● 5. Lagi dan Lagi

144 25 48
                                        

Bagian 5

HAPPY READING!

Ada gula ada semut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada gula ada semut

----

Sampai pertandingan selesai, Maya dan Alexa masih setia menggandeng tangan Kamis di tempat duduk penonton. Rasanya telinga cowok itu butuh ruang ranap untuk menghentikan gema ocehan kedua mahluk tuhan yang masih setia mengaitkan tangan.

Mulai dari Alexa yang beroceh kala Meri mulai memasukan bola ke dalam gawang pun Maya---menyemangati kelasnya. Tunggu kenapa Meri?

Tanpa jawaban pertanyaan itu telah pamit dalam memori. Kala pertandingan selesai Kamis perlalu pergi diikuti Alexa. Keduanya begitu serasi. Memang ... ia hanya bisa memandang sang pujaan tak bisa mendapatkan.

---

Udara menusuk tulang belulang cowok berjas hitam itu. Dari belakang sudah jelas jika itu Kamis. Rambut klimis tanpa komet pun menjadi ciri khas tersendiri, meski matahari mulai berenang ke barat, rambut itu masih rapi seperti semula. Tak di kanan maupun kiri sanjungan atau makian akan julukan ia sebenarnya merasa terganggu. Namun, ia mencoba tetap memasang ekspresi datarnya.

Kalau tidak datar mana bisa ia dirajutkan nama berbumbu Kamis. Kamis itu berarti angin, menyejukan pun bisa meluluh lantakan lingkungan disekitarnya. Bukti nyatanya adalah setiap siswi selalu menjadikan cowok itu

"Masa depan." Panggilan itu, senyuman itu, Kamis mulai menangkap dengan netra. "Besok kalau pertandingan bola voli semangat, ya! Saya dukung kamu, kalau dapat hadiah jangan lupa kongsi sama saya," katanya penuh semangat.

Satu detik ...

Dua detik ...

Tak kunjung mendapat respons Maya kembali berujar, "Selamat buat kamu ...."

Cowok itu menatap Maya aneh. "Untuk?"

"Untuk jadi baik meski sekilas sama saya. Saya enggak tau harus gimana, biar kamu luluh dan suka. Terkadang--" Ucapannya terhenti saat melihat Kamis berlalu pergi. "Kenapa, sih? Kamu susah banget didapatin," gumamnya sangat lirih.

"Susah banget, May. Jujur ... Kamis itu kurang suka sama cewek kayak lo, tapi gue tetap dukung, lo, kok." Alexa yang tiba-tiba lewat, tersenyum ramah padanya. Entah kenapa cewek yang mendengar perkataan itu kurang percaya diri.

Benar saja kalau Kamis lebih dekat dengan Alexa. Dia baik, ramah plus cantik. Sedangkan Maya? Hanya gadis aneh yang sering menangis dan memangis tanpa sebab. Sadarkah kalian bahwa kelainan psikologi menimpanya? Ah, mungkin kita negatif thinking.

Seseorang penepuk pundak Maya. "Karena yang istimewa itu lebih susah dari pada seluruh pilihan yang ada."

Maya menoleh, sosok itu begitu menginspirasi baginya. Lain hal dengan warga SDHS, hanya menganggap mahluk ciptaan tuhan itu lembek, humoris receh plus tak bertanggung jawab. Namun, Maya rasa kata itu perlu ditepis. Sosoknya begitu mengisi rasa sakit bentukan Kamis.

KamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang