Untukk kekasihku.." balasnya, dengan deretan giginya yang rapi. "Jadi kau tersesat di toko bungaa.." gelak Yuta.Jaemin hanya menggarukkan kepalanya, sembari tersenyum malu. "Hanya bingung memilih, semua bunga disana terlihat seperti dia." Ujarnya hampir seperti berbisik.
Yuta tertawa menepuk pundak adiknya, dia tidak mengira Jaemin ternyata selucu ini. "Kau bahkan bertemu dengan kakakmu, tapi membelikan bunga untuk kekasihmu.."
"Dia akan menemui kita, aku akan perkenalkan dia pada kakak..kalian belum bertemu sama sekali.." balas Jaemin. "Ehmm..baiklah, kalau begitu ayo kita masuk dulu.."
Ini kali pertama Jaemin memasuki kafe, dia selalu memuji kopi yang dia pesan meski dia mengatakan kopi yang di buat Jee Ya jauh lebih enak. Yuta hanya tertawa melihat kelakuan adiknya itu.
"Kopi mahal memang selalu enak.." ujar Yutaa, membuat Jaemin tersentak, ia mengingat sesuatu dan mengambil sesuatu dari tas kecil yang di bawanya.
"Tabungan Ayah dan Bunda kak.." Jaemin menyodorkan buku tabungan dan beberapa kartu kredit yang selama ini di simpan baik oleh Jeno dan Pak Kyungsoo, warisan dari orang tua mereka. Yuta menatap Jaemin lekat, "Kau yang harusnya membawa ini.." Jaemin tersenyum tulus.
"Aku akan mencari pekerjaan setelah ini, aku sudah banyak menggunakan uang Ayah dan Bunda.. maafkan akuu.." sambungnya lagi,
"Kau yang lebih pantas membawanya Na, aku sudah bekerja, aku bisa membiayai diriku..gunakanlah semaumu.." Jaemin menggeleng cepat, "sekarang Kak Yuta yang harus membawanya. Aku akan berusaha mencari kerjaan yang layak untukku, selama ini waktuku terbuang percuma kak,"
"Ahh, dan maaf lagii.. aku membeli bungaa ini dari uang itu..Aku tidak bisa untuk tidak membelinya. Selanjutnya, aku akan berikan kekasihku itu dari hasil kerja kerasku nanti, aku ingin dia bahagia kak.."
"Jangan meminta maaf Na, kamu berhak untuk ini juga.. Ayah dan Bunda pasti senang kamu selalu memikirkan bagaimana membuat orang lain bahagia."
"Aku akan berusaha lebih baik lagi kak,"
Yuta menyetujui permintaan Jaemin, ia membawa semua warisan yang di berikan kedua orang tua mereka. Dia juga meminta Jaemin untuk tinggal bersamanya, sebenarnya itulah point penting dari pertemuan ini.
Namun, Jaemin mengatakan tidak akan meninggalkan panti bagaimanapun juga. Panti sudah seperti rumahnya sendiri, terlebih orang-orang panti adalah keluarganya. Satu lagi hal terpenting dari panti adalah ladang Kunang-kunangnya. Pria itu tidak ingin meninggalkan sinar-sinar kecil yang selalu terbang ceria itu. Setulus itu dia, membuat Yuta sedikit tersentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLIES - [END]
Teen Fiction"Dari banyaknya kekuranganku maka, memilikimu dalam hidupku adalah kelebihanku" "Maka kamu adalah sebuah keajaiban, Yang mampu merangkum semua makna hidupku dengan sesuatu yang kau sebut itu Cinta" Start 19 juli 2019. End 12 juli 2020 💚