Heart Attack

109 15 5
                                    

"Maaf, telat untuk kusadari, malam yang tenang nyatanya membawa sejuta kenyaman setelah kepergian senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf, telat untuk kusadari,
malam yang tenang nyatanya membawa sejuta kenyaman setelah kepergian senja."

-Nana J.M-
.
.
.
.

Aku menuruni anak tangga dengan cepat setelah melihat kedua pria itu tidak baik-baik saja. Jaemin, pria itu menggendong Jisung di punggungnya dengan kondisi wajah babak belur, darah di sudut bibirnya, memar di beberapa titik wajahnya.

Kondisi yang serupa di alami Jisung, hanya saja luka di wajah Jisung tidak sebanyak Na Jaemin. Tapi, kakinya mungkin cidera hingga Jaemin menggendongnya.

Aku menebak kedua anak ini pasti berkelahi, di keroyok, atau ahh membayangkannya saja membuatku ngilu.

Tapi,,
Na Jaemin. . .

Kenapa pria itu, ada disini?? Apa yang dia lakukan bersama Jisung?? Harusnya Jeno ada bukan?? Jaemin, pria itu,,seorang dirikah?? Oh tuhan tolonglah, masih banyak pertanyaan lagi, tapi baiklah itu tidak penting sekarang.

"Apa yang terjadi?? Astaaggaa kenapa ada darah di mana-mana. Jaemin kau,,-" kak Chanyeol membantu Jaemin merebahkan tubuh Jisung di atas sofa.

"Nana, Jisung.. Kau.. Ada apaa?? Apa yang sebenarnya terjadi?? Kenapa kalian jadi luka luka begini.." Aku menatap keduanya dengan cemas, bagaimana tidak? Keadaannya benar-benar sangat miris.

Saat aku meminta Mark untuk mengambil kotak P3K, Kun sudah mengambilnya terlebih dulu dan memberikan kotak itu padaku, dia bertindak apa yang seharusnya di lakukan. Thanks Kun.

Air mataku hampir terjatuh, aku masih tidak menyangka di hadapanku kini, Na Jaemin. Pria yang beberapa jam lalu memelukku karena merindukan gadisnya. Pria yang menangis dan banyak bicara. Bagaimana waktu berlalu begitu cepat dan membuatnya saat ini menjadi babak belur.

Meski aku fokus pada luka-lukanya, aku yakin Jaemin sedang menatapku lekat saat ini. Aku tidak mau balik menatapnya, entah ada apa dengan pria ini, dia membuatku ingin menangis sekarang. Benar-benar ingin menangis rasanya, dia terluka tanpa ku tau bagaimana pria ini mendapatkan banyak luka.

Benar, dia tidak pandai berkelahi. Bagaimana bisa pria yang sehari-harinya menghabiskan waktu bersama tumpukan buku kini jago berkelahi? Mustahil.

"Jee, kenapa kau disini?? Kak Chanyeol juga.." sungguh, aku kesal dengan pertanyaan Jaemin. Apa perlu menanyakan itu sekarang, wajahnya bahkan tidak seperti orang yang terluka. Hey, ayolah beberapa jam yang lalu dia ada di rumah sakit tapi kini, lihatlah, haruskah ku ajak dia ke rumah sakit lagi?

"Heeyy broo, this is they're house. And this child, boocah ini, dia adik mereka..And what are you doing?? Whatt happpend??" Wendy menyikut pinggang Mark yang menjawab pertanyaan Jaemin dengan nada sedikit tegas membuat sang empunya mengaduh pelan.

FIREFLIES - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang