Happy Reading...
.
.
.
."Lo yakin, mau masuk.."
Jeno mengangguk. Mark hanya menghela nafas pasrah. Ia sudah pusing dengan semuanya, setelah meleraikan perkelahian Jeno Renjun yang di anggap kekanakan.
Pria itu berdarah, dan memar di beberapa bagian wajahnya. Renjun gila, dia seperti ingin membunuh Jeno jika saja Mark tidak datang untuk menghentikan keduanya.
"Keknya, lo gak usah masuk dulu deh Jen. Gue gak yakin orang dalem bakal diem aja liat muka lo yang babak belur kek gini." Pinta Mark, setelah berfikir keras. Mark benar. Jaemin akan lebih mengkhawatirkan keadaannya.
Jeno melihat lagi dari celah pintu. Pandangannya langsung bertemu dengan mata Jee Ya yang sedang memeluk Jaemin.
Jee Ya hanya menatap Jeno sesaat. Ia bahkan tidak melihat jelas beberapa lebam yang terukir di wajah Jeno, karena pandangannya kabur oleh genangan air mata yang mencoba meruntuhkan pertahanannya.
Mataa itu yang mencoba menahan segala air mata tapi, tetap berhasil menerobos dan membasahi pipinya. Jeno merasa bersalah, hatinya tersakiti. Akhir-akhir ini Jee Ya begitu sering menangis, dan ia tidak pernah menyangka bahwa dia salah satu penyebab mata itu selalu menangis.
"Lo gak akan ngerasa kehilangan kalau lo ikhlasin semuanya." Ucap Mark yang melihat di balik punggung Jeno.
Ia hanya menghela nafas dan menundukkan pandangannya.
"Nana, ayo kita menikah.."
Jeno tersentak kecil. Kalimat itu berhasil menyadarkannya untuk berhenti mengejar sesuatu yang bukan takdirnya.
Entah, sesaat kemudian dia kembali merindukan dirinya yang dulu. Yang selalu bisa mengendalikan sikapnya dari hal yang ia tau itu salah.
Cairan bening itu kembali jatuh di ekor matanya, ia tersenyum sembari mengangkat kepalanya kembali melihat ke dalam.
Ia tau betul, sorotan mata Jee Ya benar-benar sangat takut kehilangan Jaemin.
• • • • • • •
Semua di buat khawatir dengan keadaan Jeno, wajahnya benar-benar lebam membiru. Dia mengatakan semua ini karena dia menolong seseorang dari perampok yang berujung perkelahian dan menyebabkan luka di wajahnya.
Tentu saja Jeno berbohong, ia mengatakan semuanya sambil sesekali bertemu tatap dengan Renjun. Pengukir lebam yang sesungguhnya.
"Aku tidak apa-apa, ini karena aku tidak pandai berkelahi.." Ujar Jeno sembari membuat matanya tersenyum.
Mark menghela nafas, menggaruk tengkuknya sembari mendekat pada Jee Ya. "Buat lo.. Dari nyokap bokap.. Capek jangan, katanya.." Mark menyodorkan keranjang buah pemberian dari orang tuanya.
"Thank you" Singkat Jee Ya.
"Thanks Mark,," Sambung Chanyeol menepuk pundak Mark kemudian merangkulnya.
"Oo yaa.. Ada yang mau gue omongin ke kalian.." Jee Ya memulai, menatap semuanya satu persatu, dan menatap Jeno lamat-lamat. Kemudian di raihnya tangan Jaemin, mengenggamnya erat.
"Kita akan menikah dalam waktu dekat ini.."
• • • • • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLIES - [END]
Teen Fiction"Dari banyaknya kekuranganku maka, memilikimu dalam hidupku adalah kelebihanku" "Maka kamu adalah sebuah keajaiban, Yang mampu merangkum semua makna hidupku dengan sesuatu yang kau sebut itu Cinta" Start 19 juli 2019. End 12 juli 2020 💚