-The Confession-

72 13 0
                                    

Kau adalah Seni...
Yang terlukis melalui Cinta
dengan sejuta Makna di dalamnya...
.
.
.

Happy Reading...
.
.
.
.

Sekarang aku harus membantunya, dia tampak sedikit kesal. Tumpukan bukunya jatuh berantakan karenaku. Aku ceroboh, ponselku jauh lebih menarik untuk kulihat daripada harus menatap ke depan saat berjalan. Aku akui, meski dia terlihat cantik tapi, sesekali wajahnya juga terlihat sangat dingin.

Mami Irene mengajakku ke ruangan penuh dengan buku. Bukan, ini bukan kamar Jaemin. Aku pun tidak pernah tau sebelumnya mengenai ruangan ini.
Seperti perpustakaan hanya saja, terlihat sedikit kotor karena sarang laba-laba dan sawang mengelilingi ruangan ini. Gudangkah? Tapi isinya buku semua.

"Letakan disitu.." perintahnya. Aku mempoutkan bibirku sejenak. Nadanya bahkan lebih dingin dari Mama ketika marah.

"Mii, kenapa aku gak pernah tau ya tentang gudang ini.." sejujurnya aku tidak ingin bicara, tapi semua seolah sudah di atur sendirinya. Lihatlah bagaimana kini reaksi Mami Irene. Hanya diam menatapku dengan ekspresi yang dingin. "Ini bukan gudang, bocah.."

Aku tercengang sembari menunjuk diriku sendiri, bocah? Batinku. Yang benar saja?? "Ini perpustakaan. Ya walau sedikit tidak terawat." ujarnya. Ini bukan sedikit tapi, benar-benar tidak terawat.

"Aku dengar, sekarang Jaemin mulai berubah karenamu???."

"Aku???bukan, itu hanya kemauannya." aku tersenyum tipis, meski tau itu tidak terlihat karena Mami Irene membelakangiku. "Ck, anak remaja selalu seperti ini."

Mami Irene berjalan melewatiku, aku hanya bisa menautkan kedua alisku. Oh tuhan, benar-benar tidak aku mengerti. "Hey nona Park, apa kau mau disini terus???" ujarnya menyadarkan lamunanku, Mami bahkan sudah berada di ujung pintu saat ini.

Aku berlari kecil, menyusul keberadaan Mami.
Namun, sebelum ia benar-benar menutupnya ia tersenyum tipis ke arahku,

"ini adalah rumah pak Kyungsoo dan Lee Jeno.."

.
.
.

"Haii Jen,," aku menghampiri Jeno yang sedang membuat teh, ia hanya membalas dengan senyum di wajahnya.

"Buatin untuk siapa??"
"Pak Kyungsoo,-"
"Yang lagi satu buat Nana ya??" tanyaku memotong pembicaraanya.
"Bukan, dia tidak suka teh. Ini untuk pak Suho." balasnya cepat.

Aku menatap Jeno seksama. Ternyata, dia pria yang sederhana. Rasanya benar-benar terkejut mengetahui tempat tinggal Jeno yang seperti gudang itu. Aku bahkan tidak tau, senyaman apa dia tidur di dalam ruangan yang penuh sarang laba-laba.

"Jangan menatapku seperti itu, nanti jadi suka." tentu saja Jeno menyadari tingkah anehku, secara aku menatapnya dengan terang-terangan, ya siapa aja bisa salah faham disini. "Ehh, maaf. Bukan gituu.." elakku. Bisa apa, aku hanya menggaruk tengkukku dengan pelan.

"Jen, Nana lagi apa??" tanyaku sembari mengulum senyum. Jeno terkekeh, pria itu mengangkat nampan yang beriskkan 2 gelas itu. "Dia sedang menunggumu, tuuhh.."

Pantas saja, rupanya dia mentertawakan keberadaan Jaemin yang sudah ada di belakang tanpa sepengetahuanku. Aku hanya tersenyum kaku, sambil terus menunduk malu.

FIREFLIES - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang